Berkah Refleksi Tombo Ati Kado Muhammad
Saya mengenal Maiyah pada awalnya adalah karena kesengsem (jatuh hati) pada lagu Tombo Ati yang dibawakan oleh Cak Nun dengan iringan musik KiaiKanjeng yang saya lihat di layar kaca pada salah satu stasiun televisi swasta Indonesia pada awal Tahun 1997-an.
Sebagaimana puisi atau narasi Cak Nun sebelum masuk ke lagu Tombo Ati pada Album “Kado Muhammad”, Cak Nun menguatkan hati orang-orang yang tersakiti, tertindas, menderita diam-diam, maupun orang-orang yang sangat susah untuk bertemu dengan yang namanya keadilan, dengan cara yang tidak menggurui tetapi melalui sentuhan lembut pada jiwa seluruh lapisan strata sosial masyarakat, mengajak kita (bercermin) bersandar sejenak untuk menata hati dan menjernihkan pikiran, membuka cakrawala, melihat sekeliling, melakukan intropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat untuk sebisanya tidak kita ulangi lagi, sekaligus meneguhkan kebenaran untuk diperjuangkan kembali.
Tombo Ati merupakan syair lagu yang sangat populer di kalangan masyarakat santri Jawa. Terutama di desa-desa yang berada wilayah Jawa pesisir utara, puji-pujian ini sering dilantunkan di masjid, surau, langgar atau mushalla pada saat menjelang shalat berjamaah. Masyarakat mengenal dengan baik tembang yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Bonang salah satu Walisongo yang liriknya:
Tombo ati iku ono limang perkoro
Kaping pisan moco Qur’an sak maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulano
Kaping papat weteng iro ing kang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Insyaallah gusti pangeran ngijabahi
Tombo Ati adalah sebuah “refleksi” untuk mengobati atau menawarkan hati yang sakit/tersakiti (terzalimi, tertindas, terkecewakan dll.), sekaligus juga untuk mengobati hati yang berpenyakit (serakah, dengki, sombong dll.).
Dari lagu Tombo Ati pada Album Kado Muhammad inilah saya mengenal pengajian-pengajian Cak Nun dan KiaiKanjeng yang namanya saat itu adalah Pengajian Tombo Ati yang keliling ke mana-mana, di kota-kota maupun di desa-desa hingga sampai saat ini kita mengenal Sinau Bareng bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng, pada awalnya adalah bernama Pengajian Tombo Ati. Untuk mengobati hati yang sakit dan mengobati hati yang berpenyakit, dalam ranah skala yang kecil maupun skala yang luas, dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat, hingga sampai ke skala negara.
Selamat Milad ke-69 Mbah Nun, “Mugi Tansah Dipun Paringi Karahyuan lan Panjang Yuswo. Amiin”.