CakNun.com

Peganglah Maiyah dan Jangan Takut

Dimas Syaiful Amry
Waktu baca ± 2 menit
Tampaknya lebih dari dua puluh ribu orang tumplek blek Sinau Bareng Cak Nun, Sabrang, dan KiaiKanjeng, tetap bahagia hingga tengah malam di Lapangan Albatros, Juanda, Sidoarjo. (12/11)
Lap. Albatros, Juanda, Sidoarjo, 12 November 2017.
Foto: Adin (Dok. Progress).

Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”.

Terjemahan ayat di atas adalah petikan dari surat Taha yang merupakan surat ke 20 dalam Al-Qur’an, tepatnya pada ayat 20-21.

Seperti yang pernah digugah pandangan kita oleh Mbah Nun dalam Quiz Ular, tahun 2021 adalah tahun untuk memegang kembali tongkat, dan menjadikannya alat bantu sehari-hari, juga senjata dalam menghadapi segala sihir.

Dalam piweling Jawa disebutkan, “Sopo tekun golek teken bakal tekan” yang artinya barangsiapa yang tekun mencari pegangan akan sampai pada yang dituju. Maiyah dengan Sinau barengnya adalah sebuah wadah dalam mencari pegangan tersebut. Untuk itu kita mesti tekun dan istiqomah dalam bermaiyah, agar sampai dengan selamat pada “Sangkan Paraning Dumadi”.

Ummat Maiyah sudah saatnya untuk “memegang kembali tongkat” dalam era bonus demografi. Maiyah yang simpul dan turunannya sudah hampir merata di seluruh nusantara memiliki potensi untuk menjadi bagian dari 10% orang yang bisa menjadi “Pilot Bangsa”.

Dengan berbekal kesabaran dan ketekunan, seperti yang termaktub dalam surat Al-Anfal ayat 65, bangsa ini akan ditolong oleh Allah. Kemudian, berusaha optimal seperti yang disebut dalam awal surat Al-Mulk, “Maha suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” Juga mentadabburi surat Al-Anfal ayat 27 agar selalu bersungguh-sungguh, ummat Maiyah akan menjadi intan-intan yang akan membawa bangsa Indonesia menyalip di tikungan, sebab dalam surat Al-Anbiya ayat 105 disebutkan, “Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh”.

Dengan bekal-bekal tersebut dan kekuatan Al-mutahabbina fillah yang dimiliki, ummat Maiyah diharapkan dapat terus mensedekahkan keshalihannya pada masyarakat. Dengan saling ber“wa’tashimu bi hablillahi jami’an” dengan presisi dinamika cair dan padatnya, ummat Maiyah akan menjadi magnet atau pelopor bangkitnya kembali nilai seduluran dan gotong royong, juga musyawarah mufakat, yang akan menikahkan elemen-elemen menuju keluarga Indonesia Rahmah dan Mawaddah untuk Sakinah.

Kembali ke tongkat Musa, dalam Madarijus Shu’ud ila Iktisa’il Burud, karya Syekh Nawawi Al-Bantani disebutkan bahwa pada tongkat Musa terdapat pesan yang berbunyi,

“Setiap penguasa yang tidak adil dalam kekuasaannya tiada bedanya dengan Firaun. Setiap ulama dan ilmuwan yang tidak mengamalkan ilmunya tiada bedanya dengan Iblis. Setiap orang kaya yang tidak bermanfaat hartanya (bagi orang lain dan dirinya) tiada bedanya dengan Qarun. Setiap orang miskin yang tidak sabar atas kemiskinannya tiada bedanya dengan anjing”.

Berdasarkan itu, maka perintah Allah yang terisyarat dalam surat Al-Muddatsir harus segera ditunaikan oleh seluruh elemen bangsa.

Semoga di tahun 2021 ini Allah senantiasa menganugerahi kita kekuatan dan ketekunan dalam memegang tongkat dalam menghadapi sihir dan tirani Fir’aun Globalisasi. “Peganglah Maiyah dan jangan Takut”.

Pandaan, 02 Januari 2021

Lainnya

Topik