CakNun.com

Tiga Lingkar Penting dalam Hidup

Ali Ahsan Al Haris
Waktu baca ± 3 menit
Image by Pexels from Pixabay

Meminjam istilah Mbah Nun, kita hidup di dunia ini dalam rangka outbond. Kok bisa? Lha wong aslinya kita ini penduduk surga. Cuma, dalam praktiknya, selama outbond ada beberapa hal yang wajib dilakukan dan dihindari. Hal-hal selama menjalani outbond ini jika tidak di-maintenance dengan bijak dapat membuat bahaya diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

Ilmu mahal penuh daging ini saya dapatkan dari Mas Sabrang yang audionya diunggah di salah satu podcast. Cara ini dapat membuat moncer karir seseorang; suksesnya suami menjadi kepala keluarga; berhasilnya sosok Ibu mendidik anak-anaknya pun berhasilnya sebuah organisasi dan negara. Lantas, apa ketiga lingkar itu?

Pertama, Lingkar Pengaruh. Lingkar ini berada paling dalam, sangat dekat dengan diri kita dan paling banyak mengeluarkan energi dan pikiran. Kita dapat melakukan sesuatu secara langsung tanpa khawatir ada yang mengganggu. Dalam konteks ini, Mas Sabrang memberikan contoh seorang pengendara motor memiliki lingkar pengaruh yang sangat besar. Dia dapat membelokkan sepeda motornya ke mana saja dan mau menyetir model seperti apa juga terserah dirinya, lha wong dia yang punya kuasa.

Kedua, Lingkar Peduli. Posisi kita hanya mempedulikan tanpa tahu persis dan tidak dapat mengubah terlalu banyak. Kembali ke contoh di atas, pemilik lingkar pengaruh adalah pengendara sepeda motor, sedangkan lingkar peduli adalah pembonceng. Pengendara mau model nyetirnya berbagai gaya bahkan sampai mengancam keselamatan si pembonceng, ia hanya dapat pasrah sama si pengendara. Pengendara belok ke kiri, ya si pembonceng akan belok kiri juga. Dalam konteks ini, jika kita masuk di dalam lingkar peduli, tidak perlu stres. Sebab, dari awal sudah memutuskan untuk membonceng. Masa iya menyetreskan pada hal yang memang sudah kita serahkan di awal.

Ketiga, Lingkar Perhatian. Posisi kita tidak dapat mengubah apapun. Percuma menghabiskan waktu dan energi mengurusi hal ini.

Kita tidak perlu ikut stres membaca berita betapa bobroknya pemimpin-pemimpin kita, tidak adilnya penegak hukum dalam mengadili masalah dan banyak kasus lainnya yang terjadi mulai level bawah sampai atas. Namun, hal seperti itu perlu kita perhatikan dan pelajari untuk diaplikasikan di lingkar pengaruh kita. “Ohh, itu buruk. Saya tidak boleh seperti itu.”

Perhatian utama kita semua adalah bagaimana mengaplikasikan lingkar pengaruh yang kita miliki secara benar. Jika sudah ditata dengan baik dan dilakukan dengan bagus, otomatis lingkar pengaruh kita akan naik dengan sendirinya. Kita dapat memengaruhi banyak orang karena kita dipercaya dan pengetahuan kita yang bertambah. Bahkan yang awalnya ada di lingkar peduli dapat bergeser ke lingkar pengaruh kita.

“Orang yang sukses, adalah orang yang efektif melakukan di lingkar pengaruhnya,” kata Mas Sabrang.

Proses Sinau

Saya satu tahun lebih fokus sinau ketiga lapis lingkar ini. Awalnya saya mudah stres membaca berita kisruh pemimpin elit senayan, korupsi merajalela dan kabar-kabar edan lainnya. Sekarang jadi mikir! Kenapa dulu saya stres dengan hal yang ada di lingkar perhatian. Mengapa saya tidak melakukan hal-hal yang berada di lingkar pengaruh saya saja?

Bagi pembaca yang sekarang diamanahi memegang jabatan (formal/non formal) tapi tidak terlalu dipatuhi, bahkan ditentang bawahan. Langkah pertama adalah intropeksi diri. Meskipun jabatan yang diemban memiliki potensi lingkar pengaruh yang sangat luas tapi realita lingkar pengaruhnya sangat kecil. Berarti yang salah diri kita sendiri, bukan malah menyalahkan orang lain. Hal ini dapat dikembangkan ke pelbagai konteks. Mulai dari menjadi suami, mendidik anak, pemimpin organisasi, pimpinan perusahaan, dan mencari istri.

Saya selama sinau cukup sering terjebak pada lingkar peduli yang saya aplikasikan pada lingkar pengaruh. Misalnya, istri saya cerita kalau teman kerjanya malas mengerjakan program dari kantor sehingga berdampak besar pada perusahaan termasuk di departemen istri bekerja. Padahal konteks tersebut masuk di lingkar peduli. Tapi, terkadang saya ikut stres juga.

Dari pengalaman satu tahun ini, kunci utama ada di seni memilah informasi. Ketika sesuatu masuk dalam lingkar pengaruhmu, jangan pernah berhenti melakukan yang terbaik. Allah Swt memasrahkan sesuatu untuk kita lakukan, maka lakukan yang terbaik seperti halnya kita ingin diperlakukan yang terbaik oleh Allah Swt.

“Kemampuan untuk melihat secara tepat informasi apa masuk pada lingkar apa itulah yang disebut kebijaksanaan,” kata Mas Sabrang.

Apakah lingkar peduli dan perhatian sama dengan cuek? Tidak. Mas Sabrang mengajarkan sesuatu yang masuk lingkar peduli dan perhatian tetap untuk diperhatikan.

Mengapa?

Jika Allah Swt. memberikan amanah yang awalnya berada di lingkar peduli dan perhatian menjadi lingkar pengaruh, kita harus siap dengan segala kebutuhan, pengetahuan, kebijaksanaan dan cinta.

Alhamdulillah dalam satu tahun terakhir ini sudah mulai meninggalkan obrolan-obrolan dan membuang informasi yang masuk di lingkar peduli dan perhatian. Satu tahun ini fokus memperlebar lingkar pengaruh, kontrolnya lebih jelas. Dampak paling jelas yang saya rasakan adalah tidak mudah pasrah. Mengapa begitu?

Saya, hidup dan besar di lingkungan Jawa yang konservatif. Pedoman hidupnya asal aman dan ayem (nyaman) sudah bagus. Tentu itu adalah konsep yang bagus. Namun, setelah saya sinau tentang tiga lapis lingkar ini. Saya merasa sikap pasrah masuk pada lingkar peduli dan perhatian. Jika saya dapat memaksimalkan apa yang ada di lingkar pengaruh saya, mengapa harus ada kata pasrah di kamus hidup saya?

Kalau ternyata masih saja salah, mungkin sinau saya kurang mempeng.

Lainnya

Mbah Nun 1996

Mbah Nun 1996

“Okay siap-siap, mari ngene tak susul,” pesan balasan WA Mbah Nun masuk.

Jamal Jufree Ahmad
Jamal Jufree