68 Tahun Alhamdullilah
Waktu tak ada yang mampu mengendalikan, kecuali Sang Penguasa Waktu itu sendiri.
Alam semesta ini dibentuk oleh sistem yang holistik dan teratur. Semua tunduk pada satu aturan yang banyak disebut orang sebagai hukum alam. Umat Islam menyebutnya sebagai sunnatullah.
Bumi berputar 24 jam satu kali putaran, pergantian siang dan malam. Matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. Api panas, es dingin, benda jatuh dari atas ke bawah (gaya gravitasi), pertukaran musim, rumus fisika dan kimia, juga semuanya, tunduk pada aturan itu—sampai detik ini, aturan alam semesta itu tidak pernah berubah dan tetap dipatuhi.
Firman Allah dalam S. Al-Fath ayat 23:
“Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu.”
Hukum dan ketetapan itu dibuat dan dikendalikan oleh kekuatan Yang Maha dahsyat. Kekuatan yang meliputi seluruh alam jagat raya yang maha luas. Dia yang mengatur alam jagat raya itu mengetahui setiap butir dan titik yang ada di alam semesta. Dia mempunyai kekuatan yang tak terbatas. Dia yang menguasai hukum dan aturan itu adalah kekuatan yang SATU. Tidak mungkin ada dua atau tiga. Jika yang mengatur hukum di alam ini ada dua atau tiga pasti akan terjadi kekacauan pada sistem alam semesta. Alam semesta pasti rancu, aturan yang mana yang harus diikuti. Yang menguasai hukum alam itu adalah kekuatan yang SATU, Dialah Allah sang Penguasa Tunggal.
Sistem di alam semesta telah membuktikan bahwa alam semesta tunduk pada hukum dan aturan yang satu, yaitu sunnatullah. Jika ada Tuhan lain selain Allah pasti alam ini akan kacau dan hukum alam tidak berlaku. Tuhan yang satu menghendaki matahari terbit dari timur dan terbenam di barat, tapi Tuhan yang lain menghendaki sebaliknya. Tuhan yang satu menghendaki api panas, tapi Tuhan yang lain menghendaki api itu dingin. Pasti akan terjadi kekacauan di mana-mana. Inilah satu bukti bahwa Allah itu satu, Dia penguasa tunggal, tidak ada yang setara atau menyamainya.
Usia manusia, usia kita semua. Usia mbah Nun yang besok genap 68 tahun juga berurusan dengan hukum alam—seperti halnya panggilan yang disematkan: dulu sekali dipanggil Nun, lalu satu masa dipanggil Em, dan masa yang lain dipanggil Cak dan sekarang ini dipanggil Mbah juga merupakan ketetapan yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
Untuk itu, saya mewakili Perkauman Kadipiro (Progress, KiaiKanjeng, Letto, Perpustakaan EAN, SyiniKopi) bersyukur karena kami telah mengarungi waktu bersama-sama Mbah Nun untuk senantiasa berikhtiar menghadirkan kebaikan.
Sugeng ambal warso Mbah Nun, selalu dikaruniai sehat lahir dan batin dan terus istiqomah mengarungi waktu yang semakin tidak terang benderang.
Nitiprayan, 26 Mei 2021
Salam dari hati yang terdalam