CakNun.com
Maiyah Dualapanan 24 Januari 2022

Nemuy Nyimah Maiyah

Maiyah Dualapanan
Waktu baca ± 3 menit

Meniti kalender awal tahun 2022 dalam siklus perjalanan waktu tidak terlepas dari sunatullah, bahwa bulan, matahari dan tata surya beredar sesuai pada porosnya. Putaran ini tidak terasa menandai penanggalan masehi dan bulan Januari menjadi awal tahun 2022. Berbagai peristiwa alam, peristiwa kemanusiaan antara kesedihan dan kebahagiaan, antara kaya dan miskin, antara keberhasilan dan kegagalan, antara siang dan malam, juga menandai tentang putaran zaman.

Perjalanan waktu dari tahun 2019 sampai 2022 manusia diberbagai belahan dunia masih menghadapi pandemi Corona 19. Hal ini menandakan, bahwa ada kekuasaan di atas kekuasaan manusia yang mempunyai keterbatasan.

Kekuasaan itu adalah Maha Kuasanya Allah atas segala urusannya. Disusul berbagai kejadian lain seperti erupsi gunung Semeru di Jawa Timur, banjir diberbagai daerah di Indonesia dan bencana alam gempa bumi di Banten yang getarannya melintasi berbagai daerah sekitanya yang paling terasa tetangga terdekatnya, Lampung.

Insya Allah, Mbah Nun, akan nyambangi anak-anak dan cucu Mbah Nun di Lampung yang menurut rencana berangkat setelah rutinan di Kenduri Cinta Jakarta. Dijadwalkan Senin, 24 Januari 2022, Mbah Nun mengunjungi Simpul Ambengan Desa Margototo, Metro Kibang Lampung Timur pada siang sampai sore. Setelah itu direncanakan akan mengunjungi anak dan cucu Mbah Nun di Simpul Maiyah Dualapanan Bandar Lampung.

Rencana malam hari akan sinau bareng di Maiyah Dualapanan bertempat di Ponpes Al Muttaqien Kemiling Bandar Lampung dengan mengangkat tema “Nemuy Nyimah Maiyah” yang di ambil dari falsafah hidup masyarakat Lampung yang berlaku secara turun temurun dan telah mendarah daging yaitu Nemui Nyimah. Secara bahasa, dalam bahasa Lampung, nemui berasal dari kata dasar temui yang berarti tamu, sedangkan nemui sendiri diartikan sebagai menerima tamu, menerima kunjungan, menjalin silaturahmi, saling bertemu, dan menyambut dengan penuh suka cita.

Kemudian nyimah berasal dari kata dasar simah, yaitu murah hati, sopan santun, tidak pelit, murah senyum, dan ramah pada siapa saja. Kata awala nyi (miah) dalam nyimah bermaksud berperilaku. Jadi nemui nyimah diartikan sebagai berperilaku yang sopan santun, bermurah hati, serta ramah tamah terhadap semua pihak yang datang.

Maiyah Dualapanan mengangkat tema ini sebagai manifestasi rasa bangga, bahagia, dan kangen kepada Mbah Nun, panutan yang selama ini bagi sebagian besar anak cucu Maiyah hanya mampu di ikuti nasihatnya melalui tulisan beliau dan video-video sinau bareng yang banyak tersebar dan familiar disebut sebagai jamaah Maiyah al-yutubiyah tetapi kini berkesempatan bertemu secara langsung.

Perlu diketahui, bahwa di Lampung sudah ada Jamaah Maiyah atau dikenal dengan JM Lampung. Selintas sejarah keberadaan Maiyah di Lampung dahulu pernah dibentuk namanya: “Skala Selampung”. Digelar di Halaman Pemda Provinsi Lampung, akan tetapi tidak bisa tumbuh. Maka dalam perjalanan sejarah lahir Maiyah Ambengan (Rumah Hati) di Margototo Lampung Timur. Selanjutnya dalam perjalanan waktu telah lahir Maiyah Dualapanan di Bandar Lampung dan sekarang sudah lahir lingkar Maiyah Pugar di Pugung Raharjo Lampung Timur dan terakhir lahir Maiyah Lingkar Rejo Sewu di Pare rejo Kabupaten Pringsewu.

Kebenaran sejarah Maiyah sudah ada di Maiyah Dualapanan yang masuk pada fase awal, yakni berdasar prasasti bahwa lahirnya “Griya Bersama Sepanjang Masa” pada tahun 2012 yang ditandatangi oleh Putra Mbah Nun Gus Sabrang Mowo Damar Panuluh. Dan pada tahun 2012 Mbah Nun mengunjungi untuk pertama kali di Griya Bersama Sepanjang Masa di Pondok Pesantren Al Muttaqien.

Kemudian pada Peringatan Maulid, 20 November 2018 bertepatan dengan resepsi Pernikahan Gus Riszal dan Mustamira Sofa Salsabila digelar sinau bareng Letto, Syech Nur Somad Kamba, KH. Khairuddin (MUI Lampung), mahasiswa UIN Raden Intan, Unila, Lesbumi PWNU Lampung menjadi saksi lahirnya Maiyah Dualapanan.

Motto: Semangat Dualapanan untuk Indonesia adalah dilandaskan pada semangat sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 yang menjadi tahapan penyatuan pemuda menuju kemerdekaan Indonesia. Semangat Dualapanan menjadi manifestasi dari berdaulat, bershadaqah untuk setiap jiwa Maiyah menuju kemerdekaan, berdaulat, istiqomah, membersamai dengan kegembiraan berlandaskan cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan Nderek (ikut) ngalab barokah melalui Mbah Nun.

Menangkap secara imaginer rencana kedatangan Mbah Nun ke Simpul Maiyah di Lampung menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan Mbah Nun menyambangi simpul-simpul Maiyah di Jawa dan diberbagai propinsi lainnya.

  1. Kemungkinan salah satunya meneguhkan semangat bermaiyah, melingkar, sinau bareng mencari kesejatian diri sebagai manusia, hamba Allah dan manusia, sebagai anak-anak bangsa pemilik masa depan negara Indonesia yang dilandasi bershadaqah untuk Indonesia, tidak membuat kerusakan untuk Indonesia, tidak berharap kedudukan dan kemuliaan dari pemangku Indonesia, melainkan bershadaqah lillahi ta’alla berharap kemuliaan lantaran syafaatnya Kanjeng Nabi Muhammd saw.
  2. Mengikat erat antar simpul Maiyah di seluruh Indonesia untuk menjadi Peseduluran Maiyah sejati. Saling memberi, saling berkomunikasi, saling menemani, saling mengingatkan yang diikat dalam simpul Maiyah. Menunjukan kesederhanaan, belajar prihatin, berpuasa untuk mencapai kemenangan dalam pernjuangan hidup bergantung pada rohman rohimnya Allah dan syafaat kanjeng Nabi Muhammad saw.
  3. Mendekap kerinduan Simbah dengan anak cucu Maiyah di Lampung.

Demikian selintas perjalanan sejarah dan waktu menyongsong ke rawuhan/kehadiran Mbah Nun di Maiyah Dualapanan, mari sama-sama saling mendoakan agar semua rencana dapat berjalan lancar, barokah manfaat.

Kebahagiaan sinau bareng senin malam akan dibersamai dengan Band 28an, semoga dapat menikmati suguhan sinau bareng dengan menu special dengan sumber aslinya yang melahirkan Maiyah, meskipun Mbah Nun selalu menolak untuk dikultuskan, bahwa Maiyah bukan buatannya, akan tetapi Maiyah itu dibuat oleh Allah. Sebagai perumpaan, bahwa Maiyah itu laksana air yang mengaliri seluruh sisi kehidupan manusia dan alam semesta ciptaannya.

Lainnya

Mosok Dijajah Terus Ker?

Mosok Dijajah Terus Ker?

21 April 2015, dinginnya kota Malang tak mengurungkan niat dulur-dulur Maiyah Rebo legi untuk tetap berkumpul di beranda masjid An-Nur Politeknik Negeri Malang.

Nafisatul Wakhidah
Nafisatul W.
Modern Problems Need Modern Solutions

Modern Problems Need Modern Solutions

Pada kompleksitas yang terus meningkat, mustahil masalah diselesaikan dengan cara-cara lama

Perhelatan yang menjadi ajang di mana simpul-simpul Maiyah se-Nusantara dan dari luar negeri berkumpul bersama, yakni Silatnas Penggiat Maiyah 2019, telah usai digelar dengan lancar.

Rizky D. Rahmawan
Rizky D.R.