CakNun.com

Jamaah Maiyah Solo Raya Gelar Tawashshulan

Muhammadona Setiawan
Waktu baca ± 4 menit

Pada Senin malam Selasa Kliwon, 5 September 2022, teman-teman Jamaah Maiyah se-Solo Raya menggelar Tawashshulan, dan ini merupakan yang perdana. Acara berlangsung dan bertempat di halaman Masjid Wisanggeni, Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten. Sukoharjo. Tawashshulan se-Solo Raya ini diprakarsai oleh rekan-rekan Jamaah Maiyah wilayah Solo dan sekitarnya. Sebulan lebih, rekan-rekan panitia berkumpul, berembug, bahu-membahu mempersiapkan segala hal teknis dan nonteknis untuk pelaksanaan Tawashshulan se-Solo raya ini. Ada baiknya kita flashback sebentar.

Berangkat dari kesadaran diri yang masih kotor, kumuh, dan tentu saja rasa ingin turut serta nguri-uri Tawashshulan yang sudah dijalankan di Kadipiro, memicu hasrat rekan-rekan JM Solo raya untuk mengadakan hal serupa. Bagaimana caranya? Untungnya, setiap niat baik selalu bersambut dengan “tangan-tangan” baik yang sukarela membantu, mendukung, dan memfasilitasi demi terwujudnya acara.

Pihak pertama yang berkenan mendukung acara Tawashshulan Solo Raya adalah Mas Islamiyanto. Sebagian rekan Jamaah punya relasi yang baik dengan beliau. Sehingga dengan senang hati Mas Islami membantu persiapan kami. Rapat pertama panitia pun bertempat di rumah Mas Islami di Delanggu. Di situlah segala ubo rampe mulai digodhog. Kami yang awam benar-benar mendapatkan pencerahan dari Mas Islamiyanto.

Lewat Mas Islami pulalah, kami tersambung dengan Mbah Pur. Beliau adalah sahabat Mbah Nun. Panitia, ditemani Mas Islami bergegas silaturahmi ke ndalem Mbah Pur guna melakukan koordinasi. Akhirnya disepakati Tawashshulan se-Solo Raya bakal digelar di halaman Masjid Wisanggeni, Sukoharjo, milik Mbah Pur yang memiliki nama lengkap Muhammad Hadi Purnomo. Tidak hanya tempat, Mbah Pur juga menyediakan akomodasi Jamaah, konsumsi, panggung, dll.

Bakda Isya’, Jamaah perlahan mulai berdatangan. Bapak-bapak duduk lesehan di depan panggung, sedangkan ibu-ibu di sebelah kanan panggung. Jamaah yang hadir pun beragam. Ada Jamaah Maiyah dari Solo dan seputarnya, tetangga sekitar, hingga masyarakat umum. Jelang pukul 20.00 WIB, Mas Islamiyanto ditemani beberapa panitia naik ke panggung, membuka acara, sekaligus memimpin Tawashshulan.

Tak berselang lama, para Habaib rawuh. Ada Habib Baghir, Habib Ali, serta Gus Firman. Disusul Cak Diqin dan istri (penyanyi senior campursari), dan Kang Pangsit Gundul (ex. Grup humor Teamlo). Sekira satu jam lamanya Jamaah diajak untuk membaca, menyapa, seraya memuji Allah dan Kanjeng Nabi. Suasana khusyuk, hanyut, larut. Sesekali suara terbata, diikuti butiran tetes airmata. Tawashshulan disudahi dengan Mahalul Qiyam, semua Jamaah berdiri.

Usai memanjatkan doa, Mas Islamiyanto mempersilakan Cak Diqin menyapa para Jamaah. “Kok Cak Diqin dah tampak sepuh ya”, batin saya. Ingatan saya membuka, ternyata sejak SD saya sudah mendengar dan menyanyikan lagu-lagu karya Cak Diqin. Itu berarti 20 tahunan yang lalu. Dan kini usia beliau sudah 58 tahun. MasyaAllah, semoga panjang umur.

Lepas uluk salam, Cak Diqin langsung membawakan nomor Lir ilir. Di sela bernyanyi Cak Diqin berkisah, saat ini beliau sedang mendirikan Pondok Pesantren di daerah Banyudono, Boyolali. Pembangunan sudah hampir rampung. Tak lupa beliau memohon kepada para Habaib dan seluruh Jamaah untuk turut mendoakan demi kelancaran pembangunan Pondok Pesantren yang diberi nama Ponpes Tanah Jawi.

Suasana mendadak gerrr, ketika Kang Pangsit berdiri, sembari say hello kepada Jamaah dengan celetukan khasnya. Dasarnya penyanyi grup humor, setiap tutur dan gesturnya mengundang tawa. Baik Cak Diqin maupun Kang Pangsit sama-sama menyumbangkan suara emasnya. Cak Diqin menyanyikan tembang hitsnya berjudul “Cinta Tak Terpisahkan”, sedangkan Kang Pangsit membawakan lagu Madiun-Ngawi.

Dari potongan dua lirik lagu yang mereka bawakan, Mas Islamiyanto coba menawarkan dan mengajak Cak Diqin, Kang Pangsit, serta Jamaah untuk menariknya agar nyambung dengan tema Tawashshulan malam itu. “Boleh nggak Cak, kalau kata Denok kita ganti dengan Nabi. Jadinya nanti begini, Duh Nabi gandhulane ati”, usul Mas Is kepada Cak Diqin. Spontan Cak Diqin pun tersenyum, dan menjawab mathuk. “Kalau gandhulane ati kita itu Kanjeng Nabi, InsyaAllah hidup kita akan aman dan selamat,” tutur Mas Islami.

Juga dalam lirik lagu yang dinyanyikan Kang Pangsit, “Yen aku kangen, kangen karo sliramu. Mu di sini kan bisa kita maksudkan Kanjeng Nabi ya?”, tanya Mas Islamiyanto. “Dan acara Tawashshulan malam ini merupakan salah satu sarana kita mengungkapkan kangen kepada Kanjeng Nabi. InsyaAllah Baginda Muhammad kersa rawuh di sini, menyambut dan menjawab mesra untaian shalawat dan salam kita”. Beliau menambahkan, kalau bisa apapun yang kita lakukan, kita upayakan, selalu kita dasari dengan rasa cinta kepada Kanjeng Nabi, agar Allah Ta’ala memberkahi. Amin panjang diserukan seluruh Jamaah yang hadir.

Tak terasa jarum jam telah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Mas Islamiyanto pun mempersilakan Gus Firman untuk urun ambil bagian. Tidak banyak yang beliau sampaikan. Beliau hanya berpesan agar kegiatan Tawashshulan ini terus diadakan. Tawashshulan adalah cara paling mudah bagi kita untuk bersama-sama menyapa Rasulullah. Perihal “menyapa” Kanjeng Nabi, beliau punya analogi menarik.

“Misal kita naik gunung, sinyal jelek, lalu menelepon seseorang dengan ponsel, maka suaranya pasti tidak terdengar jelas, putus-putus, bahkan tidak nyambung sama sekali,” terang Gus Firman. “Nah, begitu juga hubungan kita dengan Kanjeng Nabi. Kalau kita bershalawat, bertawashshul, tetapi hati kita kok tidak merasa nyaman, kering, hambar, maka ada masalah dengan ‘sinyal’ kita. Ada tabir penghalang antara kita dengan Baginda Nabi. Dan itu mesti segera diperbaiki. Dengan apa? Tombo ati. Moco Qur’an lan maknane. Solat wengi. Kumpul wong soleh. Poso, lan dzikir wengi ingkang suwe. Semoga Allah membasuh kalbu kita agar menjadi arif dan lembut,” tutup beliau.

Tepat pukul 23.00, satu nomor shalawat dilantunkan. Jamaah lalu berdiri. Acara dipuncaki dengan menggemakan Shohibu Baity. Dalam. Dalam. Mendalam. Tinggi. Tinggi. Meninggi.

Sukoharjo – Gemolong, 5-6 September 2022

Lainnya

Sinau Bareng di Halaman Masjid Wisanggeni

Sinau Bareng di Halaman Masjid Wisanggeni

Setelah dua hari lalu Sinau Bareng di SMAN 1 Kendal, malam nanti Cak Nun dan KiaiKanjeng akan hadir di halaman Masjid Wisanggeni di Dusun Mulyasari Trasan Gatak Sukoharjo untuk Sinau Bareng yang digelar oleh Pak Dhe Pur bersama masyarakat setempat.

Redaksi
Redaksi