CakNun.com
Membaca Surat dari Tuhan (22)

Jejak Penjelajah Sejarah

Mustofa W. Hasyim
Waktu baca ± 11 menit

Migrasi manusia potensial dari daerah asal ke daerah tuju yang kemudian mampu mendinamisasi daerah tuju terjadi di mana-mana. Biasanya kalau daerah tuju ini terbuka terhadap manusia potensial dari daerah lain mudah untuk maju sebagaimsna terjadi di daerah transmigrasi di Sumatera dan pulau lain. Ketika Nahdlatul Muhammadiyin (NM) masih punya waktu dan kesempatan menemani masyarakat Wonolelo (kemudian tumbuh menjadi lumbung ilmu, lumbung pangan, dan lumbung budaya) mendapat cerita bagaimana di masa sulit dulu banyak warganya yang transmigrasi ke Sumatera. Ketika mereka sukses, anak keturunannya dikuliahkan ke Yogya dan ada memilih tinggal di rumah kakek neneknya. Mereka menempuh jarak dari desa ke kampus dengan naik motor.

Selain lewat pola transmigrasi, pola usaha dagang dan penyebaran ilmu. Ketika saya sempat selama seminggu berkunjung ke Sumbawa Besar, tempat kelahiran pak Din Syamsuddin saya mendapat cerita dan data sejarah bagaimana ulama Bugis masuk Sumbawa, demikian juga pedagang dan lainnya. Sampai dulu kerajaan Sumbawa mendapat pasokan sumber daya manusia dari Bugis. Saya juga diberitahu bagaimana terbukanya masyarakat pulau ini sampai bupati yang dipilih secara demokratis bisa berasal dari etnis mana saja. Karena sudah merasa sebagai bagian penting dari Indonesia warga terbuka dan tidak mensyaratkan putera daerah menjadi calon bupati. Maka tidak mengherankan jika suatu ketika bupati terpilih dari etnis Bugis, periode berikutnya dari etnis Sunda. Masyarakat setempat percaya diri dan dewasa dalam berpolitik dan beragama.

Pak Din Syamsuddin sendiri keturunan ulama Bugis dan ketika kecil aktivis IPNU, waktu nyantri belajar di pesantren Gontor dan ketika kuliah di Ciputat aktif di IMM kemudian menjadi ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah sebelum menjadi ketua umum PP Muhammadiyah selama dua periode (hasil muktamar di Yogyakarta dan di Malang). Manusia potensial dari Bugis ini dalam sejarah Indonesia lampau memang unik. Ketika kerajaan Aceh kehabisan stok calon raja laki-laki maka yang diangkat menjadi raja adalah menantu yang berasal dari Bugis.

Pola suksesi yang sukses juga terjadi di kalangan pesantren NU. Misalnya di Pesantren Krapyak yang dikenal sebagai pesantren Al-Qur’an. Ketika terjadi suksesi kepemimpinan pondok pasca Kiai Munawwir maka yang dipilih atau ditunjuk untuk memajukan pesantren adalah Kiai besar keturunan kiai dari Lasem Rembang, KH Ali Ma’shum yang pandangan keagamaannya moderat yang dalam sebuah Munas NU di Kaliurang mengatakan dan mengakui bahwa Muhamadiyah termasuk keluarga besar Aswaja atau ahli Sunnah Wal Jamaah.

Dan saya pernah membaca buku bagaimana pasca perang Diponegoro para ulama menerapkan strategi diaspora berpindah-pindah tempat sebelum menemukan lahan subur untuk mendirikan pesantren baru. Termasuk pesantren Ploso di Kediri dan pesantren Darat di Semarang. Juga di zaman dulu, sehabis kejatuhan kerajaan Demak, ada keturunan Sunan Gunungjati yang masuk ke Jawa Timur mendirikan pesantren Sidogiri.

Ketika saya masih aktif menjadi wartawan harian dan aktif melakukan wawancara dengan para ahli tampak sekali kalau kampus-kampus utama di Yogya nyaris dipenuhi dosen yang sangat ahli di bidangnya yang berasal dari luar Yogya. Sangat banyak di antara mereka berasal dari Aceh misalnya, termasuk salah satu dosen ilmu tafsir saya. Waktu itu kebanyakan dari mereka tinggal di rumah dinas yang sederhana. Juga banyak ahli di bidang ilmu lainnya yang berasal dari Sumatera Barat, Riau, Lampung, Bangka Belitung, Sunda, dan daerah Indonesia timur seperti Sulawesi dan Maluku yang jauh, juga dari NTB dan NTT.

Ini semua terjadi karena adanya tradisi para ulama dan pedagang yang menjelajah Indonesia, dulu Nusantara yang pernah diklaim secara sepihak sebagai Hindia Belanda oleh Belanda tetapi klaim ini tidak diakui oleh bangsa-bangsa di Nusantara yang kemudian menggabungkan diri menjadi bangsa Indonesia.

Saya banyak mendapat data bagaimana ulama Minang menyamar menjadi penambal ban sepeda di tanah Aceh dan tinggal di dekat masjid dan rajin berjamaah di masjid itu untuk melakukan pemetaan sosial. Sampai suatu saat dalam shalat jamaah, imam yang biasanya bertugas tidak hadir, maka ulama Minang ini ditunjuk menjadi imam. Ketahuanlah dia sebagai ulama, diminta mengisi pengajian dan bisa merintis berdirinya persyarikatan di sini.

Orang Aceh dikenal demokratis dan memilih orang berdasarkan kualitas pribadi bukan berdasarkan keturunan siapa. Maka ketika ada orang ahli agama dari Minang datang ke tempat mereka, maka mereka dengan penuh percaya diri memilih ulama luar daerah ini menjadi imam shalat. Dan sang ulama yang dengan menyamar menjadi tukang tambal ban ini menjadi mengenal karakter masyarakat setempat dan dengan percaya diri menjadi imam shalat.

Di kemudian hari ulama ini menjadi pemimpin persyarikatan Muhammadiyah yang dikenal sebagai organisasi terbuka terhadap siapapun yang berkualitas untuk menjadi pemimpin. Yogyakarta tidak perlu menjadi istimewa untuk soal suksesi kepemimpinan ini. Pernah ulama Surabaya terpilih menjadi pemimpin, kemudian ulama Minang, ulama Solo, Sumbawa dan sekarang dipimpin ulama dari Sunda.

Tradisi menjelajah Nusantara pernah dilakukan ulama Kauman Yogyakarta sampai di Sumatera. Menyerap ilmu silat jurus harimau yang kemudian disumbangkan menjadi salah satu dari delapan jurus utama Tapak Suci, dan mendapat jodoh perempuan Medan. Ulama lain yang keturunan KHA Dahlan yang dalam penjelajahannya juga mendapat pasangan hidup perempuan Medan yang kemudian menjadi ketua PP Aisyiyah. Ada ulama besar Jawa Barat yang di waktu mudanya menggembleng dirinya dengan menjelajah Kalimantan dan pulau lain. Ulama ini saya wawancarai ketika di masa tuanya menjadi imam masjid di kota Bandung dan masih aktif menulis buku agama.

Tentu soal menjelajah Nusantara modern yang hampir menjadi Indonesia ini kita tidak boleh melupakan gerak dan gerakan Tjokroaminoto dengan Syarikat Islamnya. Jejak kedatangan Pak Tjokroaminoto dapat ditemukan di Bolang Mangondow di mana konsep lembaga pendidikan punya empat pilar; masjid, sekolah, sawah dan kebun, dan masyarakat sekitar. Dengan empat pilar ini jejak penjelajahan Tjokroaminoto di ujung timur utara Indonesia ini sampai hari ini masih lestari. Dan pak Tjokroaminoto pernah menjelajahi Madura mendirikan cabang SI yang amat berakar yang data sejarahnya ketika diteliti Pak Kuntowijoyo menghasilkan disertasi yang siip dan ketika diterbitkan jadi buku oleh Bentang Budaya menjadi buku yang siip pula. Jejak pak Tjokroaminoto yang lain dapat ditemukan di Garut dan Sukabumi Jawa Barat, juga di Banjarnegara, termasuk di desa Sijeruk yang pernah mengalami bencana tanah longsor hebat itu.

Wajah dunia sering berubah karena para penjelajah datang dan menyerbu daerah dan daratan yang jaraknya berpuluh ribu atau kilometer lebih seperti yang dilakukan bangsa Mongol dari Asia Timur menyerbu sampai Asia Barat, meluluhlantakkan Baghdad sampai kemudian tertahan di ‘Ainun Jalud kemudian dipukul mundur kembali ke tanah Mongolia dengan meninggalkan jejak kerajaan Moghul di India.

Tentu tidak boleh dilupakan penjelajah dari Makedonia, Iskandar Dzulkarnain yang di dalam surat Al-Kahfi disebut sampai daratan ujung Maghrib dan Masyriq dan membangun dinding penyekat untuk mencegah bangsa atau kelompok manusia yang diberi nama Ya’juj Ma’juj dengan benteng metal campuran besi dan tembaga panas ini.

Penjelajah bangsa-bangsa Eropa yang menderita trauma sejarah karena tanah Gotik pernah dikuasai dinasti Umayyah Barat dan sekitar laut tengah sampai daratan Cina pernah dikuasai imperium Turki Usmani kemudian melampiaskan trauma sejarahnya dengan menjelajah Afrika dan Asia kemudian menjajahnya. Trauma kekalahan perang salib orang Eropa kemudian juga ditularkan kepada bangsa Amerika sampai hari ini.

Tentu tidak boleh dilupakan bahwa upaya kolonialisasi Penjelajah dan penjajah Eropa ini tidak mulus. Bangsa Italia kena batunya dan terpaksa tertahan selama dua puluh tahun untuk menguasai Afrika Utara karena berhadapan dengan ulama yang juga Penjelajah Afrika yang punya kapasitas sebagai antropolog yang hafal karakter etnik dan sub etnik sehingga bisa menggerakkan perlawanan habis-habisan yang bisa mengalahkan tiga jenderal yang dikirim dari Roma. Baru jenderal keempat dari negara Itali yang menerapkan strategi penyekatan benua dan penyemprotan gas beracun ke gunung dan gua, ulama Afrika Utara yang guru ngaji dan guru bangsa bernama Umar Mukhtar agak mengalami kerepotan dan dalam sebuah pertempuran dia jatuh dari kuda dan dapat ditangkap.

Dalam hal ini jenderal dan Itali lebih bersikap ksatria, menangkap pejuang kemerdekaan Afrika Utara lewat pertempuran. Jenderal Itali tidak memilih sikap pengecut seperti jenderal Belanda yang menangkap Pangeran Diponegoro dalam perundingan damai. Jenderal Itali ini memang pernah berunding dengan Umar Mukhtar dan ketika perundingan gagal mencapai kesepakatan damai, Umar Mukhtar diberi hak untuk pulang meninggalkan meja perundingan dan kedua belah pihak sepakat untuk memulai perang lagi.

Dan dari semua penjelajah besar yang bisa mengubah sejarah disebutkan dalam Al-Qur’an ada penjelajah terbesar dalam sejarah semesta, yaitu Nabi Ibrahim As., sampai namanya diabadikan menjadi salah satu surat dalam Al-Qur’an, dan namanya juga disebut dalam banyak ayat lain di surat lain.

Yang paling bermakna penting, nama nabi Ibrahim As. disebut bersamaan (menemani) nama Nabi Muhammad Saw. dalam shalawat ketika dibaca waktu ibadah shalat dalam tahiyat awal atau tahiyat akhir. Saya pernah kaget ketika menyadari ini betapa Nabi Ibrahim sebagai nabi Ulul Azmi setelah Nabi Nuh menjadi amat penting dan strategis posisi teologis dan historisnya dalam Islam.

Nabi Ibrahim menjadi penjelajah teologis mulai ketika mengkritisi pekerjaan ayahnya yang penjual dan pembuat berhala untuk disembah manusia pada waktu itu. Kemudian Nabi Ibrahim melakukan penjelajahan teologis ketika dengan akalnya mencari Tuhan, siapa penguasa alam sebenarnya. Dia mengetahui kelemahan matahari yang bisa tenggelam, kelemahan bulan dan bintang yang bisa pudar. Akhirnya Ibrahim berkesimpulan bahwa penguasa alam adalah Yang Menciptakan semua itu. Setelah upaya penjelajahan teologis selesai dan menemukan Tuhan yang sejati kemudian mendapat wahyu.

Nabi Ibrahim melakukan penjelajahan berikutnya dengan melakukan perjuangan membebaskan kaumnya dari kebodohan sebagai penyembuh berhala. Usahanya menghancurkan berhala-berhala berujung pada penangkapan dan dia dihukum bakar oleh raja Babilonia bernama Namrud tetapi api yang mendapat perintah dari Allah Swt. agar menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim (Qul ya Naaru kuuni bardan wa salaman ‘ala Ibrahim), Nabi Ibrahim pun selamat lalu mendapat perintah menjelajah beribu-ribu kilometer meninggalkan Babilonia menuju tanah Arab membangun kembali Ka’bah yang pernah dibangun oleh Nabi Adam. Kemudian anak keturunannya dari jalur Nabi Ismail menjadi juru kunci Masjidil Haram.

Menurut Ibnu Katsir, Nabi Ibrahim lahir di tanah Babilonia termasuk dalam kawasan Irak dan dimakamkan di tanah Palestina, Hebron. Jejak jelajah teologis dan jelajah sosiologis masih bisa kita nikmati. Antara lain lewat ibadah napak tilas keluarga Nabi Ibrahim dalam memakmurkan kota Makkah dan sekitarnya bernama ibadah haji dan umroh.

Yogyakarta, 26-28 Juli 2021.

Mustofa W. Hasyim
Penulis puisi, cerpen, novel, esai, laporan, resensi, naskah drama, cerita anak-anak, dan tulisan humor sejak 70an. Aktif di Persada Studi Klub Malioboro. Pernah bekerja sebagai wartawan. Anggota Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah DIY. Ketua Majelis Ilmu Nahdlatul Muhammadiyin.
Bagikan:

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM

Topik