Bulan Hormon Kebahagiaan
Endorfin adalah sebuah senyawa yang diproduksi di dalam tubuh secara alami oleh sistem saraf dalam rangka merespons rasa sakit atau stres. Hormon ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan pemacu kebahagiaan. Maka sering disebut hormon kebahagiaan, atau ada juga yang menyebut ‘feeling good hormone’.
Di bagian kepala (otak) adalah tempat diproduksinya hormon ini, tepatnya di hipotalamus dan kelenjar pituitari, meskipun mungkin juga berasal dari bagian tubuh lain. Kadar endorfin ini bervariasi pada setiap orang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pada orang yang memiliki kadar endorfin yang lebih rendah, ia akan mudah mengalami depresi.
Kerja hormon ini mirip dengan senyawa/obat yang disebut opioid. Opioid mempunyai efek meredakan nyeri dan dapat menimbulkan perasaan euforia (riang gembira). Obat ini sering diresepkan untuk penggunaan jangka pendek setelah operasi atau untuk menghilangkan rasa sakit.
Para ilmuwan sudah mempelajari seluk-beluk mekanisme opioid dan bagaimana senyawa ini bekerja. Mereka akhirnya menemukan bahwa tubuh memiliki reseptor khusus yang mengikat opioid untuk memblokir sinyal rasa sakit. Para ilmuwan juga menemukan beberapa bahan kimia dalam tubuh bertindak mirip dengan obat opioid alami, mengikat reseptor yang sama ini. Bahan kimia ini adalah endorfin.
Di bidang yang saya geluti, di mana setiap saat berhubungan dengan penderitaan dan kesakitan anak-anak yang menderita keganasan (kanker) dengan segala rasa yang mereka alami. Sering anak-anak yang belum tersentuh ‘dosa’ harus mengalami rasa sakit. Rasa sakit yang sebenar-benarnya. Apakah nyeri pada tulang, pada otot bahkan sampai merasakan nyeri kepala yang hebat.
Mestinya mereka tidak harus merasakan rasa sakit seperti ini, tapi sampai sekarang saya belum bisa mengungkap mengapa Allah menghadiahi mereka rasa sakit yang harus mereka pikul dan mereka rasakan. Sungguh mereka, si anak-anak sakit ini, adalah guru-guru saya, jauh melebihi guru besar yang ada di sekeliling saya baik itu dari lingkungan sekitar maupun para guru besar dari manca.
Terhadap mereka yang ‘terpaksa’ harus merasakan rasa sakit, maka penggunaan golongan opioid ini menjadi tindakan yang ‘harus’ saya lakukan. Seumuran mereka adalah umur di mana mereka lagi senang-senangnya bermain dengan sebayanya, dan tertawa adalah seharusnya yang mereka tampakkan. Bukan kesakitan.
Anak-anak harus tidak boleh merasakan sakit!
Para ibu yang anaknya menderita sakit kanker yang saya ceritakan di atas itu sudah akrab dengan obat-obat pereda nyeri ini, dan selalu kami pesankan agar sangat hati-hati dalam penggunaan obat-obatan ini. Di samping dosis yang tepat, maka harus memperhatikan efek samping yang timbul. Sejatinya obat adalah ‘racun’ dalam dosis yang tepat, maka ‘racun’ tersebut mempunyai daya sembuh. Ada efek sembuh, ada pula efek samping, itulah keseimbangan.
Beberapa obat terlarang, seperti heroin, adalah jenis opioid. Baik obat opioid legal maupun ilegal memiliki risiko tinggi menyebabkan kecanduan, overdosis, dan kematian. Di Amerika Serikat diketahui bahwa 90 orang meninggal setiap hari karena overdosis opioid. Banyak di antaranya akibat overdosis atau penyalahgunaan resep opioid.
Kembali ke laptop! Endorfin alami bekerja mirip dengan opioid dalam hal meredakan nyeri, tetapi hasilnya mungkin tidak sedramatis itu. Namun, endorfin dapat menghasilkan ‘perasaan senang’ yang sehat dan aman, tanpa risiko kecanduan dan overdosis.
Sekarang tinggal bagaimana kita menaikkan kadar endorfin ini di dalam tubuh kita ? Adalah ilmuwan muda dari institusi ternama di kota Malang yang sudah meneliti dan mempublikasikan karya mereka tentang efek puasa Ramadhan. Mereka mendapatkan bukti bahwa kadar endorfin meningkat secara signifikan selama puasa Ramadhan dibanding sebelum bulan puasa Ramadhan.
Puasa gitu lohh….
(bersambung)