Teguran Bagi Adab Anak Cucu
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh Mbah Nun.
Semoga Panjenengan sekeluarga sehat wal ’afiyat. Amin.
Mbah, kami anak dan cucu-cucu Panjenengan memohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah benar-benar mengecewakan. Kami memang kurang adab dan kurang ajar. Kami memang kurang peka, kurang empati, dan kurang peduli. Bimbingan, kawruh dan pengayoman Mbah Nun selama ini kami anggap sebagai sekadar hiburan dan selingan belaka.
Mungkin banyak dari kami menganggap Mbah Nun adalah sekadar seorang penceramah da’i panggung atau motivator. Mungkin kami tidak menyadari bahwa Mbah Nun adalah orang tua yg mengasuh, membina, dan mengayomi semua anak cucunya. Mungkin banyak dari kami tidak paham bahwa Mbah Nun adalah seorang Mursyid dan Murobbi yang selama ini membimbing perjalanan ruhani dan jasmani anak cucunya.
Mungkin banyak dari kami tidak mengetahui bahwa Mbah Nun adalah Kinasihnya Allah dan Habibun Nabi yang selama ini selalu memohonkan ampunan dan rahmat untuk kami semua bahkan kepada orang-orang yang telah melampaui batas. Mungkin banyak dari kami lupa bahwa jika seorang Kekasih Allah disakiti maka hakikatnya yang tersakiti adalah Allah dan Allahlah yang akan memberi perhitungan. Seperti dalam hadits Qudsi;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhya Allah ta’ala berfirman: “Siapa yang memusuhi wali-Ku maka telah Aku umumkan perang terhadapnya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari).
Mbah Nun, kami memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas ketidakbersyukuran kami terhadap limpahan rahmat, hidayah, inayah, dan barokah yang kami terima berkat Panjenengan.
Terimakasih Mbah telah menegur dan mengingatkan kami. Teguran Mbah kepada anak dan cucunya adalah bentuk kasih sayang agar kami bangkit, lebih rajin, fokus, dan tandang gawe.
Mbah, Anak dan cucu-cucu Panjenengan telah bertekad membela Si Mbahnya bilyad, billisan, dan bilqolb.
Ya Hafidh Ya Hafidh Ihfadh Maulana.