CakNun.com

Maneges Qudroh dan Adik-Adik Panti Asuhan Fatimah Az-Zahra Sinau Manajemen Waktu

Majelis Ilmu Maneges Qudroh Magelang, 10 September 2022
Maneges Qudroh
Waktu baca ± 6 menit

Ra Gelem Gagal, Rasah Urip!

Karena acara ini merupakan sinau bareng, Pak Adi membuka termin sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama datang dari seorang kakek yang menggunakan batik hijau. Beliau sedikit menjelaskan di awal bahwa selama hidupnya, beliau merasa masih belum bisa menggunakan waktu secara baik, kemudian menanyakan tentang bagaimana cara efektif untuk mempergunakan waktu?

Musik Jodhokemil ikut memeriahkan forum rutin bulanan Maiyah Maneges Qudroh Magelang.
Dok. Maneges Qudroh.

Kedua datang dari Mas Munir yang menanyakan pandangan Mas Sabrang tentang Indonesia saat ini seperti apa? Ketiga, dari Mba Natasya yang malam hari itu juga menjadi MC acara rutinan ini. Dirinya beranggapan bahwa kesuksesan yang terpenuhi bagi masyarakat pada umumnya itu adalah ketika keinginan dunia sudah terpenuhi, lantas kesuksesan itu sendiri sebenarnya dari diri sendiri atau dari orang lain? Terakhir dari Mas Bagas, manajer Jodhokemil, dia menanyakan tentang bagaimana Mas Sabrang melihat generasi milineal? Mengingat sedikit banyak dari mereka yang kecewa dengan harapannya sendiri.

Terkait efektivitas dalam menggunakan waktu, Mas Sabrang memberikan penekanan bahwa waktu merupakan modal yang sangat penting. Waktu itu gratis, tapi sekali tidak dipakai maka dia akan hilang begitu saja. Mas Sabrang kemudian sebuah gambaran tentang 2 buah kotak, kotak pertama merupakan project, yakni mengerjakan sesuatu yang ada akhir/tamatnya. Misalnya, lulus kuliah. Kedua adalah kotak maintenance, yaitu jika dikerjakan tidak ada selesainya. Misalnya, olahraga dan ibadah.

Kedua kotak itu merupakan landasan kesadaran yang harus seimbang setiap harinya. Apapun hal yang masuk dalam wilayah maintenance akan mendukung segala sesuatu yang berada di wilayah project. Tapi, itu tidak berlaku sebaliknya. Mas Sabrang memberikan contoh dengan pertanyaan sederhana, “Saya shalat setiap hari kok gak masuk PNS? Shalat itu sebuah project atau maintenance?” Maksud Mas Sabrang, maintenance itu jangan pernah ditinggalkan, sebab akan selalu ada project pendek maupun panjang yang harus diselesaikan dalam perjalanan hidup kita masing-masing.

Kita mesti bisa menemukan waktu 3 jam agar bisa kerja secara efektif. Waktu itu sendiri tidak bisa dipatok, karena mungkin apa yang dialami tiap hari bereda-beda. Oleh karena itu, Mas Sabrang menekankan bahwa kenapa di Islam sangat diutamakan sikap istiqamah.

Pertanyaan kedua mengenai keadaan Indonesia, Mas Sabrang berpendapat bahwa kita itu mengalami bonus demografi. Akan tetapi, di zaman teknologi ini, kita ini menurut Mas Sabrang, adalah yatim piatu, karena kita hidup di era yang mana kita tidak bisa belajar dari orang tua. Fenomena media sosial merupakan sebuah budaya baru yang tidak memiliki kontrol. Dan itu bahaya menurut Mas Sabrang.

Mas Sabrang mengibaratkan dunia internet seperti sungai, lalu menanyakan kepada dulur-dulur kalau sungai internet ini bersih apa kotor? “Kotor!” sontak jawab para hadirin. Kalau kotor, apa yang terjadi? Sakit? Ketika kita sudah mengetahui bahwa sungai ini kotor, apa yang bisa kita lakukan? Sedangkan kita tidak bisa berharap kepada orang tua untuk membersihkan sungai tersebut.

Tentang pertanyaan ketiga dan keempat yang hampir sama, Mas Sabrang menjelaskan bahwa keberhasilan yang sesuai harapan itu bermula dari suatu keputusan yang tepat. Keputusan tepat itu didapatkan karena telah melalui banyak pengalaman. Pengalaman itu sendiri ditegaskan oleh Mas Sabrang adalah guru yang terbaik. Dan pengalaman yang berharga itu ketika kita menyadari keputusan-keputusan yang salah atau kurang tepat, yang akhirnya sering disebut kegagalan. “Nek ra gelem gagal, rasah urip!” pungkas Mas Sabrang menjawab pertanyaan terakhir.

Bahagia Itu Hidup

Setelah cukup intens berdiskusi, suasana kembali dicairkan dengan puisi yang dibawakan Pak Sholeh dan Mba Kiki. Karena waktu Mas Sabrang pada malam hari ini terbatas dan esok pagi mesti harus sudah di Bandara, dibukalah satu termin satu sesi tanya jawab lagi.

Forum rutin bulanan Maiyah Maneges Qudroh Magelang.
Dok. Maneges Qudroh.

Kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja oleh dua mahasiswa yang tentu saja masih banyak menyimpan rasa penasaran. Pertama, Mas Kalam menanyakan tentang apa yang menjadi penting dari hal-hal (kumpul) seperti ini? Kedua, Mas To’ing sedikit menerangkan jika puncak dari kesedihan itu adalah kebahagiaan dan bahagia itu terkadang ketika semakin dicari maka semakin jauh. Berbicara tentang bahagia, Mas To’ing meyakini ketika berani percaya, maka bersiaplah untuk kecewa. Lalu, bahagia itu apa?

Tanpa panjang lebar, Mas Sabrang memberikan jawaban, kita sebagai manusia perlu berpikir, dan berpikir itu banyak didapati saat kita ngobrol seperti ini. Sehingga kita mengetahui pentingnya belajar, agar kita tidak jatuh pada lubang yang sama. Dan hanya dengan berkumpul seperti ini, kita akan semakin banyak menemukan perspektif.

“Bahagia itu hidup,” jelas Mas Sabrang. Quote bahagia orang lain itu tidak penting karena masing-masing dari kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Jangan sampai kita terjebak pada kebahagiaan yang diperspektifkan oleh orang lain. Sebab bahagia yang benar adalah yang Anda alami sendiri. Bahagia yang terletak pada pengalaman dari segala hal yang masing-masing dari kita telah jalani.

Setelah Mas Sabrang berpamitan, acara pun dilanjutkan seperti biasa. Hiburan dari Jodhokemil pun tetap menghidupkan semangat teman-teman untuk setia duduk. Hingga sekitar tengah malam, dulur-dulur diajak untuk bershalawat bersama. Maiyah selalu mengajarkan betapa pentingnya shalawat, meskipun dikemas dengan konteks sinau bareng. Setelahnya bershalawat, acara malam hari itu dipungkasi dengan suasana lampu yang dipadamkan dan heningnya lantunan “Shohibu Baiti” yang diakhiri doa bersama tidak hanya untuk kebaikan diri, tapi juga untuk kebaikan semua orang, bahkan untuk semesta beserta segala isinya. (Redaksi Maneges Qudroh)

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Topik