CakNun.com

Lautan Jilbab (1/3)

Bagian Satu
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 6 menit

TIBA-TIBA MUNCUL, DI PANGGUNG-2, TOKOH BAPAK, MERAIH PUNDAK SALAH SATU JILBAB.

BAPAK :
Ini dia malapetaka! Kok pakai jilbab segala! Bapak ini ditegur kepala sekolahmu!

PARA JILBAB BEREAKSI.

BAPAK :
Bapak ini setuju-setuju saja kamu pakai jilbab, tapi mbok ya ndak usah pakai jilbab!

PARA JILBAB BERAKSI.

JILBAB YANG DIRAIH :
Bapak ini bagaimana sih?

BAPAK :
Lho kok malah tanya segala! Yang boleh tanya itu Bapak. Coba dengar. Apakah kamu akan berhenti sekolah hanya demi membela sepotong kain?

JILBAB YANG DIRAIH :
Bukan berhenti, Pak. Di-ber-hen-ti-kan!

JILBAB YANG LAIN :
Dan itu bukan demi membela sepotong kain. Kami tidak mengabdi ke hadirat kain. Kain kok diabdi! Ya tho? Ya tho?

PARA JILBAB BEREAKSI.

BAPAK :
Ya ya ya! Kalian semua memang pintar-pintar. Tapi mbok ndak usah pakai jilbab! Bahaya! Bahaya!

JILBAB YANG DIRAIH :
Bahaya bagaimana?

BAPAK :
Ada dua sebab. Pertama, laki-laki itu penuh imajinasi. Makin kalian tutup tubuh kalian, imajinasi laki-laki makin menjadi-jadi. Dan apa yang bisa menghalangi imajinasi? Meskipun kalian masing-masing pakai celana terbuat dari besi dan gembok dengan gembok pabrik, imajinasi tetap mampu menembus!

PARA JILBAB BEREAKSI.

BAPAK :
Dengar, dengar. Barang itu, makin dirahasiakan, jistru makin menarik dan bikin penasaran.

JILBAB YANG DIRAIH :
Bapak jangan ngomong yang enggak-enggak ah!

BAPAK :
Ini soal kebenaran. Bapak ini sudah kenyang ngremus garam. Segala sesuatu itu makin disembunyikan makin meningkat daya magnetiknya. Mending dibuka saja, dipamerkan, di-ler, di-pletrek-pletrekkan: misterinya hilang, daya tariknya menurun dan harganya menjadi murah.

PARA JILBAB BEREAKSI.

JILBAB YANG DIRAIH :
Bapak ini ngomongnya ngaco!

BAPAK :
Habisnya – di sini bolehnya Cuma ngomong yang gitu-gitu. Kalau bicara yang agak serius, misalnya politik: itu lebih bahaya lagi! Itu yang tadi Bapak bilang sebab kedua kenapa kalian sebaiknya tak usah pakai jilbab. Itu politik. Susah. Kita nggak boleh ngomong politik, kita hanya boleh ditimpa politik.

PARA JILBAB BEREAKSI.

BAPAK, MENDADAK SERIUS :
Jadi bapak perintahkan jangan pakai jilbab!

PARA JILBAB BEREAKSI.

BAPAK :
Jangan membantah! Anak kok membantah! Bapak kok dibantah!

PARA JILBAB :
Anak kok tidak boleh membantah! Bapak kok tidak boleh dibantah!

MUSIK MENGHENTAK.

MUNCUL DUA LELAKI. BAPAK DAN JILBAB DUDUK.

LELAKI-1 :
Itu cerita kuno! Sejarah kini sudah bergeser! Penguasa sudah tak lagi terlalu bodoh untuk turun melarang-larang wanita pakai jilbab. Bawahan-bawahan penguasa juga tak perlu lagi meneruskan kepengecutannya untuk melakukan hal yang sama. Jilbab tak lagi dilihat sebagai ancaman. Bagi mereka jilbab belum lebih dari kacang goreng!

PARA JILBAB BEREAKSI.

LELAKI-2 :
Itu tergantung kepada bagaimana para jilbab itu menggagas diri mereka sendiri. Apakah jilbab lahir sebagai potongan kain ataukah sebagai sejarah….

Lainnya

Topik