CakNun.com
Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya edisi September 2021

Belajar Tumbuh dengan Baik dan Selamat di Hadapan Allah

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 9 menit
Dok. Bangbang Wetan

“Alhamdulillah sekarang kita bisa bertemu dengan lebih banyak orang walau tetap terbatas, dari yang sebelumnya kita hanya melaksanakan rutinan melalui daring. Sekarang saya minta perwakilan simpul untuk maju ke depan menyampaikan refleksinya selama pandemi,” Mas Hari membuka majelis dengan mempersilakan perwakilan simpul yang diundang terbatas dalam momen milad 15 tahun Bangbang Wetan, yang berlangsung pada Rabu siang (22/9).

Milad Bangbang Wetan yang ke-15 ini dihadiri jamaah, sesepuh Bangbang Wetan, dan perwakilan simpul terdekat yang diundang terbatas sesuai kuota tempat yang disediakan. Semua yang hadir di halaman belakang Kayoon Heritage, Embong Kemiri 19-21, tampak bahagia karena pada majelis kali ini Mbah Nun bersedia hadir membersamai kita untuk mengobati rasa kangen kita Maiyahan.

Pada momen kangen karena lama tidak maiyahan bertatap muka, pada September kali ini, Mbah Nun di malam bulan purnama hadir di Padhangmbulan, siang hari berikutnya membersamai kita di Bangbang Wetan dan malam di hari yang sama menghadiri kajian Mushaf Tadabbur Maiyah yang diselenggarakan di Masjid Manarul Ilmi ITS Surabaya.

Perwakilan simpul terdekat yang hadir diantaranya: Damar Kedhaton, Semesta, Paseban Majapahit, Paddhang Ate, Jhembhar Ate, Sulthon Penanggungan, Sanggar Kadirian, Tasawuf Cinta, ReLegi dan BatuAji. Masing-masing perwakilan simpul yang diminta maju ke panggung rata-rata mengungkapkan bahwa Bangbang Wetan merupakan role model simpulnya. Perwakilan simpul ada yang mengungkapkan bahwa Bangbang Wetan adalah guru dalam segi menjaga nilai-nilai Maiyah sehingga dapat bertahan sampai 15 tahun ini. Terlepas dari itu, sikap kedaulatan diri tetap mereka tegakkan di masing-masing simpul untuk menemukan keotentikan di masing-masing simpul.

Turut hadir juga Mas Wakijo, perwakilan simpul Gambang Syafaat, kali ini hadir sendiri tanpa personil lengkap grup band Wakijo Lan Sedulur. Pada momen milad ini Mas Wakijo sebagai vokalis, ditemani Mas Aris sebagai gitaris dan Mas Debby sebagai keyboardis, mempersembahkan nomor Jalan Sunyi dan Surabaya untuk menemani kita masuk dalam suasana kebersamaan. Pada nomor Surabaya, Mas Wakijo mengungkapkan bahwa nomor itu lahir dari kesan, pengalaman, dan kenangan beliau kepada Bangbang Wetan dan Surabaya, maka lahirlah nomor Surabaya untuk mengobati rasa rindu dan mengingat kenangannya tentang persentuhannya dengan Surabaya dan Bangbang Wetan.

Mbabar Tema Refleksi dan Refraksi

Setelah persembahan nomor-nomor Mas Wakijo, Mas Rio NS selanjutnya memandu jamaah untuk membabarkan tema “Refleksi Refraksi”. Mengenai refleksi, Mas Rio menceritakan kisah pribadinya dengan Maiyah. Jadi di tahun 1996 keluar lagu Jalan Sunyi dalam album Kado Muhammad, menurut Mas Rio lagu itu membuat adanya perubahan besar dalam hidupnya. Perubahan besar yang dialami Mas Rio berikutnya adalah lagu Huma Berhati.

Kembali ke tema Refleksi dan Refraksi, refleksi yang dimaksud tim tema adalah bagaimana kita mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi, kemudian mengambil pelajaran dari apa yang kita ingat itu, dan menjadikan bekal untuk kehidupan kita esok hari. Yang diutamakan dalam refleksi adalah kemaslahatan.

Sedangkan refraksi, kita tahu dan harus diakui bahwa energi, cahaya, dan kejernihan apa saja yang kita dapatkan di Maiyah — Bangbang Wetan atau simpul-simpul lain, bersumber dari Nur Muhammad yang oleh Allah dititipkan melalui Mbah Nun. Melalui prisma tertentu, mekanisme cahaya akan tersebar menjadi berbagai warna. Makna denotasinya, yang menyebar itu adalah cahaya. Tapi sebenarnya yang tim tema maksud adalah kebermanfaatan. Meskipun teman-teman yang hadir ke Bangbang Wetan masih satu-dua kali, atau menyimak Bangbang wetan dari kanal media sosial, bisa sedikit merasakan kebermanfaatan apa yang bisa disebarluaskan ke sekitar.

Mas Rio menyambut kehadiran Mbah Nun dengan ungkapan terima kasih, karena Mbah Nun bersedia hadir menemani kita pada milad 15 tahun Bangbang Wetan siang itu dan bersedia menemani kita Maiyahan hingga saat ini. Mewakili jamaah, Mas Rio mengungkapkan kegembiraannya karena dapat bertatap muka dengan Mbah Nun. Setelah sebelumnya selama dua tahun hanya bisa menyaksikan Mbah Nun lewat tayangan ofisial youtube caknun.com. Tayangan yang kita saksikan selama dua tahun itu, menurut Mas Rio bukan malah mengobati rasa kangen kita ke Mbah Nun, tetapi malah menambah kangen kita ke Simbah.

Mengambil Jarak dari Diri yang Bermacam-macam

Merespons ungkapan terima kasih dari Mas Rio, Mbah Nun mengungkapkan syukur alhamdulillah karena pada milad 15 tahun Bangbang Wetan ini kita bisa bertemu langsung. Mbah Nun melanjutkan dengan pertanyaan ke jamaah, “kita selama dua tahun ini sinau apa? Lihatlah sekarang kamu sinau apa di dalam diri kamu masing-masing?! Terus lihatlah keluar, orang-orang sinau atau tidak, pemerintah sinau atau tidak, masyarakat sinau atau tidak, serta umat manusia sinau atau tidak? Kalau lainnya tidak sinau, kita yang harus sinau! Kalau sinau, kita sinau apa?”. Beberapa pertanyaan dari Mbah Nun itu menjadi titik keberangkatan sinau bareng kita siang itu.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version