Maiyah Menyapa dan Memeluk Lalu Membersamai
Sejak saya kecil ada suatu bayang-bayang, seolah-olah saya menatapnya semakin mendekatinya semakin semu bayang-bayang itu, lalu saya mencoba menjauhi tetapi semakin memanggil-manggil.
Pada saat tertentu seolah-olah menghilang bayang-bayang itu tepatnya saat saya mulai berangan-angan, dan ternyata bukan angan-angan itu yang saya ingin temui atau yang ingin menjumpai saya dan saat bersamaan Maiyah menyapa (saat itu saya sering memimpikan Mbah Nun).
Mimpi pertama kali yang sangat-sangat menggetarkan hati saya dan masih terngiang sampai saat ini adalah saat saya bermimpi ditemui Mbah Nun dan berkata kamu tidak bisa menemui Tuhan, bersamaan dengan momentum itu musik yang berbunyi di samping saya tidur adalah “Engkau Menjelang”. Tersentak saya kaget dan terbangun, idz dakholna jannatal ma’iyyata qulna masyaAllah laa quwwata illabiLlah. Saat itulah saya mulai yakin untuk membersamai kesunyian keluasan Maiyah.
Maiyah adalah yang menyapa lalu memeluk dan menawarkan ma’iyyah (kebersamaan) saat saya menjalani kerinduan.