Mbah Nun Malati Kok
Waktu Mbah Nun rawuh di Perth Australia tahun 2018, saya cium tangan beliau ketika kami menjemput beliau di Airport. Wangi tangan beliau sangat harum dan enak. Selama sekitar seminggu beliau bersama kami, saya selalu melirik dan penasaran kira-kira merek minyak wangi apa yg dipakai Mbah Nun.
Singkat cerita ketika Mbah Nun sudah akan berangkat ke Airport untuk kembali ke Indonesia, beliau memberikan suatu botol kecil, “iki nggo kowe…”. Ternyata itu adalah minyak wangi yang membuat saya penasaran selama itu. MasyaAllah rasanya bahagia sekali. Kagetnya, ternyata Mbah Nun tahu isi hati saya selama itu.
Ketika saya pulang ke Indonesia, saya pamerkan minyak wangi Mbah Nun sambil saya kepretkan dikit-dikit (berbagi berkah) ke teman- teman jama’ah Maiyah. Timbul pikiran untuk mencari bibit atau formula minyak wangi tersebut ke saudara saya yg menjual bibit minyak wangi. Ternyata seketika itu juga saudara saya langsung bisa menemukan sumber utama bibit minyak wanginya tanpa dia melihat dan mencium aromanya, karena memang saya kelupaan membawanya. Sebenarnya ini peristiwa ajaib, karena sebelumnya saya sudah bawa botol tersebut ke beberapa toko minyak wangi tapi tidak berhasil ketemu. Apa mungkin karena saudara saya ini juga segelombang dengan Mbah Nun dan Maiyah.
Kemudian timbul pikiran setan kapitalisme untuk mereproduksi massal dan menjual minyak wangi “Mbah Nun”. Subhanallah, hanya dalam tempo beberapa jam setelah niat kapitalisme itu, HP saya dibanting anak saya sehingga layarnya pecah. Saya bawa ke tempat servis hape dan biaya servisnya itu sekitar Rp 500.000, lho kok jumlahnya seperti nominal keuntungan yg akan saya peroleh untuk 10 botol pertama.
Saya langsung “mak deg” sadar, ternyata saya telah kuwalat kepada Mbah Nun dan alhamdulillah masih diperingatkan Allah.
Langsung saya batalkan niat untuk menjual minyak wangi “Mbah Nun”. Namun minyak wangi yang sudah terlanjur saya racik sebagian saya kasihkan ke teman-teman dan sebagian dibeli dengan harga modal.
Botol minyak wangi yang asli dari Mbah Nun saya titipkan di sahabat saya yang juga merupakan kamituwo Jama’ah Maiyah di Gresik, agar dapat menjadi maslahat dan lebih bermanfa’at. Biar jadi kenangan, ilmu Maiyah dan hubungan batin dengan Mbah Nun yang menetap dalam diri saya.
Pengalaman pribadi ini sengaja saya tulis untuk merespons “keluhan” Mbah Nun dalam Mocopat Syafa’at Maret 2021 “Keberanian Merusak” bahwa Mbah Nun tidak malati. Saya yakin Mbah Nun sangat malati berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri dan juga sebagaimana saya meyakini bahwa beliau adalah walinya Allah.
Banyak sekali pengalaman ajaib yg kami rasakan selama beliau bersama kami di Perth. Salah satunya adalah dengan mudah kami selalu mendapat posisi parkir di dekat pintu utama selama kami mengantar beliau di sini. Padahal tidak banyak slot parkir yg tersedia apalagi pada jam kerja. Itu terbukti setelah Mbah Nun kembali ke Indonesia, saya berkali-kali mencoba cari slot parkir di tempat yang pernah kami singgahi tapi tidak pernah dapat.
Mbah Nun, Kami cucu-cucumu memohon maaf telah kurang ajar dan menyakitimu. Mohon Maaf yang banyak Mbah.
Perth, 18 Maret 2021