Peragian Jiwa
Ramadlan, satu bulan “proses peragian jiwa”. Mencairkan kebekuan dan kekakuan egosentrisme, nafsu berkuasa, nafsu memiliki, nafsu mempertahankan sesuatu yang kita sangka kekuasaan dan kemenangan — yang esok hari akan menjerembabkan.
Dengan puasa telah kita upayakan transformasi dan transubstansi diri: dari kesadaran jisim (konsentrasi untuk mencapai segala eksistensi kewadangan), menuju manusia quwwah (aksentuasi kepenuhan budaya dan kekuasaan), dan akhirnya menjadi manusia “nur” (keberpihakan terhadap pengintian dan penyejatian langkah-langkah hidup).