Memedi Gopok
Saya mohon izin membikin tulisan sela tentang pertarungan MMA antara Conor McGregor vs Dustin Poirier Minggu pagi 24 Januari 2021 yll. Jangan tanya apa alasan saya belok atau loncat ke urusan pertarungan di Cage (Octagon kalau UFC). Karena hidup ini adalah MMA, mix martial art. Hidup adalah seni pertarungan. “Kutiba ‘alaikumul qital”, firman Allah yang sudah saya tafsirkan sebagai “keniscayaan kehidupan adalah peperangan”. Bukan Anda diwajibkan memerangi dan membunuh orang lain.
Qital adalah salah satu bentuk eksekusi dari Jihad. Rasulullah Saw seusai perang Badar yang dahsyat dan mengerikan bersabda: “Jihad melawan orang kafir dalam Perang Badar telah usai. Setelah itu, kalian akan menghadapi jihad yang lebih besar lagi”.
“Jihad apalagi yang lebih besar dari Perang Badar, ya Rasul?” tanya seorang sahabat. “Jihad melawan nafsu diri sendiri,” jawab beliau.
Tidak usah bersekolah untuk memahami bahwa tiap hari kita berjihad dan mengalami peperangan. Pagi-pagi perang melawan rasa malas untuk bangun Subuh. Kemudian seharian berjihad macam-macam, berperang kemauan melawan keharusan, keinginan melawan kewajaran, emosi melawan akal sehat, kerakusan melawan presisi. Dalam kehidupan bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita punya beribu-ribu sebab atau alasan untuk berperang.
Perang adalah segala jenis benturan, ketidakcocokan, ketidaksetujuan, atau pertentangan-pertentangan tentang sesuatu yang berentang-rentang banyaknya dan bertumpuk-tumpuk jumlahnya.
Andaikan saya punya kesadaran nilai kehidupan lebih awal di usia saya dulu, mungkin saya memilih jadi petinju, kemudian kick-boxing dan akhirnya MMA. Tidak sekadar sepakbola. Daripada mempertandingkan kekayaan dengan tetangga, mempertandingkan kekuasaan dengan pengurus negara, mending adu arep duel satu lawan satu di ring tinju. Aturannya jelas, kalah menangnya kelihatan mata. Meskipun tetap ada relativitas dan kontroversi ketika ketentuan menang kalah dipegang oleh Dewan Juri. Strategi untuk mengalahkan lawan mudah dipelajari. Segala unsur dari pukulan, tendangan hingga spinning, tangkisan, elakan, atau bermain ruang dan waktu. Memperhitungkan ruang pukul, koordinat mana dan berapa yang merupakan lubang kelemahan lawan. Atau berhitung momentum. Pukulan sedahsyat apapun kalau tidak tepat koordinat ruang dan momentum waktunya, akan malah kontra-produktif.
Kekuatan menang melawan kelemahan. Kekuatan kalah oleh ketahanan. Tetapi koordinat dan momentum mengalahkan kekuatan maupun ketahanan.
McGregor sangat terkenal dan ditakuti karena akurasi koordinat dan momentumnya. Tetapi Artemij Sitenkov, Joseph Duffy, Nagte Diaz dan Khabib Nurmagomedov bisa menghindar dari akurasi dan presisi ruang dan waktunya McGregor.
Ketika Dustin Poirier harus tanding melawan McGregor di Pulau Yas Abu Dhabi Minggu itu, sebagian besar petarung MMA lainnya maupun pengamat dan kritikus, menghitung McGregor akan pasti menang, sebagaimana ia meng-KO Dustin pada 2014 di Las Vegas.
Saya melihat duel ini dengan tema yang berbeda yang saya pilih sendiri untuk memohon kepada Allah. Saya shalat hajat dan wiridan untuk Dustin. Proposal saya menggunakan landasan pemikiran akhlaq. Bagi saya McGregor adalah “ahlul fasad”, perusak nilai kehidupan, mulutnya “pauwan” atau sampah, setiap pernyataannya menyakiti lawannya dan semua makhluk asalkan mereka manusia yang berhati nurani. Orang Irlandia satu ini bahkan pernah bilang “Yesus pun akan saya tendang bokongnya”.
Saya mengemis kepada Allah agar McGregor dihajar, karena ia merusak kehidupan, produser Wishky “Propper-Twelve” dan kerjanya menyakiti manusia, bahkan sejumlah wanita. Saya bukan membutuhkan kekalahan McGregor. Yang saya perlukan adalah istiqamah keyakinan bahwa Allah tidak menyukai orang dhalim. Dan kalau Allah bertindak kepada orang-orang dhalim, kita laba iman, laba keyakinan. Saya takut orang tidak percaya pada pernyataan Allah yang anak kita di TPQ pun hapal, bahwa;
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ
وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Sebagaimana dulu ketika Khabib melawan McGregor 6 Oktober 2018, saya ngemis-ngemis kepada Allah agar membesarkan hati Kaum Muslimin di seluruh dunia. Kita ini sudah kalah segala-galanya, kalah politik, kalah ekonomi, kalah kebudayaan, diatur-atur oleh Amerika dan Cina, di-plekotho oleh penguasa-penguasa dunia. Mosok minta Khabib dan Dustin menang saja dianggap serakah.
Secara strategi MMA saya membayangkan Dustin sudah menganalisis dengan Mike Brown pelatihnya tentang akurasi ruang waktu McGregor. Dustin harus tahu dan melatih “selaning banyu udan”. Minimal selalu jaga jarak dan jangan memukul duluan, karena McGregor adalah seorang “counter boxer” yang sangat peka dan cepat reaksinya. Dustin harus mengatur dinamika kuda-kuda kakinya dan sudut berdirinya di depan McGregor untuk mendapatkan hulu ledak pukulan yang ideal. Sebagaimana keahlian petinju Vasyl Lomachenko, Ryan Garcia atau Inoue Naoya.
McGregor sendiri mengklaim ia akan meng-KO Dustin sebelum satu menit, sebagaimana ia menghabiskan Donald Cowboy Cerrone dalam 40 detik yang memang kurang berkelas. Dustin kalah TKO oleh McGregor 2014, tetapi di Abu Dhabi ini dia tidak punya niat untuk balas dendam. “Saya hanya berkonsentrasi meningkatkan pendacapaian hidup saya, menambah kesejahteraan keluarga saya, dan kemajuan Yayasan Sosial saya”.
Mike Brown sendiri sudah tahu bahwa kelemahan McGregor adalah pada kondisi fisiknya. Maka banyak yang meramal: kalau selesai ronde awal, McGregor menang. Kalau berlanjut ke ronde 2-3-4-5 maka Dustin punya kans untuk menang. Pendapat ini termasuk diungkapkan oleh legenda Canada petarung George Saint Pierre.
Dustin sendiri sejak awal menyiapkan “lara lapa” 5 ronde penuh. Petarung itu potensi utamanya adalah “tahan dipukul” bukan “pandai memukul”. Coba kalau pukulan McGregor muncul dari tangan lawannya mengenai dagu McGregor sendiri, seberapa tahan dia.
Yang saya lega pada pikiran saya sendiri adalah ternyata benar bahwa McGregor hanyalah hantu atau memedi yang gopok. Ia hantu karena pandai mencuri pukulan di saat-saat awal. Tetapi kalau sekali ia kena pukul, akan terbukti bahwa ia memang gopok. Sementara pertarungan Dustin melawan Eddie Alvarez, Justin Gaethje atau Max Holloway jauh lebih “sengsara”, dibanding melawan McGregor yang relatif mudah, ringan dan tanpa terluka sedikit pun.
McGregor memang Rapuh badan dan mentalnya. Khabib pun menyesalkan bahwa selama bertarung dengannya yang akhirnya kalah “rear naked choke” di ronde 4, Gregor selalu sesambatan seperti anak kecil. Minta maaf kepada Khabib bahwa omongannya “hanya untuk bisnis” dlsb.
Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Saya tidak menyimpulkan bahwa McGregor kalah TKO adalah hasil doa saya. Tetapi saya terseret menjauh dari garis putus asa dan merasa kesepian dari Allah sendiri dalam hidup saya.
Sementara ini Khabib dirayu-rayu oleh Dana White Presiden UFC untuk mau tanding lagi sesudah menyatakan mundur setelah mengalahkan Justin Gaetjhe dengan mudah. Dengan McGregor keok runtuh alasan Dana untuk minta Khabib remach dengan McGregor. Saya sejak lama berpendapat Khabib mundur permanen saja, menenangkan hati Ibunya sepeninggal Bapaknya. McGregor selalu sesumbar dan menghina Khabib agar mau tanding ulang. Menurut saya: “Fatrukhum”. Tinggalkan saja manusia Jahil Murokkab dari Irlandia itu.