Berakhir dengan Syukur
Saya menyadari bahwa pada kenyataanya kegagalan manusia untuk membahasakan seluruh pengetahuan yang mereka miliki, sangat begitu terbatas kemampuan bahasa yang digunakan sebagai piranti pengungkap seluruh pengetahuan manusia. Lebih dari itu, bahasa juga telah membatasi manusia dalam mengungkapkan kenyataan sebagaimana adanya.
Di Maiyah, saya menemukan cinta yang tak terdefinisikan. Sebagaimana rasa itu tak pernah bisa terungkap dengan sekadar kata-kata atau bahasa. Maiyah yang selama ini saya ikuti, seperti demikian adanya. Selalu melewati dan melebihi setiap kata-kata.
Lebih padatnya, saya analogikan sebagai orang tua yang merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Atau petani yang senantiasa merawat tanamanya agar tumbuh dengan baik. Akan tetapi, lagi-lagi memang tidak ada kalimat ataupun analogi yang lebih tepat menggambarkan dan mewakili persentuhan Maiyah itu sendiri.
Pada akhirnya, ungkapan saya hanyalah rasa sangat berterimakasih kepada Allah yang telah memberikan cinta-Nya dalam bentuk Maiyah. Suatu kebanggaan tersendiri bisa ikut melingkar bersama.