CakNun.com
Membaca Surat dari Tuhan (39)

Kampung-Kampung yang Ajaib, Tiga

Mustofa W. Hasyim
Waktu baca ± 14 menit

Kalimat menantang dan provokasi itu menyengat telinga Mbah Bukhori dan Ayah. Dua orang ini segera bangkit berdiri sambil Mbah Bukhori membuka kancing baju beskapnya agar sepasang trisula yang dia sembunyikan mudah dicabut jika keadaan memaksa. Ayah membuka kancing jaketnya agar pedang berhulu burung merak mudah dicabut jika orang-orang merah itu berani bertindak kasar. Dua orang ini berjalan dengan gagah meninggalkan pertemuan dan sampai di luar rumah orang kaya itu, sampai di jalan kampung dan selamat sampai rumah. Hanya dua orang itu yang berani meninggalkan pertemuan midodareni yang sudah diubah menjadi pertemuan judi kartu kongking. Warga lain, meski ada yang berlatar belakang santri takut bergerak. Kata-kata jagoan merah itu menciutkan nyali mereka. Dan sesampai di depan rumah saya, Mbah Bukhori yang rumahnya bersebelahan dengan rumah saya marah-marah dan mengumpat-umpat ulan jagoan merah itu.

“Pengin rasanya nyoblos perut dia dengan trisula ini!,” begitu Mbah Buhkori ngedumel.

“Sudahlah kang, sabar,” kata Ayah menyabarkan dia.

Tiap-tiap kampung rasa-rasanya pada zaman itu punya keajaibannya masing-masing, dalam berjudi. Dan selain berjudi kartu, warga masyarakat pun disihir oleh judi undian berhadiah. Warga masyarakat yang kalah hidupnya oleh tekanan ekonomi asing dan tekanan politik dalam negeri mendapat peluang atau memang dibukakan peluang entah oleh siapa, untuk melarikan diri dalam kehidupan khayali, bermain-main nomor ini. Uang yang didapat oleh kelas bawah dari bekerja keras sebagian atau malah sebagian besar dibelikan undian berhadiah atau nomor ikutan bernama nomor buntut. Mereka asyik di situ, larut dalam alam ilusi atau halusinasi atau wahn karena hadirnya undian berhadiah. Sebagaimana dilansir dalam ayat di dalam sebuah surat di dalam Al-Qur’an, perjudian memang ada manfaatnya sekaligus ada mudlaratnya dan yang madlorot itu lebih besar. Orang-orang yang kesulitan bekerja era kejayaan judi berupa angka dalam bentuk undian ini bisa mencari uang dengan menjadi agen jual beli angka-angka ini. Sebagian yang lain bekerja dan mencari uang dengan menjadi tukang ramal profesional atau tukang ramal setengah amatir atau tukang ramal amatir. Makam keramat menjadi sasaran untuk bertanya berapa nomor yang akan keluar. Ada media yang menjadikan kode ramalan menjadi penglaris.

Orang-orang yang bingung hidupnya ini kadang tidak masuk akal kelakuannya, misalnya bertanya kepada anak-anak, kepada orang gila, kepada gelandangan, kepada pohon atau binatang. Suara binatang malam dimistik atau ditafsirkan menjadi angka tertentu. Demikian pula ketika ada anak kecil sedang bermain-main dengan kardus kemasan obat. Anak itu ditanya tentang nomor yang besok akan keluar. Dengan iseng anak kecil itu menunjukkan angka-angka yang tertera dalam kardus kemasan obat. Oang-orang dewasa berebut untuk mencatat dan menafsirkan angka itu. Istilah mereka dimistik. Mereka serius sekali melakukan upacara memistik angka-angka ini. Dan lucunya, mereka yang telah mengolah angka yang tertera dalam kemasan obat itu blong alias gagal menebak angka undian yang keluar esok harinya. Ada orang yang iseng, membeli angka apa adanya dari angka-angka yang tertera dalam kemasan obat itu, dia justru berhasil dan angkanya joss sehingga dia memenangkan undian dan mendapat uang banyak. Ada lagi kelucuan lain. Ketika ada orang, di bulan puasa, bisa goal atau nenembus angka undian gara-gara dia mengotak-atik angka dalam kalender lama yang lusuh, dia pun bisa membeli sepeda baru, bersedekah kepada tetangga dan berbisik bahwa dia bulan puasa itu mendapat ‘lailatul qadar’. Tentu Ayah tertawa mendengar kata-kata tetangga yang menyesatkan itu. Mudlarat judi angka terasa lebih besar dibanding manfaatnya, tetapi yang sadar untuk berhenti main judi angka undian hampir tidak ada, kecuali ketika kemudian undian berhadiah sepeti ini, juga judi nomor buntut dinyatakan terlarang dan ilegal.

Politisasi judi dan komersialisasi judi memang parah zaman itu. Dan bagaimana warga masyarakat bawah masuk dalam kubangan alam khayal ini dengan baik direkam dan dimunculkan kembali oleh Arifin C Noer dalam lakon-lakon dramanya. Pada zaman itu cerpen tentang tukang ramal dan nasib orang yang melarikan hidupnya pada judi juga banyak dimuat koran. Dan mekanisme judi semacam ini, juga atmosfer judi seperti ini kalau di dalam Al-Qur’an disebut ta’awanu ‘alal istmi wal ‘udwan. Tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Dalam judi manapun pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang sering sombong dan mengejek yang kalah, dan yang kalah cemburu atau memusuhi yang menang. Ini yang menyebabkan perjudian, termasuk judi kartu dan judi sabung ayam sering diwarnai keributan. Dalam film koboi pun sering muncul adegan bagaimana setelah beradu kartu, para koboi itu kemudian beradu pistol.

Kembali ke Gunungketur. Ketika ada perempuan yang ikut aktif dalam kegiatan main kartu sambil merokok, mencolok, di pinggir jalan kampung, waktu itu lho, merupakan keajaiban bagi saya. Dan semua berjalan baik-baik saja. Malah, kalau malam tahun baru lorong di depan rumah saya ramai dengan orang melempar petasan. Zaman itu memang zaman warga kampung Yogya suka menghibur diri selain dengan bermain kartu juga dengan meledakkan petasan, bahkan ada petasan yang dilempar orang bisa mengakibatkan korban, semua terus berlanjut sampai periode petasan ini menghilang di kota Yogyakarta. Karena dilarang dan dinyatakan sebagai barang haram oleh yang berwajib.

Mustofa W. Hasyim
Penulis puisi, cerpen, novel, esai, laporan, resensi, naskah drama, cerita anak-anak, dan tulisan humor sejak 70an. Aktif di Persada Studi Klub Malioboro. Pernah bekerja sebagai wartawan. Anggota Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah DIY. Ketua Majelis Ilmu Nahdlatul Muhammadiyin.
Bagikan:

Lainnya

Gabah Dèn Interi

Gabah Dèn Interi

Kemarin saya ditelepon oleh seorang Dokter yang mengemukakan kecemasannya terhadap langkah-langkah penanganan kasus nasional internasional Covid-19 di Indonesia.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Aldi dan Keluarganya yang Tangguh (1)

Aldi dan Keluarganya yang Tangguh (1)

Di antara para pasien yang akan saya tulis dalam seri Belajar Kepada Pasien, kok ternyata nama Aldi paling dominan muncul di benak saya.

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
dr. Eddot
Exit mobile version