CakNun.com
Membaca Surat dari Tuhan (19)

Memahami Kode Semesta

Mustofa W. Hasyim
Waktu baca ± 13 menit

Kemudian saya diminta untuk menceritakan kronologi peristiwa ini. Mengapa tadinya pamit ke Goa Langse kok malah berjalan kaki ke barat menuju muara. Saya jawab apa adanya untuk bahan laporan Kang Habib Chirzin kepada masyarakat Kotagede.

Dua teman saya yang selamat, yang tadi sempat berenang menyeberangi muara bernama Kang Rusydi Zubair sedang teman yang tadi menarik saya mendarat di timur mulut muara namanya Kang Hayom Widagdo. Kedua teman ini diantar ke perkemahan.

Malam itu kami hampir tidak bisa tidur, mungkin terlelap sebentar. Waktu Subuh saya kaget karena yang berjamaah Subuh hampir memenuhi lapangan. Kang Habib menjadi imam kemudian sambil menangis menceritakan peristiwa ini

Kang Habib juga minta maaf kepada masyarakat Kotagede atas terjadinya tragedi ini. Tragedi anak kota yang tidak paham sama sekali kode semesta atau tanda-tanda alam termasuk perubahan musim dan dampaknya terhadap situasi dan kondisi alam. Sebagai anggota grup pecinta alam kami menyesali kesembronoan kami.

Pagi itu diputuskan perkemahan dibongkar dan peserta kemah dipulangkan. Dijemput keluarga atau pulang sendiri. Yang dijemput keluarga memunculkan adegan yang mengharukan. Ada pelukan dan tangis berkepanjangan.

Hanya saya yang pulang sendiri tanpa ada yang menjemput. Di pinggir jalan dari tempat parkir kendaraan sampai ke mulut kampung kami bersalaman dengan warga yang menyambut kepulangan kami dengan rasa bersyukur karena kami selamat.

Waktu sampai rumah saya protes kepada

Ayah kenapa tidak menjemput saya. Ayah hanya berbisik lirih bahwa dia tahu saya selamat lewat mimpi yang merupakan kode semesta.

“Dalam mimpi saya melihat ada lima ekor merpati. Yang tiga bisa terbang bebas. Yang dua tidak bisa terbang. Kakinya seperti terkunci. Ketika saya mendengar kamu selamat bersama dua teman lain dan dua temanmu hilang ditelan laut maka apa yang diisyaratkan mimpi itu sudah jadi kenyataan. Apalagi saya dan keluarga mendengar kalau yang mengabarkan kejadian ini kan kamu sendiri. Ke Kotagede. Meski tidak sempat mampir rumah ini, tetapi kami tahu kamu selamat,” kata Ayah.

Berita tentang ada Cah Kotagede yang hilang ditelan laut menyebar ke mana-mana. Beritanya agak simpang siur, apalagi belum ada alat komunikasi canggih seperti handphone untuk klarifikasi berita. Juga konfirmasi dengan sumber berita.

Emha Ainun Nadjib mendapat berita dari Cah Kotagede bahwa ada Cah PSK Malioboro yang ikut hilang di laut. Disebut nama saya. Padahal yang hilang adalah sahabat saya yang selalu mengantar saya naik sepeda berboncengan menghadiri pertemuan di kantin Pelopor Minggu Malioboro, dengan risiko membolos beberapa jam pelajaran sekolah. Teman ini yang malam hari bersama saya long march Kotagede-Parangkusumo.

Jadi saya selamat. Dan untuk menyelamatkan berita itu suatu sore saya diantar teman Kotagede yang lain ke Kadipaten. Sampai rumah kontrakan Emha Ainun Nadjib yang kemudian akrab dipanggil Cak Nun dan Mbah Nun pas Maghrib. Cak Nun kaget melihat saya datang.

Dia mengamati kaki saya, apakah menyentuh tanah yang berarti saya sebagai Mustofa yang fisik datang atau kaki saya tidak menyentuh tanah yang berarti yang datang adalah ruh atau hantu. Begitu melihat kaki saya menapak di tanah, Cak Nun bertanya, “Jadi berita itu salah?”

“Ya, salah. Yang benar saya selamat. Dan teman akrab saya yang selalu bersama saya ke Malioboro yang hilang ditelan laut,” jawab saya.

“Kalau begitu disyukuri wae.”

Tentu. Cara bersyukurnya antara lain dengan selalu mempelajari kode semesta agar keselamatan terjaga dan ilmu kita makin berkembang. Ketika hal ini saya tanyakan ke Ayah, beliau tertawa.

“Tidak usah jauh-jauh. Cari saja di ayat Al-Qur’an pasti dapat. Bukankah ayat itu artinya tanda?”

Saya pun mencoba melakukan itu. Tapi karena ilmu saya dangkal jadinya sulit juga. Di Majelis Ilmu Nahdlatul Muhammadiyyin kami mencari semacam shortcut untuk memahami kode semesta yang tersembunyi di dalam ayat kitab suci. Maka kami menemukan konsep tafsir yang ringkas bernama tafsir fungsional, artinya ayat-ayat ini berfungsi apa dalam kehidupan manusia. Betul kitab suci menjadi petunjuk dan petunjuk bagi adanya alat pembeda. Tetapi petunjuk dan pembeda seperti apa? Ini yang digali.

Maka kami menemukan pendekatan konstruksi makna dengan menebak makna dominan dari rangkaian lafadz dalam ayat dan surat tertentu lalu kami gali asas kompatibilitas dan asas relasionalitasnya untuk sampai pada maqashidul ayat.

Dengan metode tadabbur makna ini banyak penemuan baru serta pengertian baru ketika kami membaca ulang ayat-ayat kitab suci.

Tetapi kemudian saya atau kami ketika membaca surat yang ayat pertama berupa huruf Hijaiya, ada yang tunggal seperti huruf Nun dan Qof. Ada yang gabungan dua huruf seperti Yasin, Ha Mim dan Thoha. Ada yang tiga huruf seperti Alif Lam Mim dan Alif Lam Ro. Ada yang yang lima huruf seperti Kaf Ha Ya ‘Ain Shod.

Apa artinya!? Apa maksud Tuhan dengan mengirimkan teka-teki huruf ini. Sampai mumet membaca tidak ketemu. Ketika ada yang mengartikan hanya Allah yang mengetahui maksudnya, banyak yang bertanya, kalau manusia digariskan untuk tidak mengetahui maksudnya untuk apa ayat-ayat berupa huruf ini diturunkan dari Lauh Mahfudz ke alam dunia nyata?

Saya menduga ini kode semesta. Kode sepertinya sulit dibuka dan ditebak kalau kita menggunakan kode bahasa biasa. Apakah bisa didekati dengan ilmu fisika bahasa? Maksudnya, dalam fisika kan ada materi dan energi. Kalau ayat-ayat yang kelihatan adalah huruf, kata, dan kalimat sebenarnya materinya kan bacaannya

Maka namanya Al-Qur’an. Metode membaca apakah dengan model qiroah, tilawah, murottal, atau tahsinah yang penting kan menghidupkan tulisan menjadi bunyian yang terstruktur rapi dan punya faedah yang prima. Dan bunyi memiliki energi. Ketika ayat-ayat berupa bunyi dibaca berulang-ulang dengan makhraj huruf yang standar menurut ilmu tajwid ayat-ayat ini menjadi “hidup” dan muncul energi spiritual dan energi semesta.

Energi seperti apa? Itu yang saya belum tahu karena eksperimen membaca “morse” dari langit diperlukan waktu panjang dan perlu ada yang mencatat daya guna dari energi spiritual dan energi semesta. Maksudnya jika diwiridkan kita akan ketemu energi yang bagaimana? Huruf-huruf mana yang jika diwiridkan serentak banyak orang dalam durasi tertentu bisa menggiring virus Corona untuk kembali ke tempat asalnya misalnya. Ini yang saya belum tahu, belum berani mencoba. Belum ada rujukan.

Selama ini kalau kita mengabaikan kode semesta sampai tidak bisa menangkap bayangan mimpi yang berseliweran di alam bawah sadar atau alam atas sadar kita memang seperti berada di ruangan samar-samar atau malahan gelap sama sekali.

Yogyakarta, 16-19 Juli 2021.

Mustofa W. Hasyim
Penulis puisi, cerpen, novel, esai, laporan, resensi, naskah drama, cerita anak-anak, dan tulisan humor sejak 70an. Aktif di Persada Studi Klub Malioboro. Pernah bekerja sebagai wartawan. Anggota Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah DIY. Ketua Majelis Ilmu Nahdlatul Muhammadiyin.
Bagikan:

Lainnya

Corona Tosca

Corona Tosca

Ada Jamaah Maiyah yang berikhtiar memperkuat posisinya terhadap sebaran Covid-19 dengan cara memperbanyak asupan-asupan penguat kondisi tubuh, karena ia berpendapat bahwa urusan keterjangkitan oleh virus adalah urusan kesehatan badan.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version