Memecahkan Masalah dengan Tidak Menghilangkan Kegembiraan
Tema “Kegembiraan Para Pewaris” menjadi keberangkatan sinau bareng majelis Bangbang Wetan edisi Februari 2022, yang berlangsung Jumat malam (25/2) di Kayoon Heritage, Jl. Embong Kemiri 19-21, Genteng, Surabaya. Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh rektor Bangbang Wetan dan Pak Darmaji dosen ITS hadir sebagai narasumber.
Pukul 20.00 WIB, jamaah mulai berdatangan dan segera merapat ke tempat yang sudah disediakan untuk mengikuti nderes ayat-ayat Al-Qur’an, mewiridkan wirid Maiyah dan bershalawat bersama. Setelah itu, sesi pembacaan prolog. Yasin yang memoderatori majelis meminta Fajar selaku Tim Tema Bangbang Wetan untuk membacakan prolog dari tema “Kegembiraan Para Pewaris”.
Menurut Fajar, tema “Kegembiraan Para Pewaris” berangkat dari Wirid Kesendirian yang dikutip dari Q.S. Al-Anbiya’: 89. Wirid tersebut sebenarnya merupakan doa Nabi Zakaria As. ketika memohon keturunan kepada Allah Swt. Namun, bersyukurlah kita karena berkat Sang Maha Pemurah wirid tersebut juga bisa multifungsi. Salah satunya memohon pasangan (suami/istri) karena bagaimana caranya mempunyai keturunan kalau pasangan saja belum ada. Bahkan Mbah Nun juga mewiridkannya untuk tujuan tertentu yang lain.
Perlunya Sinau Kegembiraan
Fajar mengatakan bahwa dalam keadaan sendiri kita harus tetap menemukan kegembiraan. Ia juga menyampaikan perihal kebahagiaan dalan berkeluarga. Menurutnya, jangan mencari kebahagiaan dari sebuah pernikahan. Menikahlah untuk berbagi kebahagiaan. Yasin menambahkan bahwa tema kegembiraan ini adalah respons kita terhadap fenomena yang kita rasakan akhir-akhir ini, yang membuat kita bersedih.
Ada beberapa jamaah turut merespons tema tentang kegembiraan. Pertama dari jamaah laki-laki berkemeja hitam yang duduk paling depan sendiri mengungkapkan bahwa pertemuan tadi malam mengobati rasa kangennya karena lama tidak maiyahan. Tentang kegembiraan, Ia mengungkapkan bahwa ia sudah berkeluarga cukup lama. Tanggungan cicilannya banyak. Tapi yang ingin beliau bagi pada jamaah lain adalah bagi yang sudah atau belum berkeluarga supaya jangan takut menjalani hidup. Yang penting, selagi kita masih dianugerahi masih bisa bernapas, kuat usaha dan bekerja, insyaAllah kita akan dicukupi oleh Allah Swt. Ia menekankan, kita tidak boleh bersedih, karena yang sudah terjadi, yang kita alami saat ini dan yang akan datang sudah tercatat dalam lauhul mahfudz.
“Kita boleh putus asa dengan keadaan dunia, yang tidak boleh adalah putus asa terhadap pertolongan Allah dan syafaat Kanjeng Nabi,” tegasnya.
Isvi dari Surabaya mempunyai pengalaman menarik tentang Kegembiraan Para Pewaris. Isvi menyampaikan dalam sudut pandang mikro dalam keluarganya. Dirinya bahagia karena oleh Allah dijadikan keturunan dari ibunya. Karena dari ibunyalah dia diajari banyak hal pengalaman hidup yang menjadi modal dirinya menjalani hidup. Ada satu hal yang selalu Isvi ingat dari apa yang disampaikan ibunya. Menurut ibunya, kalau bisa kalau berdoa itu jangan meminta senang saja. Salah satu cara berdoa yang diajarkan ibunya adalah jangan sungkan meminta ke Allah bahwa sebelum meninggal, meminta supaya dianugerahi keturunan. Karena ketika kita meninggal, yang bisa kita peroleh adalah doa dari orang terdekat yang ingat kita, termasuk anak kita.
Orkes Keroncong Mitra Surabaya mengiringi kita dengan nomor Tombo Ati menuju sesi sinau bareng Mas Sabrang dan Pak Darmaji. Orkes Keroncong Mitra Surabaya berisi para musisi muda dari Kampung Malang yang meneruskan kegiatan berkesenian generasi kakeknya dulu ketika masih hidup. Nama Mitra Surabaya beserta alat musik keroncongnya sekarang diteruskan cucunya untuk meneruskan semangat dan perjuangan berkesenian dari sang kakek tersebut.
Merumuskan Kegembiraan
Pak Darmaji merespons tema kegembiraan. Mengutip penjelasan Mbah Nun ketika maiyahan, Menurut Pak Darmaji cara kita supaya bahagia ya jangan bersedih. Poin pentingnya, kita bertemu sebulan sekali maiyahan supaya kita sikapi dengan kegembiraan yang maksimal. Kita tidak boleh terbawa suasana yang membuat kita pusing kepala. Karena, yang mempunyai otoritas untuk merespons suasana sekitar ‘kan kita. Ada apapun di luar sana harus kita tentukan sikap, apakah dengan senyum, ikutan bingung atau kita sikapi dengan optimisme, dengan keyakinan suatu saat akan ada jalan keluar dari masalah tersebut?
Selanjutnya Mas Sabrang giliran merespons tema Kegembiraan Para Pewaris. Sebelum membahas lebih dalam, Mas Sabrang menyampaikan, pada setiap kalimat terkandung makna implisit yang tidak langsung kita sadari. Kalau kita berbicara soal pewaris, itu tidak bisa berdiri sendiri. Kalau ada pewaris berarti ada yang mewarisi.
Pertanyaannya sederhana, kalau ada pewaris dan yang mewarisi, kuda-kuda yang paling baik pada kesadaran setiap hari adalah seorang pewaris atau yang mewarisi? Sebab ada apa saja yang ada di kepala harus kita bantah terlebih dahulu. Hidup itu harus terus belajar menderita, karena kalau ada apa saja yang ada di kepala kita iyakan, kita akan merasa baik-baik saja.
Orang yang mewarisi naluri utamanya adalah menggunakan barang warisannya. Sedangkan orang yang mewariskan adalah apa yang bisa dilakukan untuk bisa diberikan kepada pewarisnya. Kuda-kuda sederhana dalam kesadaran sehari-hari sebagai pemberi warisan atau penerima warisan, akan menghasilkan reaksi-reaksi yang sama sekali berbeda.
Perihal kegembiraan, sederhananya, menurut Mas Sabrang adalah ketidakhadiran kesedihan. Ketika kita memperhatikan, mendengarkan, dan fokus belajar pada sesuatu harus meninggalkan semua kesedihan dan kegembiraan. Untuk membahas sedih, harus kita lepas sedihnya terlebih dahulu. Pertama yang harus kita sadari bahwa sedih atau gembira itu bukanlah keadaan permanen. Misalnya jika kita sedang berdiskusi merasakan kegembiraan karena tidak hadir sedihnya. Ketidakhadiran sedih dalam berdiskusi karena kita tidak sempat memikirkan sedih, sehingga sedih tidak hadir.
“Ketika kita berdiskusi memikirkan bahwa utang dan cicilan banyak hanya masuk dalam kesadaran tidak masuk ke dalam manah, berbeda ketika kita sedang sendiri kesedihan itu baru kita rasakan,” jelas Mas Sabrang.
Cara Menghadapi Masalah dengan Tidak Menghilangkan Kegembiraan
Mas Sabrang mengatakan hidup tanpa masalah itu berarti tidak hidup. Sebab masalah ada yang datang dari luar diri kita dan ada yang kita ciptakan sendiri. berbicara tentang menghadapi masalah, kalau masalahnya sudah bisa kita hadapi maka kegembiraan akan datang dengan sendirinya.
Kita harus menemukan kegembiraan dalam menjalani hidup, karena default kita gembira. Berkaca dari anak kecil yang lebih banyak gembiranya daripada sedihnya. Anak kecil lebih banyak senang pada posisi belum terlalu banyak ilmu dan apa-apa yang bisa membuatnya sedih.
Berikutnya Mas Sabrang mengajak kita sinau bahwa ketika kita menghadapi masalah, bagaimana cara menghadapinya dengan tidak menghilangkan kegembiraan kita?
Bukan memecahkan masalahnya yang pertama kita lakukan, tetapi bagaimana membuat masalah itu bisa kita kontrol. Karena ketika masalah di kepala tidak bisa kita kontrol, maka masalah itu yang akan mengontrol kita. Untuk bisa mendapat kegembiraan, kita harus bisa mengontrol masalah tersebut.
Ada beberapa rumus universal ketika kita menghadapi masalah. Pertanyaannya, apakah masalah itu benar-benar masalah bagi kita? Misalnya ketika kemarin kita memikirkan bahwa bapak sedang marah ke kita. Karena kemarin kita ‘buang angin’ di sebelahnya. Hati kita menjadi gundah gulana. Sebelum kita pikirkan hal itu menjadi masalah, pastikan dulu hal itu benar-benar menjadi masalah apa tidak?! Apakah hal itu datang dari kepala kita atau benar-benar masalah. Sebelum kita menghabiskan energi untuk sedih dan menderita, sebaiknya kita verifikasi terlebih dahulu bahwa itu benar-benar masalah bagi kita atau tidak?! Misalnya yang perlu kita lakukan dengan langsung bertanya ke bapak, apakah kemarin beliau marah atau tidak karena kita ‘buang angin’ di sebelahnya? Bisa jadi ketika kita sudah memverifikasi yang kita anggap masalah itu tidak lagi menjadi masalah bagi kita. Sebab mungkin bapak memaklumi dan memberi nasihat supaya kita tidak mengulangi perbuatan ‘buang angin’ ke bapak lagi.
Mendeklarasikan Masalah Sebagai Tanggung Jawab
Perihal merumuskan masalah pada cara berpikir lain misalnya ketika kita mempunyai cicilan. Kita merasa bahwa itu masalah riil karena kalau tidak kita bayar akan ditagih. Kalau kita sudah melalui hal itu, berarti kita sudah bisa mendefinisikan masalah. Sebab masalah kita adalah menjalani hidup tidak enak karena ditagih orang agar melunasi cicilan. Tanggung jawab kita pada masalah itu adalah membayar cicilan.
Setelah kita bisa mendefinisikan masalah, pertanyaannya bisakah kita memecahkan masalah? Karena ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu kita bisa atau tidak?!. Jika bisa memecahkan masalah, pertanyaan berikutnya kita mau atau tidak memecahkan masalah? Karena bisa belum tentu mau.
Ada cara-cara untuk bisa memecahkan masalah. Tidak semua cara bisa dipakai untuk memecahkan masalah. Ketika kita mau memecahkan masalah, kita cari cara yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Kalau jawaban kita pada mau dan bisa, maka tugas kita segera menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga akhirnya tidak menjadi masalah lagi karena kita mau dan bisa menyelesaikan masalah tersebut.
Kalau kita tidak bisa dan tidak mau menyelesaikan masalah, ambil masalah itu sebagai tanggung jawab. Karena ketika kita sudah mendeklarasikan masalah sebagai tanggung jawab, sudah tidak menjadi masalah lagi. Sebab masalah baru menjadi masalah ketika kita mendapat kesusahan tetapi kita tidak mau menerimanya.
Misalnya pada dunia pekerjaan, ketika kita mau melakukan pekerjaan yang tidak kita senangi, tetapi kita mau melakukan pekerjaan itu karena kita sadar akan tanggung jawab. Tidak menjadi masalah karena kita tahu apa yang kita lakukan. Banyak masalah datang karena kita harus melakukan sesuatu yang kita tidak tahu mengapa kita harus melakukan.
Kesadaran tanggung jawab ketika memecahkan masalah memang berat, tetapi hal itu yang bisa membuat kita tidak kehilangan kegembiraan. Kesadaran tanggung jawab memecahkan masalah tidak lagi menjadi beban yang mengurangi kegembiraan kita, justru menjadi beban yang baik untuk menambah makna dalam hidup kita. Sebab kegembiraan tidak datang dari kemenangan, karena kegembiraan dalam kemenangan hanya sebentar kita rasakan. Sedangkan kegembiraan memecahkan masalah itu rasanya jauh lebih panjang.
Jamaah semakin asyik menyimak pemaparan para narasumber. Sesekali tertawa ketika mendengar Mas Sabrang melempar jokes di sela-sela beliau menjelaskan panjang lebar tentang memecahkan masalah dan kegembiraan.
“Alhamdulillah, kalau saya melihat kita yang hadir lebih banyak senyum itu artinya malam hari ini kita sedang merasakan kegembiraan. Siap-siap kalau kita sudah kembali ke rumah masing-masing kita merasakan sedih kembali karena tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol. Tapi paling tidak kita sudah mempunyai senjata untuk menghadapinya,” pesan Mas Sabrang di akhir majelis. Selanjutnya majelis ditutup dengan ‘indal qiyam oleh Cak Lutfi.
Surabaya, 26 Februari 2022