Ambyuk dan Pasrah Sepasrah-pasrahnya

Pengajian Padhangmbulan yang dilaksanakan pada Jum’at (12/8/2022) diawali dengan Tawashshulan. Ini memang kali pertama Tawashshulan ketika pengajian yang diselenggarakan di desa Mentoro Kec. Sumobito selalu dibuka dengan rangkaian Wirid Padhangmbulan.

Sebelum Tawashshulan dimulai jamaah menyimak tayangan video Mbah Fuad. Poin yang disampaikan Mbah Fuad dapat dibaca dalam tulisan “Tawassulan atau Tawashshulan”.
Cak Majid, Lek Ham, Mbak Yuli, Mbak Nia dan teman-teman Lemud Samudro bersama jamaah Padhangmbulan membaca rangkaian doa Tawashshulan. Selama satu jam setengah suasana pun terasa meneb dan khusyuk.
Cak Dil membuka diskusi melalui pertanyaan, apa yang membuat kita merasa optimis dan pesimis? Teman-teman jamaah merespons pertanyaan tersebut secara antusias. Sengaja dibentuk “kelompok optimis” dan “kelompok pesimis”. Kelompok optimis mengemukakan sejumlah pengalaman tentang optimisme mereka. Sebaliknya, kelompok pesimis menyampaikan pendapat tentang pesimisme mereka.
Itu simulasi sederhana untuk menyeimbangkan pola pikir bahwa kita tidak hanya merasa perlu bersikap optimis. Namun, pada konteks yang lain kita menerima kenyataan yang membuat kita merasa pesimis.
Usai menggali pikiran tentang optimis dan pesimis, jamaah Padhangmbulan menyimak tayangan video dari Mbah Nun. “Kita hanya bisa mengandalkan Allah dan Rasulullah,” tegas Mbah Nun. Ngemis dalam konteks ini adalah ambyuk, berserah diri setotal-totalnya, pasrah sepasrah-pasrahnya seraya nyuwun paring-paring kepada Allah.

Kita tidak sedang mengajarkan fatalisme. Dalam lingkaran di mana kita diberi kemampuan untuk bekerja dan berusaha, kita total berjihad. Sedangkan dalam lingkaran di mana kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya, kita bertawakal kepada Allah. Tidak ada cara lain: mengemis pertolongan kepada Allah merupakan pengejawantahan iman bahwa kepastian perubahan berada dalam genggaman tangan-Nya.
Sebelum pengajian berakhir spirit Tawashshulan diteguhkan kembali. “Tawashshulan adalah pernyataan dan upacara ketidakberdayaan kita kepada dan di hadapan Allah Swt. Kita mengidamkan Allah mengamankan dan menyamankan keberadaan kita di tengah kehidupan dunia yang dikuasai “fasadah” dan ketidaknyamanan,” pesan Mbah Nun dalam “Mengemis (Nyuwun Paring-paring) kepada Allah”.
Pengajian Padhangmbulan dipungkasi dengan rangkaian doa Maqamat Hajat, Indal Qiyam, dan Doa Ikhtitam.