Hari-Hari Jakarta Tiga

Kegembiraan menular sampai ke sanggar. Setiap habis kerja dua puluh empat jam saya selalu mampir ke sanggar dan barang pembagian dari kedermawanan kepala bagian penerima barang hadiah dari supplier tadi saya keluarkan dari tas dan saya bagi ke teman-teman di sanggar. Para penggemar rokok segera menyambar bungkus-bungkus rokok itu. Atau menyambar jeruk Sunkist yang jelas terjaga rasa manisnya. Semua dengan wajah berseri menikmati oleh-oleh saya dari kantor. Saya pun istirahat sebentar di sanggar, berganti pakaian lalu menyeberang jalan Menteng Raya, menunggu di tempat pemberhentian bus, meloncat ke bus Damri nonor 101 jurusan Blok M. Dalam perjalanan satu jam lebih menuju Blok M biasanya saya tertidur. Acara tidur atau istirahat menyusun kekuatan ini saya lanjutkan di rumah. Di tengah acara istirahat di rumah itu saya mencuci pakaian saya yang kotor. Dan paginya saya sudah berangkat bersama Pak Zubaidi dalam satu mobil saya kembali ke kantor untuk bekerja dua puluh empat jam.
Menjelang hari H pemberangkatan kloter awal, saya diajak meninjau asrama haji. Asrama penuh orang. Kami memeriksa kebersihan asrama dan kualitas pelayanan lainnya. Saya betemu dengan seorang jamaah haji yang dengan wajah gembira mendekati bahagia karena dia yakin segera berangkat. Waktu itu dia tengah menulis surat untuk keluarganya. Ia menulis surat di kertas surat. Di dekatnya tergeletak amplop yang sudah ada perangko menempel. Saya tanya dari mana dia membeli kertas surat, amplop dan perangko dengan haga tertentu? Ke petugas asrama.
“Nggak apa-apa agak mahal Pak, kan saya dilayani sampai ke pengantaran surat ini ke kantor pos. Jadi saya terima beres saja. Yang penting surat ini selamat sampai tujuan,” begitu jamaah tersebut bercerita.
“Yang menafaatkan jasa petugas asrama untuk membelikan amplop, perangko, dan kertas surat ini sampai memasukkannya ke kantor pos ini banyak?”
“Banyak, Pak. Sepertinya hampir semua jamaah haji di asrama ini memanfaatkan jasanya. Apalagi dia baik hati suka meminjamkan ballpoint untuk menulis surat seperti ini.”
Saya pun menganguk-anggukkan kepala sambil menghitung berapa keuntungan petugas asrama atas kerja sampingan melayani jasa surat menyurat seperti ini. Ibadah haji dalam hal pengurusannya memberi dampak kesejahteraan bagi banyak orang. Termasuk petugas di bandara yang mengantarkan jamaah berusia tua dengan mendorong kursi roda menuju ke pesawat terbang. Mungkin ada ceruk jasa-jasa lain yang bisa digali keuntungannya.
Bagi pegawai musiman yang baru seperti saya, semua ini tampak menakjubkan. Kami sebagai pegawai musiman terjamin sekali kebutuhan fisiknya, dalam hal makanan dan minuman bergizi. Dengan demikian praktis uang honorarium sebagai pegawai musiman utuh. Bisa ditabung. Saya hitung bekerja selama tiga bulan ini hasilnya lumayan banyak. Walau harus saya bayar dengan berbagai pengalaman yang menegangkan. Pengalaman pertama, terjadi kasus ada supplier nakal yang curang. Paket Arafah, ternyata bantalnya bukan dari kapuk, tetapi diisi pasir. Pejabat tingi di Departemen Agama ini curiga melihat jamaah haji keberatan membawa Paket Arafah. Tidak wajar. Lalu dengan ballpoint dia tusuk bantal untuk jamaah itu. Bantal berlubang dan keluarlah pasir mengalir deras. Dengan muka merah padam karena amarah, pejabat tinggi itu berteriak,”Stop! Turunkan semua bantal. Kalau hanya pasir isi bantal-bantal ini, di tanah suci pasirnya amat banyak karena di sana ada gurun pasir! Turunkan semua banta! Nanti kita ganti!. “
Pemberangkatan kloter pertama tertunda gara-gara bantal berisi pasir. Setelah semua bantal diturunkan, jamaah dipersilakan masuk pesawat tanpa bantal. Saya yang mendengar berita ini dapat membayangkan bagaimana tindakan tegas pimpinan yang terkenal jujur dan tekun. Hampir dipastikan supplier itu masuk dalam daftar hitam dan ada bagian di kantor ini yang juga dipecat atau paling tidak digeser kedudukannya. Ini bagi saya juga cukup menakjubkan. Saya tidak pernah membayangakan ini terjadi. Imajinasi saya tidak cukup menghasilkan bayangan peristwa dramatis seperti ini. Masak ada orang tega mempermainkan jamaah haji yang akan beribadah ke tanah suci dengan membayar.
Peristiwa yang menakjubkan sekaligus menyedihkan berikutnya adalah ketika waktu pemulangan jamaah haji ada pesawat jatuh menabrak gunung di Kolombo Srilangka. Saya yang waktu itu bertugas di radio komunikasi mendapat informasi lewat telepon dan ketika mau mengecek lewat radio saya langsung dibentak agar jangan menggunakan frekuensi radio. Saya diminta berkomunikasi lewat telepon. Ini menyebabkan hari-hari berikutnya adalah hari yang amat sibuk bagi kami. Tim evakuasi dikirim ke Srilangka. Melakukan verifikasi korban dengan berdasarkan nama-nama yang terncatum dalam manifest penerbangan. Dan setelah nama korban bisa terkonfirmasi dan valid, daftarnya dicetak besar dalam kertas forocopy raksasa lalu ditempelken di dinding depan dekat tempat parkir. Keluarga korban kecelakaan pesawat terbang atau musibah ini bisa membaca dengan jelas pengumuman itu. Kemudian yang terjadi adalah hujan tangis di sana.
Sesudah itu, saat saya ditugaskan terus untuk memantau lalulintas penerbangan pemulangan ibadah haji, ada pesawat haji dengan kode penerbangan tertentu yang seharusnya sudah mendarat di Halim Perdanakusuma belum juga datang. Ketika saya tanya ke bandara, jawabannya mengagetkan. Pesawat dengan kode penerbangan tertentu itu karena sebab tertentu dan darurat mendarat di Bangkok. Pesawat selamat tetapi mendarat di Bangkok. Informasi penting ini perlu disampaikan kepada tim penjemput jamaah haji dan keluarga yang juga menjemput, agar mereka tidak gelisah. Betul. Beberapa jam kemudian pesawat ini mendarat dengan selamat di Halim. Berita ini disambut gembira oleh kru yang bertugas di ruang monitoring ini. Kami bertepuk tangan, ada yag melakukan sujud syukur. Saya, menghabiskan susu coklat dalam gelas besar. Dalam menahan ketegangan tadi, rasa haus tidak saya hiraukan.