Terikat Pada Seremoni
Kita selalu punya kesempatan untuk kembali ke fitrah kita masing-masing kapanpun. Sayangnya budaya kita hari ini yang kita junjung adalah menungu momentum yang secara tradisi turun-menurun.
Bukan salah, tapi itu salah satu sebab bahwa hari ini peradaban kita adalah peradaban modern yang melakukan banyak hal untuk sekadar kebutuhan formalitas dan seremonial belaka. Maka dari itu, kita jangan pernah heran jika banyak orang beragama sekadar untuk kebutuhan formal, kita terikat pada seremoni-seremoni.
Ketika bulan Ramadlan kita berbondong-bondong mendatangi masjid, shalat berturut-turut, ketika muharram kita berbondong-bondong menyantuni para Yatim dan Piatu serta banyak momentum lain yang mungkin itu sudah menjadi patokan untuk melakukan kegiatan atau amaliah tertentu yang sejatinya kita bisa lakukan kapan saja bahkan menjadi rutinitas.
Itu sebabnya saya mengatakan bahwa banyak orang beragama secara seremonial belaka. Kita perlu pelajari lagi bahwa kita tidak perlu menunggu Lebaran untuk mudik, tidak perlu menunggu Idul Fitri untuk sungkeman kepada orang-orang tua kita, tidak perlu menunggu Idul Fitri untuk menyantuni anak Yatim.