Ruang Perenungan Kontemporer
Ortega Y. Gasset, filsuf Spanyol yang lahir pada akhir abad ke-19, mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang mampu merenungkan diri. Di dalam filsafat, kata ‘merenung’ dan ‘perenungan’ merupakan salah satu kata kunci. Kemampuan manusia untuk melakukan perenungan menurut Ortega merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Sebatas pengenalan saya, Maiyah adalah ruang perenungan yang begitu kompatibel untuk kondisi masa kini. Apabila seseorang berasumsi terlibat di Maiyah untuk sekadar naik identitas atau naik jabatan, sepertinya ia datang ke alamat yang salah. Namun, apabila seseorang hadir di sini untuk menumbuhkan makna, maka ia tidak salah tempat.
Dunia ini yang ditemukan secara “akali” bukanlah dunia yang berisi hal- hal yang maya, melainkan satu dunia sebagai makna dan suatu cakrawala di mana manusia dapat dengan pasti berorientasi dan bergerak serta berpikir.
Bertafakur dan merenung juga merupakan model berpikir yang dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana Firman Allah Swt:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ambal berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua, dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.Ali Imran:190-191).
Selain sebagai makhluk yang mampu mengerjakan perenungan diri, manusia juga dikodratkan sebagai makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan membutuhkan berada di dalam kebersamaan. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk saling memberi dan mengambil manfaat satu sama lain.
Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya, sopirnya, dan pejabat negara tidak akan ada kalau tidak ada sumbangsih majikan yang bernama rakyat.
Maka di masa kini, kegiatan perenungan tidak cukup hanya berhenti pada proses mengetahui dan meyakini keberadaan Tuhan. Melainkan sepaket juga dengan proses mencari nilai, makna, dan rahasia dari sesama manusia bahkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang hadir sehari-hari di kehidupan kita.
Pandemi yang begitu dahsyat telah melahirkan problematika sosial dan menciptakan chaos dalam berbagai level dan aspek. Kebanyakan kita tak lagi sempat tabayyun informasi dan tak lagi sempat untuk mengambil jeda supaya dapat merenung.
Syukur alhamdulillah Jamaah Maiyah dibekali oleh Mbah Nun mengenai betapa pentingnya mengerjakan proses berpikir. Ini adalah bekal berharga menghadapi informasi yang tidak menentu, mengantisipasi setiap potensi chaos, dan hal-hal kontraproduktif lainnya.
Kemauan dan kemampuan untuk berpikir adalah sebuah investasi yang amat berguna dalam situasi yang berat seperti hari ini. Investasi yang dapat menyelamatkan keadaan atau setidaknya menghadapi apa yang terjadi di sekitar kita, baik di lingkup keluarga, RT/RW bahkan sampai level yang lebih luas dimana apapun keadaaanya, tetap ketenangan adalah yang utama.