Kampus ITS Gemakan Advancing Humanity
Kondisi Indonesia pasca Reformasi di bawah beberapa presiden belum sesuai harapan. Kita tahu hari ini korupsi tambah marak merajalela, kesatuan bangsa dicabik-cabik, dan kedaulatan rakyat dan alam terancam. Padhangmbulan lebih menjaga jarak dengan pemerintah dan lebih konsentrasi membangun internal jamaah.
Memasuki abad ke-21, mulai lahir istilah Maiyah. Menurut Mbah Fuad, Maiyah lahir untuk meneguhkan nilai-nilai kebersamaan dan kemandirian, dengan penguatan kompetensi individu jamaah dan penguatan simpul-simpul Maiyah di daerah masing-masing.
Seiring dengan proses penguatan individu — yang telah menjadi tekad Padhangmbulan dan Maiyah, dengan tetap berbasis dengan kajian-kajian AL-Qur’an. Maka sejak awal dekade abad 21, kajian AL-Qur’an diarahkan kepada tadabbur.
Jadi tadabbur itu merupakan kelanjutan dari yang semula dinamakan kajian tafsir Padhangmbulan.
Sejak 2011, pengajian Padhangmbulan mulai diarahkan kepada tadabbur. Kalau tafsir itu lebih banyak melibatkan otak dan pemikiran, sedangkan tadabbur lebih banyak melibatkan hati, kontemplasi dan perenungan. Dan hal itu oleh Mbah Fuad dianggap penting karena tujuannya adalah transformasi diri jamaah, pembangunan akhlak dan karakter. Output-nya adalah akhlakul karimah, semangat berbuat baik, altruisme atau itsar, hidup yang bermakna, mengembangkan potensi-potensi diri dan meningkatkan life skill.
Arti Tafsir, Takwil dan Tadabbur
Berbicara soal tafsir dan tadabbur, Mbah Fuad berpendapat bahwa kebanyakan ulama kontemporer mensinonimkan arti tafsir, takwil, dan tadabbur. Memang ketiga istilah itu saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan. Karena di dalam tafsir itu ada tadabbur, meskipun tidak semua tafsir. Banyak juga tafsir yang di dalamnya banyak termuat tadabbur. Sedangkan takwil itu salah satu metode di dalam penafsiran Al-Qur’an untuk jenis-jenis ayat tertentu. Tadabbur juga tidak bisa dipisahkan dari tafsir, karena di mulai dari pemahaman ayat, yang merupakan bagian dari tafsir.
Namun ketiga istilah itu bisa dibedakan, paling tidak dibedakan secara etimologis (makna bahasa). Tafsir itu penjelasan makna. Takwil pemaknaan baru menggantikan makna asal. Sedangkan tadabbur yang utama adalah pengambilan pelajaran dari ayat Al-Qur’an.
Tafsir mempunyai cakupan yang sangat luas. Tafsir menjelaskan makna ayat dari berbagai segi. Ada yang membahas kebahasaannya, ada yang membahas kesastraannya, ada yang membahas kesejarahannya, ada yang membahas keilmuannya, pengambilan hukum, dsb. Jadi tafsir mempunyai jangkauan yang sangat luas dan memerlukan keahlian khusus. Maka penafsir harus memenuhi banyak syarat.
Takwil itu menyangkut ayat-ayat yang mutasyabihat. Di dalam AL-Qur’an itu ada ayat muhkamat (pasti) dan mutasyabihat (masih mengandung banyak kemungkinan makna). Mutasyabihat sendiri ada bermacam-macam: ada ayat yang maknanya merupakan rahasia Allah dan hanya Allah yang mengetahui maksudnya, ada ayat yang mengandung dua atau lebih kemungkinan makna dan ada ayat yang mempunyai makna asal tetapi dengan alasan tertentu boleh atau harus dicarikan makna lain. Takwil hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah mendalam ilmunya.
Sedangkan tadabbur, makna bahasanya tadabbur adalah an-nadlaru ilad dubur, melihat dubur. Dubur itu bagian belakang dari segala sesuatu. Tadabbur itu melihat belakang dari sesuatu. Maka tadabbur punya makna merenungkan akibat dari sesuatu dan merenungkan hal-hal yang mungkin terjadi di belakang.
Tadabbur ayat artinya memahami ayat kemudian menghubungkan dengan diri sendiri atau dengan manusia secara umum, apa yang telah dilakukan dan apa yang harus dilakukan setelah membaca ayat itu.
“Tadabbur adalah amalan hati yang bersifat pribadi dan melahirkan kesadaran diri,” jelas Mbah Fuad.
Dalam teori membaca ada tiga tingkatan membaca: reading on the line, reading between the line, dan ada reading behind atau beyond the line. Tadabbur adalah tingkat yang ketiga, reading behind atau beyond the lines. Setelah memahami reading on the line dan between the line-nya. Tadabbur model yang kedua ini sangat tergantung keluasan wawasan, kepekaan intuisi dan kemampuan imajinasi.
Tadabbur boleh dilakukan siapa saja. Orang muslim mukmin yang alim, orang muslim mukmin yang awam tetapi bisa membaca dan memahami makna ayat, bahkan orang non muslim itu boleh melakukan tadabbur. Sebab Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk orang yang beriman melainkan untuk semua umat manusia.
Cara Membaca Umat Islam untuk Menghidupkan Subtansi Islam
KH. Ahmad Musta’in Syafi’i, pengasuh PP Tebuireng dan salah satu ahli tafsir, berpendapat bahwa Indonesia merupakan Negara nomer satu berdasar Islamic Index Ceremony karena banyak pengajian, majelis taklim, sholawatan, haji, umrah, tadarus dan menghafal ayat Al-Qur’an. Tetapi kalau berbicara substansi Islam kita masih belum bisa mencapainya. Kyai Ta’in mencurigai bahwa ketidaktercapaian substansi Islam karena kesalahan cara membaca umat Islam terhadap Al-Qur’an.
Kalau diperdalam, menurut Kyai Ta’in, cara membaca kita hanya pada tilawah dan menghafal, kurang penghayatan dan tadabbur terhadap ayat Al-Qur’an yang kita baca. Pengingkaran-pengingkaran yang dilakukan umat Islam terhadap pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an disebabkan karena minimnya bertadabbur.
Salah satu yang mengherankan menurut Kyai Ta’in bahwa, di dalam teks Al-Qur’an meskipun seluruhnya itu olah akal tetapi Al-Qur’an tidak pernah sekalipun menyebut kata akal (benda). Semuanya disebut dengan kata kerjanya ya’qilun, ta’qilun, ‘aqaluu, berpikir serius dan berpikir yang kontinu.