CakNun.com

Lautan Jilbab (2/3)

Bagian Dua
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 6 menit

TIBA-TIBA, DARI PANGGUNG-1, TERDENGAR LENGKINGAN SUARA ANEH. FOKUS BERALIH KEPADANYA.

DUA SOSOK, SEOLAH MALAIKAT, MUNCUL REMANG-REMANG DI BAGIAN TERTENTU DARI PANGGUNG-1.

MALAIKAT-1 :
Kok dari tadi ribut melulu. Ini rombongan jilbab dari jaman apa sih?

MALAIKAT-2 :
Kalau tidak salah dari sejarah periode asas tunggal.

MALAIKAT-1 :
Apa itu?

MALAIKAT-2 :
Asas tunggal.

MALAIKAT-1 :
Apa?

MALAIKAT-2 :
Asas tunggal, blog!

MALAIKAT-1 :
Apa itu asas tunggal? Itu mesti top hit ndangdut baru ya?

MALAIKAT-2 :
Bukan. Bukan top hit ndangdut, tapi top hit ndasmu!

MALAIKAT-1 :
Ya jangan marah tho…wong tidak tahu kok.

MALAIKAT-2 :
Buka telingamu baik-baik. Asas tunggal itu sebuah prinsip hidup yang bukan main bagus dan luhurnya. Sedemikian bagus dan luhur, sehingga semua orang dipaksa memakainya.

MALAIKAT-1 :
Jadinya tidak bagus lagi, dong?

MALAIKAT-2 :
Husy! Tahu apa kamu tentang soal itu!

MALAIKAT-1 :
Aku jadi ingat. Sebenarnya sedikit-sedikit ya tahu aku soal itu. Dalam rapat kemarin aku mendengar slenting-slenting laporan panjang dari Malaikat seksi Indonesia. Wah, wah, wah, aku geleng-geleng kepala: ngawur sekali ya?

MALAIKAT-2 :
Apa yang ngawur?

MALAIKAT-1 :
Ssst! Nanti aku bisa dipecat…keadaan gawat lho, kelihatannya memang tenang damai, tapi sesungguhnya penuh cekam. Pokonya kita-kita ini harus selalu siaga, kalau-kalau mendadak ada pergolakan.

MALAIKAT-2 :
Ah, siapa bilang? Orang-orangnya mlempem semua gitu kok. Kekuatan-kekuatan sudah jinak. Semua bermain sandiwara. Termasuk yang namanya mahasiswa.

MALAIKAT-1 :
Lho, ada juga mahasiswa yang nakal. Nakal intelektual, nakal politis, meskipun juga tidak sedikit yang nakal seksual…

MALAIKAT-2 :
Pekerjaan mahasiswa sekarang ini menghapalkan kamus, ngebrik, mancing, ikut lomba betis indah, belajar bikin proposal dan korupsi…

MALAIKAT-1 :
Tidak benar!

MALAIKAT-2 :
Tidak benar bagaimana?

MALAIKAT-1 :
Pokoknya tidak benar!

MALAIKAT-2 :
Pokoknya tidak benar! Pokoknya subversif! Pokoknya komunis! Pokoknya merongrong kewibawaan!

SUARA TEROMPET MELENGKING TIBA-TIBA.

MALAIKAT-1 :
Ya tho! Dengar itu! Ya tho!

FOKUS BERALIH KE PENYAIR.

PENYAIR :
Tiba-tiba terdengar beribu terompet

Melengking-lengking ditiup ke seribu penjuru

Terdengar Qari dari sorga, barangkali Daud yang perkasa mengumandangkan suaranya.

QARI :
Idzaa waqa’til waagi’ah, laitsa li waq’atihaa kaadzibah!

PENYAIR :
Apabila terjadi itu kejadian
Takkan ada lagi yang bisa didustakan…
Wahai, adakah Hari Pengadilan telah tiba
Telah harus mandegkah segala kehendak manusia
Beku wajahnya dan menggihil jiwanya
Sampaikah mereka di hari yang tak terhindarkan
Bersimpuh di hadapan kaku sang Maha Agung
Mendengarkan dosa-dosanya sendiri berbicara
Manusia yang segala amal baiknya menjadi kereta kencana
Manusia yang kebusukan perilakunya menjadi raksasa
Meludahi muka-muka mereka dan meremas sukma mereka
Manusia yang tiap hari memuncratkan beribu-ribu kata
Dari mulutnya, yang setiap kata menjelma jadi seekor burung
Manusia yang melontarkan dari otak kisruhnya beribu-ribu ekor burung yang
menunggu dan meminta
pertanggung jawaban mereka
beribu-ribu ekor burung yang marah besar karena tak dihidupi dengan perbuatan-perbuatan nyata
beribu-ribu ekor burung yang marah, geram, lapar dan siap mencabik-cabik tubuh kotor tuan-tuannya
wahai! Sudah tibakah itu hari
yang sebagian manusia membayangkannya dengan rasa ngeri dan yang sebagian lainnya merindukan
setengah mati.

Lainnya

Lautan Jilbab (1/3)

Lautan Jilbab (1/3)

Ada dua sebab. Pertama, laki-laki itu penuh imajinasi. Makin kalian tutup tubuh kalian, imajinasi laki-laki makin menjadi-jadi. Dan apa yang bisa menghalangi imajinasi? Meskipun kalian masing-masing pakai celana terbuat dari besi dan gembok dengan gembok pabrik, imajinasi tetap mampu menembus!

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version