CakNun.com

Karena Setiap Manusia Wajib Bertahan Hidup

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Apa jadinya kalau para pendekar pencak silat berkumpul dalam satu majelis? Yang terjadi bukan adu jurus tetapi saling bercerita pengalaman masing-masing.

Foto: Hariyadi.

Bertempat di aula lantai dua SMK Global Mentoro, Senin, 16 Mei 2022, para sesepuh pendekar pencak silat berkumpul dalam acara Sarasehan Pencak Silat. Acara dimulai pukul 13.00 WIB usai acara Akhirussanah SMK Global.

Di antara para sesepuh pencak silat dari desa Brudu, Kwaron dan Mentoro hadir pula Bapak Fajar Suharno dari Persatuan Gerak Badan Bangau Putih Bogor. Pak Harno hadir secara khusus bersama Mbah Nun untuk mengetengahkan poin-poin dasar pencak silat.

Acara dibuka oleh Cak Nas seraya mengenalkan para sesepuh pencak silat yang hadir pada siang itu. Tak urung mengalir cerita masa muda ketika para pendekar mempelajari jurus-jurus pencak. Sebagian ada yang sudah lupa jurus-jurusnya. Namun, hal itu tidak mengurangi ketangkasan dan kesigapan mereka.

Sebagai pijakan dasar Mbah Nun menyampaikan beberapa hal. Pencapaian maksimal dari pertemuan itu adalah tidak menutup kemungkinan didirikannya perguruan pencak silat di Mentoro. Atau minimalnya anak-anak muda, jamaah Padhangmbulan, memperoleh kesempatan ikut uri-uri tradisi leluhur pencak silat.

“Berlatih pencak silat pasti tidak hanya untuk keperluan gelut,” ungkap Mbah Nun. “Kita bisa menggali fungsi-fungsi lain yang tak kalah penting dan mendasar, seperti manfaat kebugaran, kesehatan, pengobatan.”

Tidak kalah menarik adalah ketika para sesepuh memperagakan kuda-kuda sebagai fondasi setiap gerakan pencak silat. Versi kuda-kuda dari Kwaron dan Brudu ditampilkan cukup mantap kendati usia para pendekar itu tidak muda lagi. Tidak ketinggalan Pak Harno juga turut menyumbang praktik gerakan kuda-kuda yang benar.

Kuda-kuda bukan sekadar gerakan. Ia dapat diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan karena setiap manusia wajib bertahan hidup. Pada konteks ini sesungguhnya kita memerlukan sikap kuda-kuda yang tepat, benar, dan kokoh.

Mbah Nun pun menyampaikan contoh konkret manfaat sikap kuda-kuda. Tidak untuk menunjukkan kita hebat dan sakti, melainkan memang begitulah kita seharusnya menjalani hidup.

“Sakti, hebat, kaya bukan tujuan. Semua itu akibat logis saat kita rajin berlatih, rajin bekerja, rajin mengolah diri,” tegas Mbah Nun.

Foto: Hariyadi.

Selain memperagakan jurus-jurus pencak silat, para sesepuh juga menunjukkan gerakan praktis saat menerima serangan yang tidak terduga dari lawan. Tangkisan dan pukulan yang refleks saat mereka menerima serangan menunjukkan gerakan pencak telah menyatu dalam diri mereka.

Menjelang pukul tiga sore sesi diskusi beralih ke pembahasan tentang pilihan-pilihan tindak lanjut. Beberapa opsi yang ditawarkan adalah workshop dan pendirian perguruan pencak silat. Ringkasnya, terbuka kesempatan bagi kita untuk terlibat dalam kegiatan uri-uri tradisi pencak silat. (ASS/caknun.com)

Lainnya

Kita Tidak Ikut-ikutan Dholim

Kita Tidak Ikut-ikutan Dholim

Hari ini, Senin, 16 Mei 2022, SMK Global Mentoro menyelenggarakan Akhirussanah 2021/2022 dengan tajuk utama “Terus Berjalan: Generasi Milenial yang Kompeten dan Siap Bersaing di Era Digital.” Acara ungkapan rasa syukur atas selesainya kegiatan belajar siswa kelas XII ini digelar di area pengajian Padhangmbulan Mentoro.

Redaksi
Redaksi
Dari Desa Lengkong, Mbah Nun Ingatkan Etika Bershalawat

Dari Desa Lengkong, Mbah Nun Ingatkan Etika Bershalawat

Kehadiran Mbah Nun dan KiaiKanjeng di Desa Lengkong Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara pada hari Sabtu 3 September 2022 sudah ditunggu-tunggu warga desa sejak mereka mengetahui bahwa Aula Achmad Sadjangi yang baru saja selesai dibangun akan diresmikan oleh Mbah Nun.

Helmi Mustofa
Helmi Mustofa