The Sacred Chord #1 of Mas Beben
Kamis (8/7) malam, penggiat Kenduri Cinta bersama teman-teman Komunitas Jazz Kemayoran menyelenggarkaan virtual meeting bertajuk “The Sacred Chord #1 of Mas Beben”. Acara digagas dalam rangka memanjatkan doa dan tahlil untuk Mas Beben. Kita semua merasa kehilangan atas kepergian Mas Beben yang baru berpulang beberapa hari lalu. Namun, tidak mungkin kita berlarut dalam kesedihan terlalu lama.
Jamaah Maiyah, kerabat dekat Mas Beben, dan keluarga inti Mas Beben turut bergabung dalam acara ini. Tercatat 102 orang mengikuti conference call ini. Acara yang diawali dengan doa dan tahlil yang dipimpin oleh Kang Deden, meskipun dilakukan secara daring, namun tidak mengurangi kekhusyukan. Setelah doa dan tahlil, Mas Dik Doank, adik kandung Mas Beben mengungkapkan bahwa kepergian Mas Beben tidak perlu kita ratapi. Perasaan sedih itu manusiawi, namun sebagai manusia kita tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan atas kepergian Mas Beben.
Bagi Mas Dik, kita semua harus bersyukur karena sudah pernah dipertemukan dengan Mas Beben. Mas Dik menceritakan bahwa Mas Beben adalah orang yang sangat luhur budinya. Diakui Mas Dik Doank, seumur hidup belum pernah sekalipun Mas Beben marah kepada Mas Dik Doank. Jaga Cita, anak pertama Mas Beben kemudian menceritakan bagaimana Mas Beben mendidiknya sejak kecil dengan disiplin tinggi. Tidak mengherankan, Mas Beben yang dulu merupakan salah satu atlet andalan Indonesia dalam cabang olahraga bulu tangkis memang memiliki prinsip disiplin yang tinggi.
Prinsip hidup lain yang dipegang Mas Beben dalam mendidik anaknya adalah nilai istiqomah. Bagi Jaga Cita, Mas Beben adalah seorang Ayah yang sangat memegang prinsip istiqomah.
Di mata kerabat-kerabatnya, Mas Beben memang memiliki kesan yang sangat baik. Ricky, salah satu penggiat Komunitas Jazz Kemayoran yang sejak kecil dilatih Mas Beben dalam bermusik pun memiliki kesan mendalam. Prinsip “Allah is my audience” bukan sembarang prinsip bagi Mas Beben. Ricky menceritakan banyak pengalaman sangat berkesan bersama Mas Beben, juga dalam pentas dari panggung ke panggung. Dalam setiap perjalanan itu, Mas Beben selalu menyelipkan nilai-nilai spiritual kepada teman-teman Komunitas Jazz Kemayoran yang diajak dalam sebuah perjalanan. Sampai akhirnya, Ricky diajak Mas Beben tampil di Kenduri Cinta.
Pengalaman sangat berkesan bagi Ricky, karena di Kenduri Cinta ia mendapati penonton sangat beragam. Yang berjilbab, yang bertato, yang berpeci, semuanya ada. Yang lebih mengasyikkan lagi bagi Ricky, jamaah Maiyah di Kenduri Cinta selalu mengapresiasi apapun nomor lagu yang dibawa oleh Komunitas Jazz Kemayoran. Ricky yang awalnya canggung, bahkan sempat melepas antingnya, sampai akhirnya ia merasa tidak perlu lagi melepas antingnya saat manggung di Kenduri Cinta.
Bang Dame, salah satu sahabat Mas Beben yang mengenal Mas Beben karena awalnya ingin mencarikan guru musik untuk anaknya punya memiliki kesan sangat mendalam. Memang begitulah Mas Beben, kepada siapapun, sekalipun baru bertemu, selalu ramah. Tak ayal, setiap orang yang mengenalnya pasti akan merasa betah bersahabat dengan Mas Beben. Bang Dame sendiri pun akhirnya tidak hanya mendapatkan guru yang tepat bagi anaknya, tetapi juga mendapatkan teman diskusi tasawuf yang tepat. Beberapa bulan terakhir bahkan, Bang Dame bersama Mas Beben membuka kelas daring; Tasawuf Jazz.
Mas Ian L. Betts semalam juga turut bergabung dalam acara ini. Bagi Mas Ian, kehadiran Mas Beben di Maiyah terutama di Kenduri Cinta memberi warna tersendiri. Bukan hanya dalam khasanah musik yang mana Maiyah sangat kental dengan nuansa KiaiKanjeng, namun Mas Beben justru menambah semarak warna itu sendiri. Kita semua ingat bagaimana Jazz 7 Lagit dihelat di Kenduri Cinta. Juga setelahnya Mas Beben menyelenggarkaan Indonesia Jass Festival di Senayan yang juga mengajak serta KiaiKanjeng untuk perform di panggung itu bersama Mbak Inna Kamarie.
Kesan-kesan yang mendalam juga diceritakan secara bergantian oleh Mas Ronny, Pak Dani Sumarsono, Ustadz Noorshofa, dan Yai Toto Rahardjo.
Pada kesempatan semalam, Mbah Nun menitipkan sebuah pesan yang dikemas dalam sebuah video. Mbah Nun mengutip ayat ke-31 surat Ali Imron; Qul inkuntum tuhibbunallaha fattabi’uunii yuhbibkumullah wayaghfirlakum dzunuubakum, wallahu ghofuurun rohiimun. Mbah Nun mengenal Mas Beben sebagai sosok yang sangat mencintai Allah. Maka bagi Mbah Nun, berdasarkan ayat tersebut juga Allah mencintai Mas Beben. Mbah Nun menyampaikan bahwa dalam hidup ini banyak hal yang kita tidak mengerti, termasuk kepada kita dipertemukan dengan Mas Beben di Maiyah, kita sama sekali tidak mengerti atas takdir itu. Satu-satunya rumus yang disampaikan oleh Mbah Nun adalah bahwa atas ketidaktahuan kita itu maka kita ngikut saja sama Allah atas segala takdirnya ini.
Mbak Inna Kamarie kemudian menyampaikan bahwa ia sangat bahagia karena diperjodohkan oleh Allah dengan Mas Beben. Bagi Mbak Inna, Mas Beben itu suami yang sangat baik hati, yang bukan saja lembut hatinya, namun juga suami yang sangat sabar dan sangat sayang. Mbak Inna menceritakan hari-hari terakhir bersama Mas Beben, bagaimana Mas Beben meskipun saat saturasinya sangat rendah ketika dirawat di ICU, semangatnya untuk terus bertahan hidup tidak pernah padam.
Satu hal yang sangat berkesan bagi Mbak Inna adalah bahwa orang yang pertama kali menghubungi Mbak Inna di hari kepergian Mas Beben adalah Ibu Novia Kolopaking. Memang, dalam beberapa hari terakhir, Mbak Inna sangat intens berkomunikasi dengan Ibu Via dan mengabarkan perkembangan Mas Beben selama dirawat di Rumah Sakit.
Mbak Inna mengucapkan terima kasih kepada teman-teman penggiat Kenduri Cinta, Komunitas Jazz Kemayoran dan semua kerabat yang mengenal Mas Beben atas persentuhannya selama ini, atas persabatannya, atas kehangatan pergaulannya.
Acara yang sedianya dijadwalkan selesai pukul 22.00 WIB pada akhirnya harus mundur hingga pukul 24.00 WIB. Semua besyukur karena telah mengenal Mas Beben.