Bernilai Lailatul Qadar
Di akhir penjelasannya ihwal Al-Qur`an dan Lailatul Qadar kepada penduduk kampung, Kiai Sudrun menutup, “Bagi aku yang sudah tua ini, tidak ada rahmat dan berkah Allah yang tidak bernilai Lailatul Qadar. Aku masih bisa bersujud, jari-jariku masih lengkap, kakiku masih bisa berjalan, sehari-hari aku tak sampai kelaparan. Semuanya, apa saja, alam yang menghampar, matahari yang setia terbit, rembulan yang memayungi, tenggorokanku masih bisa menelan makanan dan mereguk minuman — semua itu kusyukuri sebagai Lailatul Qadar”.
“Aku yang tua renta ini tidak diadzab Allah saja sudah Lailatul Qadar. Utangku kepada-Nya tak terbayarkan, meskipun andaikan seratus kali aku hidup mati hidup mati, kuisi ruang dan waktuku hanya dengan terima kasih dan memohon ampun terus-menerus kepada-Nya”.