Tuhan Yang Sederhana
Saya banyak belajar tentang empan papan, posisoning di Maiyah.
Bagaimana saya harus meletakkan diri dalam hakikat penciptaan Tuhan atas diri saya pada rentang zaman, lorong waktu maupun koordinat saya di bentangan alam semesta, negara hingga kampung halaman.
Bahkan bisa jadi lebih presisi lagi.
Bahwa ternyata saya hanyalah serpihan debu yang terbawa angin, itu tidak mengapa.
Karena Tuhan bersedia menghadirkan diri-Nya sebagai Sang Maha Lembut yang membersamai manusia.
Bahwa nyatanya saya sangat lemah dan bodoh, itu pun sekarang bukan masalah untuk saya.
Karena Sang Maha Sabar tetap menjaga dan menyayangi semua makhluk-makhluk-Nya.
Justru dalam keterbatasan itu saya diberi kesempatan untuk belajar dan berusaha lebih sungguh-sungguh, melakukan sprint dan mengupayakan tandang yang optimal sesuai dengan kadar yang ditetapkan untuk saya.
Tidak harus muluk-muluk, karena Tuhan mampu menampung semua tanpa kecuali.
Tuhan Yang Sederhana tapi Tanpa Batas.