CakNun.com

Mengimplementasikan Nilai Maiyah

Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya edisi Desember 2021
Amin Ungsaka
Waktu baca ± 9 menit
Dok. Bangbang Wetan

Kondisi hujan sejak pagi hari di wilayah Surabaya dan sekitarnya tidak mengurangi semangat teman-teman penggiat untuk mempersiapkan kebutuhan teknis seperti membawa peralatan dari Surabaya ke Sidoarjo menggunakan motor, memasang backdrop, membersihkan tempat rutinan dari genangan air, gelar terpal, mempersiapkan sound system, lighting dan kamera untuk menyiarkan langsung berlangsungnya majelis Bangbang Wetan pada Selasa malam (21/12). Terselenggara di MI Tarbiyatus Syarifah Gedung 2, karangnongko, Pekarungan, Sukodono, Sidoarjo, Majelis Bangbang Wetan mengusung tema ‘The Sense of Obedience’.

Tema Bangbang Wetan di penghujung tahun ini menurut prolog, “kesadaran untuk selalu tunduk, patuh, dan menaati Allah akan lahir jika kita mau berpikir dengan merenungi fenomena yang kasat mata di alam sekitar. Bahkan Allah sendiri berbaik hati dengan memberi alat bantu berupa ayat-ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa mengamati, mempelajari, dan merenungkannya.” Dari fenomena erupsi Semeru kita bisa belajar dengan merenungi apa pesan di balik kejadian itu.

Prolog juga mengutip ayat, ”lau anzalna hadzal Qur`ana ‘ala jabalin laroaitahu khosyi’an mutashoddi’an min khosyyatillah; Wa tilkal amsaalu nadribuhaa linnaasi la’allahum yatafakkaruun (Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir).” Erupsi Semeru bisa kita renungi sebagai bentuk ketundukannya kepada Allah. Maka bentuk ketundukan kita sebagai manusia peduli dengan ikut menolong saudara kita yang terdampak erupsi Semeru.

Cerita Jamaah Maiyah Menjadi Relawan Erupsi Semeru

Ternyata teman-teman Maiyah ada yang terlibat langsung menjadi relawan untuk membantu mengevakuasi kondisi, tempat, dan saudara kita yang terdampak. Ada Rama dari Simpul Paseban Majapahit Mojokerto yang malam itu bersedia hadir untuk menceritakan kondisi sebenarnya wilayah Lumajang yang terdampak pasca erupsi Semeru. Rama mengatakan bahwa erupsi Semeru tidak disangka akan terjadi karena seminggu sebelum terjadinya erupsi Rama sedang ada di gunung Welirang.

Sehari sebelum erupsi Rama beserta rombongan TSA (Team Stress Adventure) turun dari gunung Welirang, yang besoknya terjadi erupsi Semeru. Rama terjun ikut menjadi relawan di daerah Tambang Satuan. Daerah Tambang Satuan itu menurut Rama areanya sangat luas dan kondisinya parah pasca erupsi. Rumah warga rata-rata tertimbun pasir sekitar dua meter dari permukaan tanah.

Fokus yang dikerjakan Rama beserta rombongan TSA adalah mencari dan mengevakuasi korban terdampak. Menurut Rama, yang paling dibutuhkan oleh korban terdampak adalah peralatan dapur. Karena keperluan logistik makanan sudah mencukupi. Kata Rama percuma kebutuhan logistik terutama makanan mencukupi tapi tak bisa dimakan karena kekurangan peralatan dapur.

Arisky”Jambrong” penggiat Bangbang Wetan yang sekarang berdomisili di Lumajang juga turut berbagi informasi terkini yang terjadi di Lumajang. Arisky menyampaikan kondisi terkini bahwa persediaan logistik makanan, baju dan peralatan mandi masih mencukupi. Menurut Arisky yang menjadi problem di sana adalah kesulitan mendistribusikan logistik ke korban terdampak karena kebanyakan pengungsi tidak mengungsi di tempat pengungsian yang disediakan, melainkan di rumah saudaranya, sehingga menyulitkan langkah para relawan untuk mendistribusikan logistik tersebut.

Dari kondisi tersebut, Cak Solikin tetua Jamaah Maiyah Lumajang beserta kawan-kawan Maiyah Lumajang ini yang menelisik ke bawah atau rumah-rumah yang ditempati pengungsi untuk menelusuri korban yang terdampak dan kekurangan kebutuhan sehari-hari sehingga membutuhkan kiriman logistik. Cak Solikin dan kawan-kawan Lumajang ini yang mendistribusikan logistik ke rumah-rumah pengungsi yang ter-supply teman-teman relawan dan ada beberapa donasi dari Simpul dan Jamaah Maiyah: Paseban Majapahit, Juguran Syafaat Purbalingga Banyumasan, Singkalan Sidoarjo, Pasuruan, dan salah satu klub motor teman-teman Jamaah Maiyah..

Cak Taqim Jamaah Bangbang Wetan yang Bungurasih dan Mas Faiz dari Gunung Anyar juga berbagi pengalamannya menjadi relawan di Semeru. Dimulai dari Cak Taqim, yang menyampaikan bahwa dirinya di sana hanya berfungsi sebagai teman. Menemani teman-teman yang terdampak di wilayah sekitar Semeru. Cak Taqim menyampaikan bahwa dirinya di sana tidak sedang “peduli apa-apa”. Cak Taqim menyampaikan bahwa dirinya dan kawan-kawan berbeda dari teman-teman relawan lain, yang datang dengan membawa spanduk bertuliskan peduli disertai foto-foto.

Cak Taqim bersama kawan-kawan di sana bermain bersama korban terdampak, menyalurkan energi kebahagiaan. Cak Taqim beserta rombongan rencana akan ke Lumajang lagi dengan niat mengganti tulisan “Pray for Semeru” yang banyak tersebar menjadi “Semeru Duwe Gawe” atau “Semeru Kagungan Kerso”, secara epistemologi Tindakan itu menurut Mas Taqim sebagai bentuk mendamaikan suasana. Harapan Cak Taqim supaya Semeru tidak erupsi lagi.

Faiz yang mengaku tidak bergabung dalam komunitas apapun punya pengalaman menarik dari keterlibatannya sebagai relawan di sana. Faiz ketika di sana mengatakan tidak berfokus pada rumah-rumah yang terdampak dan hancur, melainkan pada orang-orang sekitar Semeru yang terdampak. Faiz diperlihatkan pemandangan warga kampung yang rumahnya terdampak tidak merasa sedang sedih. Mereka masih asyik mancing dan mengevakuasi barang-barang dari rumahnya yang terdampak dengan ekspresi tersenyum bahagia. Hal itu ditangkap Faiz sebagai ‘tamparan’ bagi dirinya karena di tengah situasi yang disebut bencana, orang-orang yang terdampak itu masih bisa tersenyum bahagia sambil menjalani dampak dari erupsi Semeru.

Lainnya

Reportase Bangbang Wetan Agustus 2014

Reportase Bangbang Wetan Agustus 2014

PENGGIAT Maiyah yang sekaligus ‘panitia’ acara maiyahan rutin Bangbang Wetan Surabaya, Dudung, mengawali forum malam itu dengan menyapa jama’ah sekaligus bersilaturahmi memanfaatkan momentum perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Arbangi Kadarusman
Arbangi K.