Perjuangan Sakinah dengan Maiyah
Perjuangan untuk menjadi lebih baik dibutuhkan istiqomah yang sungguh-sungguh terutama dalam hal apapun. Karena ilmu Maiyah, keyakinan saya tentang Rahman dan Rahim dari Allah berlaku dalam proses kehidupan saya. Terutama mempersambungkan kembali kedua orangtua yang telah berpisah selama hampir 10 tahun karena secara hukum agama Islam harus melangsungkan akad kembali. Saya inisiatif mempertemukan kedua orang tua duduk bersama satu meja.
Saya tidak menggurui kedua orangtua melainkan menyampaikan keluh kesah hati seorang anak. Saya berkata, “Bu, Pak, saya tidak meminta warisan atau apapun yang berkaitan dengan uang, tapi tolong penuhi satu permitaan saya sebelum menikah nantinya. Ibu sama bapak bersatu kembali menjalin rumah tangga bersama”.
Kalimat yang terucap serasa seperti dituntun oleh Allah sehingga kedua orangtua mengiyakan. Dari bola mata kedua orangtua berkaca-kaca ingin meneteskan air mata namun mungkin malu jika didepan anaknya. Itulah yang membuat luar biasa orangtua yang bisa menahan kesedihan didepan anaknya. Alhamdulillah sekarang sudah menjalin rumah tangga seperti halnya rumah tangga pada umumnya.
Berani atau nekat adalah dua makna kolaboratif yang berarti bahwa dalam memutuskan sesuatu harus mempunyai bekal ilmu. Mbah Nun ketika “Sinau Bareng” sering memberi analogi peristiwa masuk hutan yang gelap harus dibekali dengan senter dan pencahayaan lalu masuk aja jangan takut apa yang nanti yang akan terjadi, begitu pun dengan mengambil keputusan dalam kehidupan.
Saya akhirnya menikahi seorang perempuan yang pada saat itu saya tidak bekerja karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19 namun dengan bermodal Bismillah dan sedikit sisa tabungan yang cukup untuk bertahan hidup selama 6 bulan untuk menjalani perjuangan sakinah bersama.
Kalimat Dengan Mawadah Wa Rahmah dari Allah didalam mempelai semoga menjadi keluarga yang Sakinah, itu adalah kalimat yang disampaikan oleh Mbah Nun saat “Sinau Bareng” yang menjadi pintu masuk saya menjalani kehidupan bersama istri. Satu bulan lebih setelah melangsungkan pernikahan saya memutuskan keluar dari rumah orangtua saya dan merantau bersama istri untuk mencari tempat tinggal sementara (Rumah Kontrakan) dan mencari pekerjaan untuk kebutuhan bertahan hidup.
Saya bersyukur bahwa Allah benar-benar bekerja untuk Hamba-Nya, sekarang saya bersama istri hidup bersama dengan sederhana dan cukup untuk menjalani outbound di Dunia. Mertua singgah ke rumah kontrakan untuk melepas rindu kepada anak putrinya dan memastikan anaknya baik-baik saja. Ketika saya tidak berada di rumah, istri dan mertua ngobrol santai tentang kehidupan rumah tangga, kata istri. Istri menceritakan sedikit dialog kepada saya mengenai dialog dengan bapak mertua seperti ini.
Bapak berkata kepada istri saya, “Suamimu hebat, baru saja menikah sudah berani lepas dari orangtua dan memilih hidup bersamamu di rumah kontrakan”. Istri saya menjawab, “Ya alhamdulillah Pak, bismillah dan mohon do’anya”.
Karena Maiyah adalah ilmu perjuangan saya menuju Sakinah dalam berkehidupan dan saya merasakan gelombang frekuensi itu benar-benar terjadi apa yang saya alami.