CakNun.com

Meng-Alam-i Maiyah

Wahyu Sudrajad
Waktu baca ± 2 menit
Pengajian Budaya Padamara Purbalingga
Foto: Adin (Dok. Progress)

Dalam rentang waktu kehidupan manusia tak bisa luput dari alam semesta,yang menjadi tempat tinggal manusia. Tentu sudah menjadi sesuatu yang lazim ketika kita mendengar kata alam, mengalami dalam kehidupan sehari-hari.

Namun dari kata Mengalami, bisa memunculkan banyak arti jika terjadi pemenggalan dalam katanya, yang mungkin itu bisa kita korelasikan dengan nilai Maiyah serta kehidupan kita.

Meng_alami_ Maiyah, jika kita tarik sebuah benang merah dengan kehidupan kita sudah barang tentu dengan kesadaran yang telah Mbah Nun ajarkan kepada kita, tentang konsep alam yang memiliki banyak perbedaan dengan pemahaman orang pada umumnya, di mana Maiyah dengan nilainya selalu kita alami di kehidupan sehari-hari menyadarkan kita bahkan mengubah paradigma yang selama ini kita kenal.

Semakin kita teliti ke dalam diri kita, semakin kita mengalami Maiyah. Apalagi jika kita mampu bermesraan dengan alam, kita akan benar-benar mengalami Maiyah dalam ruang lingkup kehidupan ini. Maiyah mengajarkan kepada kita bahwa alam adalah saudara kita ,yang kita harus menyapa dan menjaga.

Lain hal dan lain arti lagi jika kita penggal kata meng_alam_i Maiyah, yang menurut saya itu punya makna bahwa Maiyah yang meng_alam atau Maiyah yang teraplikasi dengan alam.

Sesudah kita sadar menemukan Maiyah dalam kehidupan yang berdampingan dengan alam atau mengalami Maiyah, kita bisa lebih memperdalam lagi dengan meng_alam_i Maiyah.

Memperlakukan nilai Maiyah untuk berdampingan dengan alam sekitar kita. Maiyah yang diimplementasikan ke alam, setelah kita mengalami kemudian kita alamkan. Kita membangun kesadaran untuk menjaga, berdampingan, merawat dan terus bermesraan dengan alam tempat tinggal kita. Bukan manusia yang hanya menjadi pengeksploitasi alam semesta.

Bisa juga kita mengambil itu semua menjadi sebuah kutipan: “Alamilah Maiyah, lalu alamkan Maiyah”.

Lainnya

Exit mobile version