Jejaring Maiyah sebagai Jejaring Cinta
Saya menggunakan istilah jejaring cinta sebagai istilah lain yang saya rasa maknanya sama dengan jejaring Maiyah. Bukan dalam hal arti bahasa dari kata Maiyah, sebab jika dari arti bahasa, maka arti dari Maiyah adalah bersama, melainkan yang saya maksud adalah makna Maiyah dalam rasa batin yang saya alami sendiri dalam Maiyah. Yaitu cinta.
Sebagai pijakan untuk memahami dalam tulisan ini, jejaring Maiyah saya sinonimkan menjadi jejaring cinta. Lantas untuk apa kok malah berbicara cinta? Saya merasakan bahwa dalam inti Maiyahan yang saya dapat dan saya alami, Mbah Nun mengajarkan dan “mentransfer frekuensi cinta” kepada saya khususnya, dan Jamaah Maiyah seluruhnya, sekaligus siapa saja yang beruntung dapat menangkapnya.
Memang faktor utama kerusakan hati manusia adalah gersang dan jauhnya hati atau sedikitnya cinta di dalamnya. Sangat sedikitnya welas asih, kasih sayang, rasa memikirkan banyak orang. Dipenuhinya nafsu akan kepentingan diri sendiri. Selanjutnya kerusakan tatanan dan peradaban manusia tidak lain adalah disebabkan oleh rusaknya hati yang disebabkan sangat fakirnya hati oleh cinta.
Jadi ikhtiar yang bisa kita lakukan dalam netes adalah merekatkan dan memperluas jejaring Maiyah/jejaring cinta. Dengan begitu, semoga dengan tersebarnya cinta pada umat manusia, melahirkan akibat samudra manusia cinta, hingga tatanan dan peradaban umat manusia otomatis selaras dengan maksud Allah bahwa manusia adalah Khalifah di muka Bumi.
“Robbii laa tadzarnii fardan wa anta khoirul waaritsiin.”