Allah yang Ghofuurur rohiim
Entah kenapa, setiap kali saya membaca dan menjumpai frasa “ghofuurur rohiim” pada akhir ayat Al-Quran, hati ini merasa senang. Jatuh hati rasanya. Frasa itu (ghofuurur rohiim) begitu indah buat saya. Indah didengar. Indah diucapkan.
Coba kita baca surah Ali Imran ayat 31 sebagai contoh, “Qul in kuntum tuhibbuunalloha fattabi`uunii yuhbibkumullohu wa yaghfir lakum dzunuubakum, wallohu ghofuurur rohiim.” Dalam ilmu tajwid, “ro” dhommah tanwin bertemu dengan “ro” fathah tasydid disebut idgham bilaghunnah. Dimana pelafalan/pengucapannya memasukkan pada huruf berikutnya (rur). Bukan mendengung, dan menahan di tanwin (run). Maka bacaannya persis dengan penulisannya, ghofuurur rohiim.
Dalam ilmu bahasa dan sastra, idgham bilaghunnah dapat diartikan sama dengan rima. Yakni pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Misal, pada susunan kata deru ragumu, rasa sepimu, kelu lidahku, dll. Huruf yang bercetak tebal dan miring itulah yang biasa disebut rima. Dan salah satu unsur yang tak pernah lepas dalam penulisan syair, sajak, atau puisi adalah rima.
Idgham bilaghunnah atau unsur rima (rur ro) yang melekat pada frase ghofuurur rohiim itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa kalimat tersebut terdengar cum terbaca indah. Ungkapan ghofuurur rohiim tak ubahnya bahasa puisi. Berestetika sastrawi. Maka tak heran apabila para sastrawan seperti Romo Iman Budhi Santosa (Allahuyarham), Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun), hingga pendekar Celurit Emas asal Madura D. Zawawi Imron menyebut Al-Quran sebagai “puisi-puisi” Tuhan. Puisi yang mengandung mutiara nasihat, obat hati, petunjuk (hidayah), serta rahmat.
***
Selain unsur rima yang membuat kalimat ghofuurur rohiim itu indah, kita juga akan menemukan keindahan lain pada makna kalimat tersebut. Ghofuurur rohiim, artinya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan sebagian besar kalimat pamungkas ghofuurur rohiim yang termuat dalam ayat Al-quran berfungsi sebagai penegasan. Penegasan bahwa Allah Swt Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Seperti yang termaktub dalam surah An-Nur ayat 5. Illallaziina taabuu mim ba`di zaalika wa ashlahuu, fa innalloha ghofuurur rohiim.
“Kecuali mereka yang bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 5)
Kata sungguh di atas menjadi titik tekan bahwa seberapa banyak dosa dan kesalahan selama hidup, asal mau bertobat sungguh-sungguh, maka sungguh, Allah mengampuni seraya menyayangi. Wis diampuni, disayangi pula. Opo ra penak? Penak nganggo banget! Betapa sangat beruntungnya kita punya Tuhan yang memiliki sifat mulia tersebut. Adakah yang lebih nikmat dari itu?
***
Berangkat dari kecintaan saya pada kalimat ghofuurur rohiim, saya melakukan riset kecil-kecilan. Sehari, seminggu, sebulan, hingga berbulan-bulan. Saya telateni membaca Al-Qur’an mulai dari Al fatihah (babon-nya Al-Quran) hingga surah terakhir An-Nas. Dan saya mencatat ada 71 frase ghofuurur rohiim yang tersebar di berbagai ayat dan surat. Bila ada yang salah atau kurang mohon dikoreksi. Berikut catatannya.
Al-Baqarah 173, 182, 192, 199, 218, 226; Ali Imron 31, 89, 129; An-Nisa 23, 25, 96, 100, 106, 110, 129, 152; Al-Maidah 3, 34, 39, 74, 98; Al-An’am 54, 145, 165; Al-A’raf 153, 167; Al-Anfal 69, 70; At-Taubah 5, 27, 91, 99, 102; Yunus 107; Hud 41; Yusuf 53, 98; Ibrahim 36; Al-Hijr 49; An-Nahl 18, 110, 115, 119; An-Nur 5, 22, 33, 62; Al-Furqon 6, 70; An-Naml 11; Al-Qashash 16; Al-Ahzab 5, 24, 50, 59, 73; Az-zumar 53; Fushshilat 32; Asy-Syura 5; Al-Ahqaf 8; Al-Fath 14; Al-Hujurat 5, 14; Al-Hadid 28; Al-Mujadilah 12; Al-Mumtahanah 7, 12; At-Taghabun 14; At-Tahrim 1; Al-Muzzammil 20.
71 kali Allah menegaskan dalam firman-Nya, bahwa Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. Ghofuur yang selalu diikuti dengan rohiim. Ia sepaket. Paket kasih sayang Sang Pencipta kepada seluruh makhluk-Nya. Kenapa ada 71? Sampai selesai tulisan ini, saya masih terus mencari, menggali, dan mentadabburinya. Barangkali teman-teman ada yang memafhumi, sehingga berkenan menjabarkannya kepada kita semua.
Yang jelas satu harapan kita. Semoga dengan etos pertaubatan nasuha, segala kekhilafan, dan segunung dosa berikut kesalahan-kesalahan kita sepanjang tahun demi tahun, terlebur oleh ghofuur. Terayomi oleh rohiim. Aamiin, aamiin, ya Rabbal ‘alamiin.
Shallu ‘ala Muhammad.
Gemolong, penghujung tahun 2021.