CakNun.com
Kebon (204 dari 241)

Inni Ja’ilun fi Lemah Abang Khalifah

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 6 menit
Dok. Progress.

Semua orang yang beragama Islam tahu bahwa pernyataan Allah yang menyertai penciptaan manusia adalah bahwa Ia membikin manusia itu untuk menjadi atau dijadikan Khalifah di Bumi. Dan KiaiKanjeng menemukan yang lebih spesifik: bahwa Tuhan secara khusus menciptakan wanita di Lemah Abang, Bekasi Utara, yang kedua orangtuanya diilhami agar memberinya nama Khalifah.

Kisah tentang Khalifah Lemah Abang merupakan salah satu “lagu favorit” KiaiKanjeng. Puncak tangga lagu-lagu bagi KiaiKanjeng. Khalifah berusia 27 tahun. Ia berseliweran di sekitar panggung persiapan Maiyahan KiaiKanjeng malam harinya. Khalifah setengah telanjang. Ia hanya pakai rok tapi bagian atas badannya terbuka. Panitia dan penduduk Kemang Pratama tidak berbuat apa-apa, karena menyangka wanita “gila” itu adalah “prewangan” Cak Nun dan KiaiKanjeng.

“Prewangan” itu semacam pengawal mistis atau rohaniah. Itu konsep tradisi tentang manusia yang hidup tidak pernah sendirian, melainkan diam-diam ditemani atau dikawal oleh semacam roh halus. Entah Jin langsung atau sisa energi orang yang sudah mati, atau memang dikirim oleh Allah untuk suatu maksud tertentu, yang manusia tidak perlu berbantah tentang hal itu.

Ada Kiai yang katanya dikawal oleh Nabi Khlidlir. Ada Ustadz yang ke mana-mana punya “backing” misalnya Sunan Kalijaga. Ada “orang pinter” di tengah masyarakat yang kabarnya selalu dipunakawani oleh Panembahan Senopati atau Kiai Gringsing yang hidup di abad ke-15. Dan macam-macam lagi kisah semacam itu, yang para ilmuwan tidak usah mengadakan penelitian.

Tetapi Khalifah bukan “prewangan”. Dan saya maupun KiaiKanjeng tidak punya prewangan. Kami bukan orang penting dan tidak punya keistimewaan apa-apa untuk dikawal-kawal.

Adik saya Nadlroh yang hadir di antara KiaiKanjeng menginformasikan kepada saya tentang Khofifah, yang ketika itu kami belum tahu namanya. Saya minta Nadhroh mencarikan baju untuk dipakaikan ke Khalifah. Andi Subiakto salah seorang senior Maiyah mencopot bajunya dan diberikan kepada Nadlroh untuk dipakaikan ke Khalifah.

Adik saya itu menyapanya, mengajaknya bicara, kemudian mengantarkannya ke rumah transit KiaiKanjeng untuk mandi. Malamnya begitu KiaiKanjeng manggung untuk peresmian pembukaan TPQ di kampung itu, Khalifah ikut naik panggung. Dan itu bukan sesuatu yang luar biasa. Saya persilakan. Dan ia duduk di samping kanan saya. Sebelah kanan Khalifah duduk Pak Bupati Bekasi. Acara kami mulai sebagaimana biasa. Khalifah berperilaku tidak semestinya. Ia ngglendhot atau lendhetan atau berpegangan di tangan kiri Pak Bupati sambil menyandarkan kepalanya. Seperti istri kepada suaminya. Pak Bupati tentu saja bingung, tetapi saya bisiki, “Kita ikhlas saja, semoga Allah sedang memproses solusinya”.

Sampai hampir dua jam Maiyahan, Khalifah tetap berperilaku sebagai wanita “tidak normal”, meskipun itu normal bagi kondisi dan sistem kejiwaan subjektifnya. Menjelang tengah malam tiba-tiba Khalifah mengambil mikrofon dan langsung bernyanyi. Yang ia nyanyikan adalah lagu tradisi di surau-surau ketika anak-anak kecil belajar mengaji:

Alif difathah A, Alif dikasqoh I, Alim dishommah U, A I U

Alif fathatain An, Alif karsotain In, Alif dhommatain Un, An In Un

KiaiKanjeng adalah kumpulan pemusik yang sangat berpengalaman dan masing-masing punya ragam keterampilan memainkan berbagai alat musik, tradisional maupun modern. Yang pegang lead guitar maupun rhythm gitar mendekatkan gitar ke telinganya. Rupanya mencoba mencocokkan kunci nada suara Khalifah. Ternyata “berjodoh” dengan mudah. Maka beberapa saat kemudian ada suara musik mengiringi lagu Khalifah. Awalnya sebagian, kemudian segera musik menyeluruh, termasuk Saron Demung Bonang KiaiKanjeng. Sehingga yang terdengar seolah-olah suara lagu yang sudah matang diaransir dan dilatihkan berkali-kali dengan.

Hadirin selapangan yang hadir mendengar dan melihat semua itu. Sejak awal mereka melihat keanehan di panggung. Keanehan itu kini membawakan lagu ngaji “Alif Difathah”. Mereka menjadi tersenyum dan sumringah.

Hadirin tampak sangat terharu, banyak yang mbrabak menangis menyaksikan orkesta Kanjeng-Khalifah. Dan situasi haru itu tidak mereda sampai waktu yang berkepanjangan. Ketika Khalifah selesai bernyanyi, ia berperilaku berbeda dari sebelumnya. Ia tidak ngglendhot lagi. Ia menganggukkan kepala kepada setiap orang yang kebetulan berpapasan sorot mata atau wajah dengannya.

Saya mewawancarai Khalifah dan ia menjawab dengan lancar. Ia mengatakan kampungnya di Lemah Abang dekat pantai utara Bekasi. Ia datang tadi sore sekitar 35 km ke Kemang Pratama. Berjalan kaki mengikuti ada pancaran cahaya. Ia terus melangkah mengarah ke cahaya itu, yang akhirnya lenyap tatkala sampai di lapangan Kemang Pratama tempat KiaiKanjeng Maiyahan pembukaan TPQ.

Rupanya Allah menghadirkan Khalifah di bumi, dan malam itu secara khusus mendatangkan Khalifah ke Maiyahan di lapangan Kemang Pratama.

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ
قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ
وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ
قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Awalnya Khalifah memang datang dengan merusak pandangan. Kemudian kita semua Khalifah yang lain meresponsnya, memberinya pakaian, memandikannya bahkan Nadlroh adik saya mengajaknya shalat berjamaah Maghrib di rumah transit KiaiKanjeng.

Sesudah acara diakhiri dengan berdoa bersama, kemudian usai, Khalifah berdiri, menyalami kami semua satu persatu. Dimulai menyalami Pak Bupati, kemudian saya dan semua satu persatu yang di panggung. Khalifah sudah berlaku normal kembali sebagaimana semua yang lainnya. Khalifah menjadi manifestasi dari keajaiban kuasa Allah Swt malam itu. Itulah sebabnya Rasulullah Saw sangat suka dan sering berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Tatkala ditanya kenapa Rasulullah Saw sering memanjatkan doa itu, Kanjeng Nabi menjawab:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”

Sebelum acara berakhir, di tengah dialog dengan hadirin sedikit selewat tengah malam, tatkala Pak Bupati pegang mikrofon menjawab pertanyaan rakyatnya, tiba-tiba ada sandal yang dilemparkan ke beliau. Semua orang kaget dan spontan mencari sumber dari masa asal-usul lemparan sandal itu. Sejumlah petugas keamanan juga siaga.

Belum selesai keheranan semua orang, mendadak ada sandal kedua yang dilemparkan ke Pak Bupati dari arah yang sama dan oleh pelaku yang sama. Seorang pemuda, mungkin mahasiswa aktivis. Para petugas keamanan langsung meringsek dan membelah jamaah berjalan tergesa menuju pemuda itu. Tetapi KiaiKanjeng lebih sigap. Nevi, Bobiet, Pak Is, sudah meloncat duluan. Memegang pemuda itu, menariknya berdiri kemudian mengawalnya berjalan menuju ruangan di bangunan sebelah. KiaiKanjeng sudah terbiasa melakukan itu. Mereka menggiring dan menggelendeng pemuda itu bukan untuk memukulinya, melainkan untuk diajak duduk bersama agar bisa dilakukan tabayyun dengan semua pihak yang terkait.

Walhasil, jalan “bilhikmah”, “tabayyun” dan “musyawarah” bisa menyelesaikan kasus itu dengan kebijaksanaan, permintaan maaf, keinsyafan, dan perdamaian kembali.

Saya kemukakan kepada Jamaah: “Pak Bupati ini manusia terpilih. Maka nama beliau adalah Mukhtar. Manusia yang dipilih oleh Allah. Apa yang dilakukan oleh pemuda tadi dengan melempar sandal, adalah suatu pernyataan yang jujur atas apa yang disimpulkan oleh akal dan hatinya tentang Pak Bupati dan keadaan masyarakat Bekasi. Tidak ada pejabat yang mendapatkan rahmat Allah melebihi Pak Mukhtar, yang memperoleh pengetahuan tentang isi hati rakyatnya secara langsung, transparan dan jujur apa adanya”.

Pak Bupati meringis, ekspresinya menggambarkan kegamangan di antara rasa marah dengan pengetahuan baru. Tetapi bagi saya mustahil Pak Bupati akan melakukan hal-hal di luar pelaksanaan “bilhikmah” yang sudah berlangsung dan mendamaikan suasana. Si pemuda saya antarkan menemui beliau, takdzim bersalaman dan menyatakan minta maaf atas cara bertindaknya, namun tidak atas muatan pikiran yang mendorongnya.

قَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٞ مِّن صَدَقَةٖ يَتۡبَعُهَآ أَذٗىۗ وَٱللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٞ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”

Setelah semua berlalu dari lapangan, adik saya Nadlroh berkoordinasi dengan sejumlah Panitia. Mereka kemudian bersama-sama mengantarkan Khalifah ke rumahnya di Lemah Abang. Bertemu dengan Bapaknya. Rupanya memang ada persoalan di antara mereka. Nadlroh dan teman Panitia mencoba berdialog dengan Bapaknya untuk bersama-sama memulai cara penanganan masalah yang “bilhikmah wal mau’islatil hasanah”. Kemudian Nadlroh mengantarkan Khalifah ke kamarnya. Tetapi Khalifah baru mau berbaring tidur asalkan Nadlroh tetap menemaninya. Nadlroh memenuhinya sampai Khalifah tidur pulang. Kemudian mereka pamit kepada Bapaknya untuk balik ke Kemang Pratama.

Khalifah sudah punya sahabat-sahabat baru, alamat maupun nomer telponnya. Sehingga kalau ada yang darurat baginya, ia bisa menyambungkan pikiran dan hatinya ke sahabat-sahabat yang juga saudara-saudara barunya dalam Islam itu. Khalifah tidak “yatim” lagi posisi sosialnya. Cahaya yang ia ikuti sudah mengantarkannya kepada utusan Allah untuk menjawab persoalan di rumahnya.

وَيَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡيَتَٰمَىٰۖ قُلۡ إِصۡلَاحٞ لَّهُمۡ خَيۡرٞۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمۡ فَإِخۡوَٰنُكُمۡۚ
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ ٱلۡمُفۡسِدَ مِنَ ٱلۡمُصۡلِحِۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعۡنَتَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Lainnya

Tak Usah Kau Minta Maaf

Tak Usah Kau Minta Maaf

Siapa sajakah dalam pemahaman berdasarkan pengalaman hidup kita “golongan yang berbondong-bondong menuju neraka, ila jahannama zumaro” sementara ada “golongan lain yang berduyun-duyun ke gerbang sorga, ilal jannati zumaro”?

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik