Hikmat dan Gembira, Masyarakat Bojonegoro Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng
Peran dan porsi dibagi oleh Mbah Nun secara merata ke sebanyak mungkin orang. Dari jamaah hingga Bu Bupati. Malah, seperti sudah kita saksikan bersama dari satu Sinau Bareng ke Sinau Bareng lainnya, sosok seperti Mas Jijid, yang notabene player KiaiKanjeng, juga diminta menjadi pemimpin workshop dan menjadi sangat ikonik perannya dalam memimpin kelompok jamaah yang menjadi rakyatnya. Demikian juga Mas Doni, vokalis yang juga diminta Mbah Nun memimpin dalam game-game keindonesiaan melalaui musik.
Semalam sejumlah nomor dihadirkan KiaiKanjeng. Ada Hijrah-nya Si Bintang Timur Ummi Kultsum di mana ada lantunan thala’al badru alaina, dan nomor ini untuk merespons nama Festival ini yaitu full moon yang berarti bulan purnama, dan pada nomor Hijrah dan lirik Thala’al Badru ‘alaina ini, hijrah Nabi ke Madinah disambut dan digambarkan bagai bulan purnama yang muncul dari balik dua bukit. Mbah Nun mengartikannya sebagai bahwa Nabi Muhammad hadir membawakan Islam sebagai nilai-nilai yang tidak esktrem, melainkan di titik tengah, di titik adil, dan tidak condong kepada salah satu kutub. Ummatan wasathan.
Lagu Tombo Ati juga menjadi salah satu nomor yang dinikmati dalam kebersamaan tadi malam. Dibawakan terlebih dulu dalam beberapa versi daerah, dan nanti ujungnya dibawakan seperti dalam Album Kado Muhammad Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Di sini, Mbah Nun mengingatkan bahwa pesan yang utama dalam Tombo Ati adalah dalam hati manusia sering terdapat penyakit hati yang perlu di-tomboni. Di antara penyakit hati itu adalah hasad, dengki, dan dengki. Menurut Mbah Nun, rasa minder juga termasuk penyakit hati yang harus disembuhkan.
Mbah Nun sendiri melihat kebersamaan Sinau Bareng tadi malam sebagai “malam thoharah” atau ruwatan supaya semua yang hadir dan masyarakat Bojonegoro pada khususnya dihindarkan oleh Allah dari malapetaka dan adzab. Mbah Nun juga mengulang keyakinan beliau dan dinyatakan kepada Bu Bupati dan semua masyarakat bahwa kemajuan Indonesia ke depan bergantung kepada bupati-bupati di seluruh daerah di Indonesia.
Hujan gerimis di yang masih berlangsung di awal Sinau Bareng berlangsung tidak terlalu. Saat Mbah Nun sudah menyapa dan berbicara, satu demi satu muatan Sinau Bareng bergulir, gerimis seperti fade out pelan-pelan dan memberikan kesempatan para jamaah lebih fokus dan hikmat dalam belajar bersama-sama. Alhamdulillah semua enjoy dan aktif dalam mengikuti Sinau Bareng dalam rangka Festival Full Moon 2022 Bojonegoro. Setelah ini nanti kita lanjut memetik ilmu dari sesi workshop tematik menyangkut pemahaman tentang beda antara sejarah, babad, dan dongeng yang dipantik oleh Mbah Nun tadi malam. (caknun.com)