CakNun.com

Kampus ITS Gemakan Advancing Humanity

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 7 menit
Dok. Komunikasi Publik ITS

Makna filologis ini sangat mendukung dalam gerakan tadabbur Al-Qur’an yang substansi. Bukan sekadar tadabbur yang difilsafatkan atau diuraikan, tetapi tadabbur yang betul-betul ‘amali. Di dalam persoalan ini, orang yang bertadabbur akan naik spiritualitasnya dan mampu men-download situs Tuhan. “Menjalani kebersamaan dengan Tuhan atau menjalani suluk yang maiyah,” tegas Kyai Ta’in

Mengenai ayat Al-Qur’an, Mbah Nun bercerita bahwa sejak kecil beliau telah dikenalkan oleh Ibu Chalimah surat Al-Hasyr ayat 21. Mbah Nun menceritakan bahwa Ibu Chalimah adalah ibunya orang banyak sehingga Ibu Chalimah oleh orang desa dipanggil Ibu. Semua orang datang mengeluh ke Bu Chalimah termasuk orang yang sakit dan berbagai keperluan. Pada waktu Mbah Nun masih balita, beliau menyaksikan sendiri ada salah satu orang yang sakit dan tidak punya uang untuk berobat, datang ke bu Chalimah. Waktu itu Mbah Nun menyaksikan Ibu Chalimah membacakan Al-Hasyr ayat 21, dengan menyentuh kening orang yang sakit itu. Pertanyaan Mbah Nun kemudian, yang dilakukan Ibu Chalimah itu termasuk tafsir atau tadabbur.

Bersentuhan dengan Al-Qur’an

Menurut Mbah Nun, Al-Hasyr ayat 21 itu ‘kan tentang salah satu kekuatan Al-Qur’an menurut Allah, yang kalau ditimpakan kepada gunung, gunung akan lari terbirit-birit. Mbah Nun mengungkapkan bahwa beliau sudah berpuluh-puluh tahun memesrai Al-Hasyr ayat 21. Kenapa yang disebut Allah pertama kok ‘alimul ghaibi wa syahadah? berikutnya Ar-Rahman Ar-Rahim dan berikutnya ada struktur bangunan eksistensi kekuasaan Allah. Bayangan Mbah Nun merupakan bangunan dari kehadiran Allah dalam kehidupan makhluk-Nya: Allah sebagai Malik, dengan persyaratan Qudus, Salam, Mukmin, Muhaimin, supaya Aziz, Jabbar dan Mutakabbir. Jadi pada Al-Hasyr ayat 21 itu ada cara berpikir dan dialektikanya.

Mengacu pada apa yang disampaikan Mbah Fuad soal tafsir, takwil dan tadabbur, menurut Mbah Nun tidak perlu dipertentangkan. Tidak mungkin tadabbur dilakukan tanpa kadar tafsir. Meskipun prosentasenya rendah tetapi tetap harus ada fungsi tafsirnya. Demikian juga tidak mungkin ada mufassir menafsirkan Al-Qur’an tanpa psikologi atau jiwa tadabbur. “Jadi kedua-duanya itu merupakan simbiosis mutualistik”, ungkap Mbah Nun

Mbah Nun menjelaskan, tadabbur itu pokoknya: kita pintar, alhamdulillah . Bodoh tidak apa-apa, kita tepak, Alhamdulillah. Gak tepak tidak apa-apa, kita itu sregep Alhamdulillah, kèsèt tidak apa-apa, asalkan persentuhan kita dengan Al-Qur’an membuat kita lebih baik, akhlak lebih mulia, pikiran lebih jernih, hati lebih lembut, dan ibadah kita meningkat.

Kalau tafsir tidak ada hubungannya dengan perilaku dan integritas penafsirnya, sedangkan tadabbur terserah dengan cara apa persentuhan kita dengan Al-Qur’an, yang terpenting Al-Qur’an itu bagian dari cinta kita dan setelah bersentuhan dengan Al-Qur’an hidup kita menjadi lebih baik. “Itu sebabnya tadabbur adalah apa yang keluar dari dubur. Jadi penghayatan dari akibat persentuhan kita dengan Al-Qur’an,” jelas Mbah Nun

Mbah Nun mengungkapkan bahwa sebenarnya beliau di dalam hatinya ada rasa jengkel terhadap Indonesia yang sampai sekarang tidak berubah menjadi lebih baik. Tetapi Mbah Nun mengatakan bahwa beliau tidak akan melakukan hal-hal yang menyelakakan orang lain. Sebab Mbah Nun memakai pedoman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 8, “wala yajrimannakum sana’anu qoumin ‘ala alla ta’dilu”, janganlah menjadikan kebencianmu atas suatu kaum membuat kamu berbuat tidak adil.

Jadi Mbah Nun mengajarkan bahwa tidak usah peduli orang lain benci atau tidak, yang penting baik kepadamu. Sebagaimana Mbah Nun yang mengungkapkan bahwa meskipun beliau jengkel terhadap banyak hal, tetapi beliau tetap berlaku baik dan buktinya Mbah Nun setia menemani kita di Padhangmbulan 29 tahun, Bangbang Wetan 15 tahun, dan di berbagai simpul dan maiyahan di tempat lain sampai saat ini.

Bahkan Mbah Nun membantu kita menumbuhkan kemanusiaan dan kekhalifahan kita, sebagaimana yang berlangsung pada Kajian Mushaf Tadabbur Maiyah di Masjid Manarul Ilmi ITS ini.

Surabaya, 23 September 2021.

Lainnya

Sinau Hayaty Khidmaty dari Cak Fuad

Sinau Hayaty Khidmaty dari Cak Fuad

Bangbang Wetan edisi Juli telah menayangkan Sinau Bareng Cak Fuad pada Sabtu malam (31/7) di kanal ofisial Youtube Bangbang Wetan.

Amin Ungsaka
Amin Ungsaka
Kegembiraan Bersedekah Maiyah Kepada Indonesia

Kegembiraan Bersedekah Maiyah Kepada Indonesia

Musim penghujan baru menyapa menjelang bulan November, langit hari itu diselimuti mendung, para penggiat Kenduri Cinta menyiapkan pelaksanaan forum bulanan Kenduri Cinta di Pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) sejak siang hari.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta