Membaca Surat dari Tuhan (2)
Umat Islam sedunia dalam kenyataannya memilih surat-surat yang favorit. Meski berdasarkan ilmu Al-Qur’an, semua surat dalam kitab suci yang jumlahnya 114 surat itu dalam praktik ada yang lebih suka atau malah gemar membaca surat tertentu.
Saya mencoba membaca gejala ini lewat penampilan di YouTube dan kaget sekaligus bersyukur karena surat Yasin yang dibaca oleh ulama terkenal As-Sudais ditonton atau didengarkan oleh 119 juta orang. Bayangkan penggemar surat Yasin yang dibaca As-Sudais 119 juta orang menunjukkan kalau surat Yasin amat sangat populer. Saya bayangkan, itu baru yang pernah mendengar atau menonton tampilan di YouTube. Yang membaca surat Yasin khususnya tiap malam Jum’at lebih banyak lagi. Untuk Indonesia, surat ini populer di kalangan pendukung NU yang jumlahnya jelas berjuta-juta.
Surat favorit lainnya adalah surat Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, Al-Mulk, Al-Kahfi, dan Asy-Syu’ara. Surat Al-Kahfi yang dibaca Muzammil Hasballah sudah didengar dan ditonton 16 juta orang. Surat Al-Kahfi juga mulai digemari, khususnya tiap malam Jum’at.
Yang menjadi daya tarik dari surat Al-Kahfi adalah karena surat ini ada di tengah Al-Qur’an. Ada kata walyatalatthof berada persis di tengah rangkaian ayat-ayat dalam kitab suci. Maka hendaklah kamu berlemah lembut, itu artinya. Lemah lembut sebagai penjaga keseimbangan atau harmoni di tengah pergaulan manusia. Demikian kalau dicari makna fungsionalnya.
Di dalam surat Al-Kahfi ada kisah penghuni gua yang menyelamatkan iman mereka dari penindasan raja atau rezim yang tidak beriman. Ada kisah tentang bagaimana Nabi Musa berguru ilmu hakikat dan ma’rifat kepada Nabi Khidlir dan ada kisah perjalanan raja penguasa wilayah Maghrib dan negeri Masyriq yang dikenal dengan nama Iskandar Dzulkarnain (pemilik dua tanduk kekuasaan).
Tiga kisah ini kalau dibaca secara intelektual dan spiritual akan ketemu dengan pengalaman, informasi, dan hikmah kehidupan, serta petunjuk metode pemecahan masalah aktual hari hari ini.
Saya berusaha untuk tidak kehilangan kesempatan membaca, mendengar atau menikmati surat Al-Kahfi dan makin lama makin menemukan kedalaman maknanya. Misalnya pada metode walyatalatthof, metode strategi Khidlir menyelamatkan keluarga miskin dan memelihara harta warisan anak yatim dan strategi Iskandar Dzulkarnain dalam mencegah merajalelanya kaum Ya’juj Ma’juj di muka bumi dengan membangun tembok dengan ilmu metalurgi, campuran logam besi, dan tembaga.
Strategi diplomasi Dzulkarnain ke negeri Barat dan Timur yang jejak peradabannya dapat ditemukan di wilayah Iskandariyah Mesir.
Seorang penyair murid Umbu Landu Paranggi asal Kotagede pernah melakukan penelitian di Iskandariyah dan menemukan lapis-lapis pengetahuan dan jejak arkeologis dan jejak arsitektur berabad-abad yang ada di kota ini. Nama penyair ini Darwis Khudori, meneliti Iskandariyah untuk kepentingan menulis desertasi di Universitas La Harve di Perancis. Dia lulus, mengajar di sana, menjadi profesor dan menjadi pegawai negeri Perancis dengan tetap berwarganegara Indonesia.
Sedangkan perjalanan mencari ilmu di balik syariat agama yang dilakukan Nabi Musa dengan mentor cerdas Nabi Khidlir mengingatkan saya perjalanan mencari air perwita sari yang dilakukan oleh Bima ketemu Dewaruci. Ilmu hakikat dan ma’rifat diproses dengan cara Bima yang bertubuh tinggi besar bersedia masuk ke dalam telinga Dewaruci yang bertubuh kecil tetapi bentuk dan postur tubuhnya sama persis seperti Bima. Jadilah kisah inspiratif ini sebagai kisah transformasi spiritual yang menarik untuk dikaji.
Membaca surat dari Tuhan bernama surat Al-Kahfi setiap malam Jum’at atau tepatnya di hari Jum’at dengan demikian memungkinkan kita menjalani transformasi spiritual seperti yang pernah dirasakan oleh Nabi Musa bersama Nabi Khidir, dan yang pernah dirasakan oleh Bima bersama Dewaruci. Dan ini bisa dilakukan dengan mengamalkan walyatalatthof sebagai metode penataan jiwa dan hati untuk keperluan komunikasi dan diplomasi sebagai bagian dari ikhtiar humanisasi (amar makruf), ikhtiar liberasi (nahi munkar) dan ikhtiar permanen transendensi (tu’minu billah) yang oleh pak Kuntowijoyo disebut perwujudan dari missi profetik Islam.
Yogyakarta, 1 Juni 2021