Cahaya Kasih Sayang Menaburi Malam
Ngobrol banyak hal dengan Bapak security sore hari, menjelang berahkirnya shift gagi, di depan ruangan. Sampai pada suatu pernyataan, “Oh, berarti anda putranya Pak Mus, Sesepuh Muhammadyah Cepu itu yaa?” Bukan apa-apa, saya ini dianugerahi keistimewaan gagap dari kecil. Lha almarhum Bapak itu luar biasa. Sering mengisi kotbah Jum’at di Masjid. Lha saya ini bisa apa? Apa yang bisa saya teruskan dari tongkat estafet beliau itu?
Dan entah kebetulan atau tidak, pertanyaan-pertanyaan saya itu dijawab oleh Allah Swt. Malam harinya, di sela-sela nonton Youtube KH. Anwar Zahid, saya nemu video Mbah Nun dengan Sudjiwo Tejo di sebuah forum Kenduri Cinta. Yang mungkin kawan-kawan Maiyah sudah banyak yang tahu.
“Tak piker Tejo ki biyen PKI, jebul Muslim, dadi kaget, Umroh… Tejo Umroh?” Saya nonton 4 jam video itu. Lantas penasaran, forum apa itu, asyik banget, jama’ahnya menikmati banget. Dan perlahan satu demi satu pertanyaan dijawab oleh Allah Swt. Mulai hadir di acara Maiyahan.
Dan cerita 4 tahun lalu itulah yang sampai sekarang selalu saya kenang. Kenapa Allah Swt secara sengaja mempertemukan saya dengan Maiyah. Termasuk 2 tahun yang lalu, sebelum Pakde wafat, supaya saya yang jomblo ini dapat istri, disuruh baca surat Ar-Rahmah. Dan entah sengaja atau tidak, sekarang saya beristri bernama Rachma, dan pindah kerja di sebuah kilang Gas di desa Sumber, Randublatung, Blora, yang Masjidnya diberi nama serupa Ar-Rahmah.
Belum lagi ketika 19 Desember 2019 kesulitan menamai Putri saya, Allah Swt menjawab Istikharah saya dengan penggalan lagu Mbah Nun yang dinyanyikan Almarhum Franky Sahilatua. Cahaya Kasih Sayang Menaburi Malam. Yang dalam bahasa Jawa Kawi, Jyalita Rmba Awinda. Mohon izin Mbah.