CakNun.com

Menghadapi Ketidakpastian

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 1 menit

Masa depan itu tidak pasti. Tidak hanya untuk setiap individu, tetapi juga untuk planet ini. Dan kita tahu bahwa ketidakpastian ini menciptakan kecemasan dan ketakutan. Bagi saya, yang terpenting adalah bahwa ilmu pengetahuan, mikrofisika, kosmologi, ilmu tentang alam semesta, bahkan teori chaos kontemporer, mengajarkan pada kita bahwa pengetahuan yang kita miliki mengandung ketidakpastian.

Kita juga tahu bahwa evolusi biologis tidak berlangsung linier. Ditandai oleh kekacauan (catastrophe), bencana alam, era baru. Salah satu “sound and fury”, kata Shakespeare. Jadi, kita selalu tahu bahwa segalanya adalah tidak pasti, tapi kita selalu lupa. Apa yang penting dalam menghadapi ketidakpastian? Pertama, kesadaran bahwa masa kini tidak statis (not immobile), sebagaimana diyakini oleh banyak orang yang malas, hingga tiba-tiba sesuatu meletus. Pernyataan pertama kita seharusnya: “Perkirakan hal yang tidak terduga”.

Hal kunci kedua yang harus dipertimbangkan bahwa semua keputusan yang mungkin kita ambil, baik secara personal maupun politis, adalah murni pertaruhan. Kita tidak punya jaminan bahwa itu akan berhasil. Jika kita memiliki kesadaran ini, kita dapat memonitor tindakan kita, memodifikasi strategi kita, meramalkan setiap kejadian untuk kemudian mengubahnya.

Mengapa istilah “strategi” muncul dari seni berperang? Karena seni berperang adalah sebuah seni untuk bekerja dengan ketidakpastian. Kita tidak tahu tujuan lawan atau rencana tindakannya. Dan itu adalah cara berpikir yang memungkinkan — juga sebuah seni sebagaimana bentuk berpikir lain yang maju — yang mempunyai kemampuan mentransformasi suatu kejadian yang berpotensi terjadi dan mengintegrasikannya untuk mengubah strategi seseorang. Seperti yang dilakukan Napoleon dalam Perang Austerlitz ketika ia memanfaatkan kabut untuk mengubah strateginya dan akhirnya menang.

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Ilusi dan Relevansi dalam Pengetahuan

Ilusi dan Relevansi dalam Pengetahuan

Kita berada dalam periode sejarah besar — reformasi pertama terjadi awal abad ke-19 ketika universitas memperkenalkan disiplin ilmu pengetahuan (saintifik).

Toto Rahardjo
Toto Rahardjo
Drs. Ahmad Fuad Effendy, MA
A. Fuad Effendy

Adab

Adab
Exit mobile version