CakNun.com

Kepada Tuhan Kutitipkan Hidupku

Ericka Irana
Waktu baca ± 3 menit
Petruk Kembar, Mocopat Syafaat Januari 2017. Foto: Adin.
Petruk Kembar, Mocopat Syafaat Januari 2017. Foto: Adin.

Dua tahun terakhir ini sepertinya menjadi tahun-tahun sambat se-dunia, bukan hanya mengeluh karena dampak pandemi yang tak kunjung selesai, tapi juga sambat masalah hati, urip lan urup. Saya mungkin salah satu orang yang ikut urun sambat juga bertanya, meminta solusi kepada Mbah Nun melalui sesi video Youtube channel: Mbah Nun Menjawab.

Adem, ayem, padhang jingglang rasanya hati ini, ketika menikmati petuah Mbah Nun pada acara maiyahan Mocopat Syafaat tanggal 17 November lalu, yang mengangkat tema Jiwa Shadaqah. Mbah Nun memberikan ramuan ampuh yang membuat hati saya lebih jembar menjalani hidup. Saya yakin apa yang disampaikan Mbah Nun dalam video itu bersifat universal bagi semua orang. Tapi boleh kan saya gedhe rumongso, itu juga pesan khusus untuk saya pribadi.

Meski kecelik, saya sangat berterima kasih atas apa yang disampaikan Mbah Nun via tayangan tersebut. Bayangan saya Mbah Nun mungkin akan memberikan ijazah wirid yang rumit mengingat apa yang saya tanyakan juga cukup pelik, eh njekethek malah diberi “mantra” Hasbunallah wa ni’mal wakil, Ni’mal maula wa ni’man nashir, yang sebenarnya sudah sering saya dengar sejak kecil di Langgar kampung. Lalu apa bedanya ketika mantra itu disampaikan hari ini di saat usia 40-an?

Mantra tersebut memang mudah untuk diucapkan, dan bahkan kalau kita sedang sangat ruwet-ruwet nya, kalimat tersebut terdengar klise! Bisa jadi saya akan protes ke Mbah Nun, “sampun Mbah… Saya sudah wiridan itu, sampun Mbah.. Saya sudah shalat, sedekah, doa ajur-ajuran, sampun pokoke saya sudah usaha segala macam, dan kulo sampun pasrah entek-entekan…. Tapi kenapa belum juga datang pertolongan Allah?”

Kali ini saya tetap saja meneruskan wiridan seperti apa yang disampaikan beliau, setiap lepas shalat wajib, sebisa mungkin dzikir Istighfar, Shalawat 9x, disambung Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir 100x. Sebelum tidur saya juga membaca surat Al Qadr berulang kali sampai saya lena. Ketika itu saya marah, kesal, putus asa dengan ujian yang sedang saya hadapi, tapi saya juga tidak bisa apa-apa. Kalau sambat ke adik laki-laki saya kenapa ujian hidup ini angel, selalunya dijawab entheng “Nek gampang yo surgo kebek” atau “Nek gampang, arek PAUD iso!

Dan entah setelah beberapa lama saya melakukan anjuran dari Mbah Nun, suatu malam selepas Isya, saya seperti mendapat ilham di telinga. Ada suara yang mengajak diskusi tentang makna “Cukuplah Allah sebagai penolongku, dan Allah sebaik-baiknya wakil”. Persis seperti yang disampaikan Mbah Fuad, bahwa Allah adalah “representative” kita, yang mengurusi semua urusan dan kebutuhan kita. Tapi sayangnya ketika kita mendapat ujian atau rintangan hidup, justru kita tidak percaya 100% kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Suara dalam telinga saya itu seolah memberi penjelasan sangat detail, bahkan memberi contoh riil bagaimana sikap saya selama ini sehingga merasa Allah tidak segera memberi jalan keluar. Misal ketika kita berurusan dengan bagasi pesawat, sudah seharusnya kita percaya 100% kepada pihak maskapai yang akan mengurus barang-barang yang kita titipkan selama penerbangan, kita tidak usah ikut campur mengatur harus diletakkan di mana koper itu, kapan dikeluarkan, kapan dipindah bagasi. Kita hanya mengikuti arahan petugas sampai nanti pesawat mendarat, lalu tinggal menunggu koper di ruang pengambilan bagasi, kalaupun ada barang hilang atau rusak, pastinya pihak Maskapai akan mengganti dengan yang baru.

Nah! Saya langsung mengucap Istighfar seketika itu juga! Saya ini ternyata sok tahu akan kehidupan saya, tidak percaya kepada Empunya Kehidupan, tidak meyakini bahwa Allah-lah sebaik-baiknya wakil kita. Saya TIDAK sepenuhnya menyerahkan urusan saya kepada Allah Swt tapi justru ikut sibuk menjadi sutradara ingin mengatur scene! Pokoke mau-nya ndang wis ndang beres, padahal kan kita juga tidak tahu apa yang terbaik untuk kita. Boleh jadi kesakitan, kesedihan yang saya alami hari ini, adalah jalan untuk menjadikan saya lebih baik lagi. Yah… Namanya juga manusia! maunya serba instan dan enake dewe. Alhamdulillah bisa sinau bareng dari Mbah Nun dan Mbah Fuad, maturnuwun sanget!! Sehingga menjalani hidup menjadi lebih mudah dan terarah.

Akhirnya kalimat Kepada Tuhan Kutitipkan Hidupku benar-benar meresap di hati, ucapan, dan tindakan saya. Malah Allah memberi bonus mimpi didatangi Mbah Nun dengan wajah berseri-seri sambil menyalami saya dan berucap Wis yo… InsyaAllah kowe menang…!” Life is always beautiful! Entah itu pengalaman pahit, manis bahkan getir sekalipun, hidup itu indah asal kita paham bagaimana cara menikmatinya!

Selamat Berjuang!

Lainnya