CakNun.com
Sinau Bareng “Kereta Api Bersatoe”, Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) dan KAI Groups, Halaman BPTT Darman Prasetyo, Lempuyangan Yogyakarta, Senin, 14 November 2022

Kiai Sabuk Wesi

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 10 menit
Foto: Adin (Dok Progress).

BUYUT IRODAT
Kami orang-orang tua ini bisa modar mendengar kalimat-kalimat dahsyat itu. Kami Ini orang-orang jadul, kuno. Ndak ngerti susunan makna yang dikandung oleh kalimat-kalimat canggih kalian.

MBAH GEOL
Mbok jangan Panjang-panjang. Satu kata atau per-kata saja pelan-pelan.

DONI
Lho setiap urusan atau masalah kan perlu dijelaskan, dijelenterehkan, jadi terpaksa pakai kalimat-kalimat Panjang.

MBAH GEOL
Bagaimana bisa pakai kalimat panjang, kalau setiap kata saja kabur maknanya.

DONI
Misalnya apa, Mbah?

BUYUT IRODAT

Misalnya BUMN. Kenapa bukan BUMP, Badan Usaha Milik Pemerintah, toh faktanya Pemerintah memegang kedaulatan penuh atas hal-hal yang menyangkut KAI yang kalian sebut BUMN itu.

Atau kalian bilang Kereta Api Indonesia harus menjadi BUMN yang sejati yang berarti milik rakyat. Kenyataannya mana fakta yang mencerminkan bahwa KAI itu milik rakyat? Kapan rakyat pernah ditanyai atau diajak rembug? Wong jualan makanan minuman saja ke penumpang kereta api tidak bisa. Dulu di Stasiun Saradan ada Ibu-Ibu atau Nenek-nenek keliling di sekitar gerbong penumpang dan menjajakan “Kendiiii…Kendiiii”. Kemudian orang atau penumpang membuka mulutnya, dikucuri air dari kendi. Sekarang ke mana Mbah-Mbah penjaja kendi itu? Yang bisa jualan di Stasiun Kereta Api kan hanya pengusaha yang punya modal cukup besar untuk menyewa tempat untuk jualan. Kakilima tidak boleh. Ider jualan tidak boleh. Di mana ada rakyat di Stasiun Kereta Api? Yang boleh masuk Stasiun dan naik Kereta api bukan rakyat, melainkan orang yang bisa beli tiket. Jadi KAI bukan milik rakyat, tetapi milik kelas bermodal besar.

Lantas apakah kalian ingin mengubah BUMN yang prakteknya adalah BUMP itu menjadi BUMR? Badan Usaha Milik Rakyat?

MBAH GEOL
Maaf maaf ya Doni cucuku. Coba carilah kalau ada satu saja pejabat BUMN atau Pemerintah yang mengerti apa beda antara Negara dengan Pemerintah dengan Rakyat. Satu saja Mbah Geol mau ketemu kalau ada.

BUYUT IRODAT
Dalam semua wacana dan narasi modern Indonesia sekarang ini, tidak ada satupun yang mencerminkan bahwa kita mengerti beda antara Negara dan Pemerintah. Yang ada Pemerintah merasa dirinya Negara. Pemerintah menyangka dan mengaku atau mangklain dirinya adalah Negara. Kepala Pemerintahan bahkan secara konstitusi disamakan dengan Kepala Negara. Karena bangsa kalian ini tidak paham dan tidak mau belajar bahwa Pemerintah bukanlah Negara dan Negara itu tidak sama dengan Pemrintah. Makanya ASN, Aparat Sipil Negara, prakteknya adalah Aparat Sipil Pemerintah.

AJIT
TEPUK TANGAN

Buyut Irodat ini, kelihatannya hanya Gurunya Mbah Gemblek, Mbahnya Gali-gali, ternyata adalah seorang Negawaran.

BUYUT IRODAT
TEPUK TANGAN

Di NKRI ini tidak dikenal dan memang tidak ada Negarawan. Apalagi Begawan, Panembahan. Lha wong Punakawan saja tidak mengerti.

Yang ada di NKRI adalah politisi, caleg, capres, konstituen, dan nama-nama lain yang urusannya adalah ambisi terhadap kekuasaan. Yang disebut Tokoh Nasional ya yang urusannya kekuasaan dan harta benda.

DONI
Wah saya jadi kecil hati ini, Yut, Mbah.

BUYUT IRODAT
Makanya Prabu Jayabaya bukan meramal Tanah Jowo Sabukan Wesi. Tapi Tanah Jowo Kalungan Wesi.

Kalau Jawa sabuk wesi kan hanya dari Semarang ke Parangtritis. Ini kalungan wesi. Mahkotanya, hiasan utama hidupnya itu besi. Benda. Logam paling murah. Agamanya materialisme, Tuhannya kekuasaan dan harta benda.

DONI
Lha terus masa depan saya gimana Yut?

AJIT
Ya Mbah, Yut, Doni ini sedang dalam usia perkembangan. Kita wajib memberinya harapan, optimisme, supaya hatinya besar dalam menyongsong masa depan.

MBAH GEOL
Lho kok kecil hati cucuku Doni? Kamu sudah benar memilih teman diskusi dan sahabat pergaulan. Kamu ajur ajer dengan teman-temanmu Serikat Pekerja Kereta Api itu keputusan yang sebaik-baiknya. Bahkan mulia, Coba kamu ulang lagi yang kamu baca tadi. Coba yang bagian-bagian akhir:

DONI
Nasionalisasi kereta api dari tangan penjajah yang dilakukan oleh rakyat/pekerja merupakan nasionalisasi yang pertama atas perusahaan-perusahaan yang dijalankan penjajah kolonial di Indonesia. Ini adalah sumbangsih kereta api Indonesia bagi sejarah kemerdekaan Indonesia. Jadi, kereta api Indonesia adalah sejarah rakyat, sejarah pekerja, sejarah bangsa Indonesia. Sewajarnyalah kereta api Indonesia dijalankan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

BUYUT IRODAT
Itu sungguh-sungguh niat perjuangan yang mulia, meskipun sangat sulit melaksanakannya dan sangat besar tantangan serta halangannya.

AJIT
Rungokke kuwi Thole Doni….
Sowan ngapurancang marang Buyut lan Simbah kono…

LAGU “PERAHU LAYAR.

END

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version