CakNun.com
(Sinau Puasa, bag. 6)

Kurma

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
Waktu baca ± 2 menit
Photo by Suji Su from Pexels

Lho kok kurma? Apakah berhubungan dengan kesehatan? Kegemukan? Atau yang lain?

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Ra’d: 4)

Ini firman Allah, tapi sungguh saya jauh dari mampu mentadabburinya. Biarlah nanti Cak Nun atau Kyai Muzammil yang bisa menerangkannya, kenapa anggur yang disebut, bukan buah sawo atau mengkudu? Kenapa pula kurma? Itu pun ada kurma yang bercabang? Apa pula ini?

Sungguh saya sangat sedikit dan terbatas kemampuan untuk mengelaborasinya. Astaghfirullah hal ‘adzim…

Kembali ke masalah buka puasa dengan kurma, seperti yang dicontohkan Nabiyullah Muhammad Saw.

Rasulullah biasanya berbuka dengan ruthabat (kurma basah) sebelum menunaikan sholat. Jika tidak ada ruthabat (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian, beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Dalam mencontohkan hal-hal yang seperti ini Baginda Nabi pasti mempunyai gradasi alternatif. Sabdanya: kurma basah — kurma kering — air putih. Kalau di negara-negara penghasil kurma (bukan hanya di jazirah Arab saja bahkan ada sebagian kurma yang beredar di sini berasal dari California), maka mencari kurma basah tidak sulit.

Lalu kalau tak ada kurma basah, Nabi memberikan alternatif: kurma kering. Tapi bukan manisan kurma lho (seperti yang banyak juga beredar di sini, kurma yang diawetkan dengan mencampur gula, sehingga rasanya sangat muanisss). Kalaupun kurma kering tak ada, yaaa berbuka dengan air putih. Simpel! Engga pake ribet.

Dari hasil penelitian, orang yang makan terlalu cepat, akan berpotensi menjadi gemuk. Kenapa? Karena orang yang makan terlalu cepat, maka makanan yang masuk ke dalam perut akan melebihi kapasitas, tetapi masih juga ingin menambah makan agar kenyang.

Inilah yang terjadi pada orang yang berpuasa, ketika berbuka puasa, berbuka dengan emosional, langsung membabi buta makan sebanyak-banyaknya, dan yang dimakan adalah adalah makanan pokok yang unsur mayoritasnya adalah karbohidrat.

Karbohidrat ini membutuhkan waktu dan proses untuk menjadi glukosa dan fruktosa yang akan gampang diubah menjadi energi. Gula sederhana tersebut (glukosa dan fruktosa) terdapat pada banyak buah-buahan, salah satu di antaranya adalah kurma. Kurma pasti mempunyai nilai lebih dibanding dengan buah lain sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 4 tersebut. Apalagi Nabi mencontohkan berbuka dengan beberapa biji kurma, minum air putih, dan kemudian shalat.

Adapun fakta tentang kurma yang saya tahu, rasanya manis, mengandung gula sederhana yang akan gampang diserap usus dan diubah menjadi tenaga, banyak serat, mengandung mikronutrien yang dibutuhkan tubuh.

Lha kalau tak ada kurma, apakah boleh makan buah-buahan lain? Lho…tentu saja boleh, kan tidak ada larangan.

(bersambung)

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM
Exit mobile version