Pernikahan, Perzinahan, dan Perkosaan
Sejak di Menturo hingga Gontor dan Yogya. Sejak di Indonesia hingga Sorsogon Utah Aberdeen Wolongong Zurich Swiss Teramo Nijmegen Leed Athena Hannover, saya niteni atau meneliti seseksama mungkin bahwa perilaku Allah dan hukum sebab-akibat di dalam tata nilai yang Ia terapkan, tidaklah sama dengan yang selama ini kita pahami dari keluarga, sekolah, pengajian, buku-buku atau informasi-informasi pengetahuan yang datang dari siapapun dan di manapun.
Kalau ada gunung meletus, penduduk yang hidup kufur dan membangkang kepada Allah ada kemungkinan tertimpa oleh reruntuhan gunung itu, tapi bisa juga tidak tertimpa. Sementara penduduk yang taat dan rajin beribadah kepada Allah bisa tertimpa, bisa juga tidak tertimpa.
Tiap hari saya mempersaksikan amat sangat gencarnya muatan media online terutama Youtube yang mengkanibali saya. Katanya ciri utama dunia modern adalah jaminan atas hak asasi manusia. Saya mau bangun jam berapa. Saya mau makan apa. Saya mau hadir di suatu tempat atau tidak. Saya mau bicara atau tidak. Itu semua dijamin oleh hukum di dunia yang berlandaskan hak asasi manusia. Tetapi terbukti kanibalisme kepada saya berlangsung dalam jumlah dan frekuensi yang sangat mengerikan dan menjijikkan.
Tiap hari saya ditampilkan omong ini itu, menasehati ini itu, memperkatakan ini itu, yang saya sendiri tidak tahu, tidak pernah meniatinya. Saya dibangkaikan, dikanibali, dicuri, dimalingi, kemudian ditampil-tampilkan. Itu pun dengan bombasme, dibesar-besarkan, judulnya diseram-seramkan, dihebat-hebatkan. Dan itu terus berlangsung meskipun saya sudah mengumumkan bahwa saya tidak ikhlas dunia akhirat.
Saya bertanya kepada petugas-petugas official caknun.com di Kadipiro:
“Dari mana saja anak2 ini dapat bahan?”
“Sudah campur2 Cak, ada kanibal dari official. Ada dari rekaman2 liar Maiyahan yang terpublish, dimasak lagi.”
“Dari mana mereka dapat data2 Maiyahan. Kecuali jaringan anak2 Jamaah Maiyah sendiri. Sampai smorobhumi segala macam.”
“Sumber awal dari jamaah yg rekam2 Cak, setelah masuk2 trending, umum2 ngikutin. Ada yang memang niat menyebarkan ilmu, tapi banyak juga arahnya ke komoditas.”
“Asal ramai, mereka nambang, bahan2 siapa saja mereka kanibalkan.”
“Sekarang ada yang kanibal dari Podcast. Dimasukkin ke Youtube. Juga sebaliknya, Youtube dikanibal, masukin ke Podcast.”
“Secara teknologi mereka tidak bisa diidentifikasi atau diversifikasi?”
“Nggak bisa Cak, anynomous, abal2. Bisa terlacak dari Googlenya. Karena Google yang kirim share income-nya. Dan itu mereka tidak bisa share info, terkait data privacy.”
“Jadi bukan teknologi yang canggih dan juga tidak berperadaban.”
“Iya Cak, masih hiporia, entah berapa tahun lagi, maturity level masyarakat industrinya mulai landai, dan mulai beradab.”
“Beberapa yg kerja di Google dan Social Media, terutama petinggi2nya, juga resign. Tidak tahan dan merasa bersalah sendiri.”
Jadi sebenarnya dunia Internet yang merupakan teknologi mutakhir tercanggih ini bisa sangat mengefektifkan dan memperluas sebaran atau jangkauan “amar ma’ruf nahi munkar”. Tetapi karena tidak punya sistem kontrol untuk menjaga keberadaban komunikasi, ia berubah menjadi teknologi efektif untuk “amar munkar nahi ma’ruf”. Tidak sanggup memagari hak manusia untuk mashlahah dari hujan deras mafsadah yang tak henti-hentinya.
Anda tahu beda antara Pernikahan, Perzinahan, dan Pemerkosaan? Lelaki-perempuan melakukan hubungan suami istri mau sama mau tapi dengan legalitas negara, agama dan radio peradaban, itu namanya Pernikahan. Kalau tanpa legalitas, itu namanya Perzinahan. Kalau tanpa legalitas, dan bukan mau sama mau, melainkan hanya satu pihak yang mau, itu namanya Perkosaan. Yang saya alami bertubi-tubi dan deras tanpa henti adalah pemerkosaan. Saya sangat takjub tapi juga jijik. Sepanjang hidup saya selalu memaafkan, tetapi untuk yang ini muatan dada saya adalah ketidakikhlasan.
Untung Allah itu Maha Dzul Intiqam, Maha menyelenggarakan pembalasan atas setiap perbuatan manusia. Saya, Anda, dan siapapun mendapat jaminan Al-Karmah, atau yang umum mengenalnya sebagai hukum karma, pasti berlaku dengan jaminan Allah yang sangat tegas bahkan keras.
Kau tunggu waktunya, intadzirissa’ah apa yang terjadi pada kerja malingmu, rumahmu, kendaraanmu, perjalananmu, istri dan anak-anakmu, lalu lintas penghidupanmu, ranjau-ranjau sepanjang kehidupanmu, termasuk darahmu, dagingmu, jantung dan paru-parumu, kepala dan perutmu, kesialan-kesialan min haitsu la tahtasib mu, serta segala bala yang memang rasional untuk menimpamu.
Sejak kau mengaji di waktu kecil dulu kau sudah hafal:
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.”
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”
Itu mutlak dan pasti. Sebab Allah yang menyatakan. Meskipun bagaimana bentuknya dan kapan waktunya, itu di luar pengetahuanku, pengetahuanmu dan semua makhluk Allah.
Kalau itu sebatas hak dan otoritasku, kau bisa langgar dan remehkan. Tetapi karena itu hak mutlak Allah, “innama amruhu idza aroda syai`an”, maka akan datang kepadamu “kun”, tsumma “fayakun”.
Allah maha memegang segala kemungkinan, dan maha kuasa untuk mengubahnya menjadi kepastian. Sedangkan aku, kau, dan semua manusia, sangat memerlukan kepastian, tetapi hanya punya kemungkinan. Kalau kau lakukan kepastian yang mencelakakan orang lain, maka berikutnya akan datang Allah mentransformasikan kemungkinan celakamu menjadi kepastian. Itu berdasarkan janji-Nya sendiri. Innallaha la yukhliful mi’ad.
Ibadah kepada Allah mutlak baik, tetapi pahalanya bagaimana, bukan hak manusia untuk menentukannya. Mengingkari Allah mutlak buruk, tetapi bentuk dan waktu karmanya, berada di luar jangkauan kehendak dan ilmu pengetahuan manusia.
Orang baik atau orang buruk sama-sama berkemungkinan sakit stroke atau tidak sakit stroke. Juga sakit diabetes, terkena kanker dan penyakit apapun. Orang saleh bisa disambar petir dan juga tidak disambar petir, sementara orang hina juga mungkin disambar petir atau tidak. Manusia dengan akhlaqul karimah atau akhlaqus sayyi`ah tidak bebas dari kemungkinan mengalami kecelakaan kendaraan atau terhindar.
Orang suci bisa hilang ingatan karena Allah merebutnya agar tidak lagi berinteraksi dengan sesama manusia yang kebanyakan kotor, atau motivasi dan alasan apapun. Orang yang jiwanya kumuh bisa juga hilang ingatan karena Allah menghindarkannya dari dosa lebih banyak.
وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ عُدۡوَٰنٗا وَظُلۡمٗا فَسَوۡفَ نُصۡلِيهِ نَارٗاۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا
“Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan berbuat aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Diam-diam, karena ketidakberdayaannya, setiap manusia mengharapkan kompensasi psikologis bahwa orang yang menganiaya akan ditimpa janji Allah di ayat itu dalam hidupnya di dunia. Sebab kepastian dari ayat itu adalah “Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka”. Bukan atau belum tentu di dunia. Juga tidak tertutup kemungkinan bahwa di mata Allah justru kita sendiri termasuk di dalamnya. Sebab penglihatan dan penilaian Allah sedemikian Lathif dan Khabir.
Perumpamaan mudahnya: kau berkendaraan tidak hati-hati bisa mengalami kecelakaan tapi bisa juga tidak. Juga kau berhati-hati kemungkinannya sama: bisa selamat bisa juga celaka. Bahkan orang enak-enak jalan kaki bisa ditabrak motor atau mobil. Bahkan banyak warung atau rumah tidak pernah bergerak ke mana-mana, ditimpa oleh bus atau truk. Bagaimana pula nasib tanah, rerumputan, aspal atau apa saja yang tiap hari dilindas oleh ribuan kendaraan. Bersyukurlah Allah menjadikanmu manusia yang Ia memuliakannya, dan tidak ditakdirkan menjadi seonggok tanah atau sehelai daun rumput.
Dan kalau ditanya kau milih ngawur atau hati-hati, kau pasti tetap memilih hati-hati.
Hidup manusia diikat oleh ruang sekaligus waktu. Apa yang kau lakukan bisa berakibat instan atau kontan. Misalnya kau buang angin, langsung baunya menyebar. Itu peran ruang. Juga perang dunia, bentrokan-bentrokan di muka bumi. Itu semua adalah peristiwa dalam ruang. Tetapi jangan lupa ada juga ketentuan peristiwa dalam waktu juga. Kau berbuat buruk tidak pasti berakibat buruk sekarang dan di ruang yang sama.
Memang tidak tertutup Allah membalas perbuatan buruk atau baik manusia sekarang juga. Tetapi bisa juga besok, lusa, atau minggu depan, bulan depan, tahun depan. Yang mutlak kepastian balasan itu adalah kelak di akhirat. Kau berbuat buruk di dunia, pasti celaka di akhirat. Kau berbuat baik di dunia, pasti mendapatkan kebaikan di akhirat. Tetapi itu tidak membuat kita tenang-tenang saja berbuat munkar, hanya karena membayangkan toh balasannya kelak di akhirat, sambil meyakini bahwa selama di dunia akan selamat-selamat saja keadaan kita sekeluarga.
Anak-anakku Jamaah Maiyah punya keteguhan sikap: Meskipun seluruh isi dunia ini berbuat munkar, maka kita tetap bertahan ma’ruf. Meskipun andaikan peradaban global, sistem Negara-negara, atau tatanan kemasyarakatan di seluruh permukaan bumi ini perilaku utamanya adalah munkar, fasad, mafsadah, penghancuran, “amar munkar nahi ma’ruf”. Jamaah Maiyah tidak akan bergeming, tidak goyang, tidak akan ambruk, tidak akan bergeser, tetap tegak tagun “amar ma’ruf nahu munkar”. Atau lengkapnya kalau menurut wacana Al-Qur`an: “Da’wah khoir, amar ma’ruf, nahi munkar”.