Universitas Terbuka Malioboro
Persada Studi Klub Malioboro, universitas terbuka yang pintunya betul-betul terbuka lebar selebar langit semesta. Ini betul-betul universitas sejati yang orisinal dan otentik bukan universitas KW juga bukan kumpulan fakultas. Mengapa? Karena hal-hal yang bersifat universal dan kandungannya bahkan menyatukan hakikat yang universum dan unikum dari kehadiran dan proses manusia menjadi manusia. Sebuah hakikat proses pembelajaran manusia tanpa sekat SARA, sekat waktu dan sekat ruang.
Dengan demikian Malioboro hanya sekadar alamat untuk memudahkan pencermatan hakikat. Tahun 1968-1975 hanya sekadar penanda waktu dari pusaran proses pendidikan atau Pawiyatan Ageng khas Yogyakarta. Orang-orang Malioboro hanyalah wayang-wayang sejarah dari para salik atau pengembara dan pemburu cakrawala kebenaran, keindahan, dan kebajikan hidup manusia di tengah alam semesta. Dan Umbu Landu Paranggi menjadi dan terus berproses menjadi wasilah dari himpunan energi nilai langit yang diturunkan ke bumi lewat tetesan embun kesadaran atau bahkan hujan lebat penyadaran yang kadang membuat orang-orang Malioboro yang menerimanya pingsan dan atau paling tidak gemetar.
Sang Wasilah kelihatannya santai sambil klempas-klempus merokok dan sinar matanya menembus kegelapan negeri. Kata-kata dan kalimat-kalimatnya hemat mengandung aura dan vibrasi spiritual yang menyuburkan kecerdasan budaya para pendengaran dan pembacanya. Topi yang dia kenakan melindungi wajah yang keras dan baju rapi melindungi kobaran api semangat yang menghuni dadanya. Sunyi yang dia ciptakan dalam sinau bareng membuat orang-orang Malioboro nyaman sekaligus gelisah dalam mensyukuri umur dalam kehidupan sehari-hari ini.
Universitas Terbuka Malioboro yang pintunya terbuka lebar selebar langit semesta ini sungguh maqomnya sangat kualitatif tanpa kalkulasi duniawi babar blas. Orang-orang Malioboro diajak menulis puisi murni yang lahir dari jiwa-jiwa pencari. Honorariumnya berasal dari Tuhan berupa kenikmatan spiritual dan kematangan karakter kemanusiaan yang merupakan kebutuhan abadi bagi manusia dalam menempuh kehidupan di dunia dan akhirat.
Ayat-ayat komunikasi dalam surat Wal ‘ashri dan ayat-ayat peradaban dalam surat At-Tin menjadi santapan sehari-hari walau Umbu tidak mengkhutbahkan secara formal dan normatif. Makna substansi sekaligus esensi dari ayat-ayat itu hadir dalam bentuk yang lembut dan tidak langsung.
Inilah yang membuat orang-orang Malioboro bertahan untuk terus belajar memaknakan hidupnya dan menyuburkan pohon kebajikan dalam jiwanya sampai hari ini. Meski Umbu Landu Paranggi telah pergi dan sekaligus kembali ke Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir, orang-orang Malioboro yang setia mengamalkan ilmunya ilmu lelaku utama kehidupan masih terus hadir dengan kekhusyukan dan keguyuban cinta yang menyemesta.
Ini sungguh saya sadari sebagai pengalaman yang indah di bulan Ramadhan ini.
Kauman, 5 Mei 2021