Perahu Retak (14/17)
Jawa - Islam
di awal Kerajaan Mataram
Empat belas
(Murtadlo dan kawan-kawannya mendesak Nyi Demang Sendangsih dan Ki Carik Sukadal untulk segera membereskan soal kematian Sahil. Ketika mereka bertemu di jalan pun mereka sempatkan untuk mendesak)
MURTADLO : Nyi Demang! Kami minta pertanggungan jawab!
SUJIMAN : Kami menagih nyawa!
SUKADAL : Sabar, Anakmas semua. Untuk menemukan kebenaran, kita memerlukan kejernihan.
SENDANGSIH : Tentang pembunuhan itu kami masih terus melacak. Seejauh ini aku baru memperoleh bukti tentang kenapa Ki Marsiung begitu memusuhi rombongan kalian.
MURTADLO : Kenapa?
SENDANGSIH : Pak Janu ingin mengmbil Nakmas Murtdlo untuk dijadikan menantu. Padahal Ki Marsiung sudah lama mengincar anak gadis Pak Janu untuk dijadikan istrinya yang kedua.
MURTADLO : Picisan! Itu sebabnya dua selalu mencari-cari alas an untuk mengusir kami dati dusun ini.
SUKADAL : Maafkan kami, Anakmas semua. Itu manusiawi, meskipun memang salah.
SUKIJING : Tapi tidak hanya itu kesalahan Ki Marsiung!
SUJIMAN : Bereskan!
TIWUL : Kalau api kecil ini tidak dipadamkan, ia akan berkobar!
SUKADAL : Kami masih butuh waktu lebih panjang, agar segala sesuatunya tidak menjadi semakin keruh.
WULUH : Atau kami sendiri yang akan menempuh peradilan!
SUKIJING : Datangkan Marsiung sekarang juga ke hadapan kami!
SENDANGSIH : Adakah bukti yang bisa kita pegang untuk meyakini bahwa Jogoboyo itu harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu?
MURTADLO : Jejak-jejak itu terlihat jelas pada air muka Marsiung dan caranya bersikap.
SUKADAL : Mestinya para santri adalah kaum terpelajar yang tahu beda antara bukrti dan sangkaan.
PARA SANTRI : Datangkan Marsiung ke hadapan kami!
SUKADAL : Sabar, sabar!
(Para santri terus mengejar)