CakNun.com

Refleksi Pandemi Buat Negeri

dr. Ade Hashman, Sp. An.
Waktu baca ± 10 menit

Dunia mengalami perubahan sangat cepat di masa pandemi. Bahwa dunia tidak lagi sama antara masa sebelum dan sesudah Covid ada. Banyak nilai-nilai menjadi jungkir balik setelah kehadiran novel Corona virus ini. Pandemi Covid ibarat sebuah portal yang me-reset tata kehidupan baru. Orang mengistilahkannya dengan sebutan “new normal”. Jika dulu kita punya slogan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, kini di masa Covid seolah-olah slogan yang berlaku adalah “berjarak membuat kita utuh”.

Banyak event dunia ditunda penyelenggaraannya atau diubah format kegiatannya, demi alasan keamanan dan keselamatan. Kita kenang sejenak nostalgia betapa nikmatnya silaturahmi kita dulu, bisa berkumpul dalam sebuah acara ilmiah, saling tatap muka secara real. Betapa membahagiakannya saat kita bebas berbicara, menyaksikan segala gestur, senyum dan tawa teman-teman dan sahabat kita tanpa terhalangi oleh tabir masker. Dan betapa menyenangkannya, dulu ketika kita tidak khawatir untuk berjabat tangan sebagai simbol penegasan persaudaraan di antara kita. Sekarang semua tata krama pergaulan sosial dan model interaksi komunikasi konservatif itu berubah. Kita menjalani event-event kebersamaan lewat layar kaca yang mungkin saja terasa lebih dingin dan hadir virtual seakan tanpa jiwa. Kita kehilangan nuansa kehangatan indahnya silaturahmi secara langsung dengan kehadiran segala emosionalitas kemanusiaan kita. Corona virus mempercepat akselerasi revolusi 4.0 di dunia kita.

Salah satu yang sering dibicarakan orang soal dampak besar Covid-19 adalah pada putaran roda ekonomi. Covid yang wujudnya siluman tidak kasat mata telah menyentak roda perekonomian dunia. Nyaris tidak ada dunia yang mengalami surplus ekonomi di masa pandemi ini. Dilema ketegangan antara membuat kebijakan karantina wilayah dengan menjaga denyut nadi perekonomian, menyebabkan muncul modifikasi-modifikasi peraturan yang berubah-ubah soal pengetatan wilayah sesuai kondisi yang ada. Gelombang PHK, angka pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat, pasar lesu, saham anjlok, resesi ekonomi menghantui banyak industri–terkhusus industri non-esensial, perhotelan terancam kolaps, warung-warung sepi pembeli. Pendek kata, ekonomi mikro, menengah, dan makro ikut terguncang. Corona mempengaruhi sektor pariwisata, transportasi, otomotif, event organizer, hingga dunia pendidikan. Satu tahun setengah sudah, anak-anak kita, pelajar dan mahasiswa kita, menjalani pendidikan secara daring dengan segala problematikanya.

Corona membatasi ruang gerak kita, menghadirkan aturan-aturan pembatasan baru yang harus dijalani. Lewat anjuran seperti stay at home atau WFH, kita dapat mengevaluasi ikatan-ikatan kekeluargaan di negeri kita. Apakah kita menemukan kembali kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan hidup dalam kumpul bersama keluarga. Dan apakah kita semakin menyadari bahwa keluargalah benteng utama dari pilar sesungguhnya ketahanan negara ini. Seberapa tangguh ketahanan yang dimiliki keluarga-keluarga Indonesia? Seberapa banyak berita-berita prihatin tentang kekerasaan dalam rumah tangga hingga perceraian terjadi ketika orang-orang justru lebih banyak berdiam di rumahnya?

Dalam skala yang lebih besar, Corona hadir menguji kekompakan dan daya tahan solidaritas kita. Mampukah kehadiran novel Corona virus yang telah menjadi common enemy ini mempersatukan penduduk dunia? Harapan tentunya rasa kebersamaan, kerjasama antar warga dunia yang hidup di planet yang sama, yang berbagi ruang dan waktu yang sama, yang menghirup udara yang sama semakin kuat terjalin. Seperti layaknya kesadaran orang yang ikut menumpang di sebuah perahu besar ketika mengarungi samudera dan gelombang. Apapun dan siapapun yang diperbuat oleh penumpang kapal akan memberi pengaruh terhadap keadaan kapal. Kapal besar yang kita tumpangi itu adalah planet bumi itu sendiri, yang merupakan satu-satunya rumah layak huni buat kita, di seluruh alam semesta yang maha luas ini.

Mungkin Covid-19 dihadirkan agar semua penduduk dunia dapat bersatu, menghindari perpecahan dan perselisihan yang tidak perlu dan agar selanjutnya warga dunia senantiasa saling menolong dan bahu-membahu berjuang mencari formula terbaik mengatasi wabah ini.

Kecanggihan teknologi umat manusia di zaman modern tentang penaklukan ruang angkasa, pesawat tanpa awak voyager yang kini sudah berada di interstellar space, aplikasi google map di smartphone yang dengan bantuan satelit mampu menavigasi perjalanan, teknologi nano medicine, rekayasa genetik CRISPR, dan lain sebagainya seolah menjadi tidak bermakna apa-apa oleh kehadiran musuh yang bernama novel Corona virus ini. Kita masih berjuang, menemukan formula terbaik tatalaksana penanganan kasus covid.

Kita tentu pantas bersyukur menyaksikan ilmuwan-ilmuwan lintas negara, berlomba-lomba dalam kebaikan untuk berusaha menghadirkan vaksin-vaksin yang diharapkan dapat mengatasi problem pandemi ini. Apa yang dilakukan ilmuwan vaksin wanita “Sarah Gilbert” patut diapresiasi, ia menolak hak paten baginya secara penuh karena pertimbangan demi kemanusiaan dan umat manusia.

Covid-19 tidak hanya berdampak secara fisik jasmaniah saja, tapi juga berimbas besar pada kehidupan kejiwaan kita, kehidupan sosial kita, bahkan juga menyangkut nilai-nilai spiritual kita.

Sangat mungkin Covid yang bersifat jahat ini, tidak berasal secara langsung dari inisiatifnya Tuhan, tapi kehadiran Covid bisa saja memiliki momentum yang bermula dari kesalahan kita sendiri. Umat manusia telah dipercaya dan diamanahi Tuhan, tugas untuk mengelola alam dan menjaga ekosistem kehidupan ini. Segala peristiwa kerusakan di daratan maupun di lautan terjadi karena ulah tangan-tangan sebagian oknum dari umat manusia yang tidak bertanggung jawab dalam mengelolanya. Corona virus hanyalah akibat, yang sebabnya mungkin berasal dari perilaku oknum umat manusia sendiri yang semena-mena terhadap ekosistem kehidupan. Tetapi, juga mustahil untuk mengatakan bahwa pagebluk yang terjadi sedunia ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yang Maha Kuasa. Karena tidak ada suatu peristiwa dapat terjadi di dunia ini, kecuali atas izin-Nya.

Exit mobile version