CakNun.com

Harmoni Orkestra Kesehatan Masyarakat

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
Waktu baca ± 2 menit

Dalam ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa komponen sebagai syarat terbentuknya sebuah orkestra yang indah dari sebuah komposisi yang disebut dengan ‘masyarakat yang sehat’.

Photo by Mark Williams on Unsplash

Unsur-unsur orkestra tersebut adalah: orang, komunitas, pesan kesehatan masyarakat dan seorang dirigen (conductor) yang memimpin orkestra ini agar menghasilkan nada yang harmonis. Besar kecilnya komunitas bisa mulai dari skala terkecil yang bernama tetangga, meningkat ke yang lebih besar yaitu dasa wisma kemudian RT — RW — kampung (dusun) dan seterusnya sampai ke tingkat ‘negara’ atau regional sebagai unit terbesar dalam struktur komunitas.

Dirigen adalah seseorang yang memberikan public health message (pesan kesehatan masayarakat) melalui tongkat dirigennya, sedangkan unsur-unsur orkestra yang lain adalah orang (manusia) sebagai pemainnya. Pemain ini tergantung dari alat yang dimainkan, apakah dia memainkan alat gesek sehingga dia masuk ke dalam komunitas string section, atau alat tiup, sehingga masuk dalam komunitas brass section dan yang lainnya, seperti perkusi dan woodwind. Sedangkan partiturnya adalah konsep public health message. Partitur public health message ini yang harus dimainkan secara padu-padan agar tercipta harmoni yang indah.

Pernah kejadian beberapa tahun silam, ada penyakit yang menimpa (sebagian besar) mahasiswa, yang tinggal di sekitar jalan Kaliurang. Penyakit tersebut ditandai dengan demam yang tinggi disertai mual atau muntah dan kencing yang menyerupai air teh. Penyakit infeksi yang terjadi secara sporadis, hampir bersamaan dan menimpa banyak mahasiswa, tentu adalah penyakit yang berkembang pada suatu komunitas. Setelah melakukan uji klinik dan laboratorium terhadap beberapa penderita maka disimpulkan penyakit tersebut adalah Hepatitis A.

Dari kacamata ilmu kesehatan masyarakat, penyakit ini adalah penyakit yang menjangkiti suatu daerah tertentu karena ditularkan melalui produk makanan dan atau minuman yang tercemar oleh virus Hepatitis A. Setelah ditelusuri, para penderita ini menderita sesudah jajan di warung yang berjejer sepanjang jalan itu. Metode investigasi penyakit yang kemudian ditindaklanjuti dengan usaha promotif kuratif dan rehabilitatif untuk usaha preventif agar penyakit tersebut tidak datang lagi adalah usaha-usaha dalam rangka membentuk sebuah simfoni yang indah dan harmonis.

Unsur-unsur yang menunjang keharmonisan itu adalah: si penderita itu sendiri, yang taat untuk berobat, ‘mengisolasi’ dirinya sendiri karena sadar tidak boleh makan/minum berbagi agar tak menular. Sadar harus buang air besar dan buang air kecil pada tempatnya dan dilakukan secara benar. Lingkungan penderita yang sadar untuk selalu ‘keep distance’/jaga jarak. Para pedagang makanan yang sadar dan menyadari arti penting kebersihan makanan, alat makan (piring, sendok, garpu), cowek dan munthu untuk bikin sambal, gelas, pembuangan limbah serta penyediaan air bersih dan sehat serta unsur dinas kesehatan sebagai pembawa pesan kesehatan masyarakat akan membentuk sebuah harmoni sehingga hasilnya adalah masyarakat (komunitas mahasiswa) yang sehat.

Coba kalau ada unsur-unsur orkestra tadi yang tidak aware dan menghasilkan nada sumbang atau temponya yang berbeda, tentu disharmoni yang tercipta. Sehingga bubarlah komposisi itu.

Misalnya, si sakit tidak menjaga diri, atau si dirigen tidak menyampaikan ‘pesan kesehatan masyarakat’, maka komposisi tadi akan ‘bubar’ sehingga orkestra tidak terbentuk dan hasilnya adalah nada-nada sumbang yang tidak enak didengar.

Di dalam Al-Qur’an juga disebut hal-hal mengenai pentingnya hidup bertetangga. Sehingga, harmoni dalam sebuah komunitas akan selalu terjaga.

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36).

Lainnya

Empat Cara Menerobos Kebuntuan

Empat Cara Menerobos Kebuntuan

Dalam kondisi politik, ekonomi, budaya, hukum, dan sosial mengalami semacam kebuntuan yang diperlukan adalah keberanian.

Mustofa W. Hasyim
Mustofa W.H.
Exit mobile version