CakNun.com

Wirid “La Ubali”

Waktu baca ± 2 menit

Ummat Maiyah rata-rata sudah hapal biji wirid “In lam takun ‘alayya ghadlabun fala ubali”. Mulai hari ini mohon diperhatikan untuk menerima perubahan ke kalimat yang lebih orisinal dari Kanjeng Nabi. Redaktur Helmi Mustofa menemukan sumber yang bunyinya lebih masuk akal. “In lam yakun biKa ‘alayya ghadlabun fala ubali”.

Saya katakan lebih masuk akal, sebab kalau dalam kalimat yang baku kita kenal, mestinya “Ghadlibun”, bukan “Ghadlabun”. Kalau “takun” ya “ghadliban”, bukan “ghadlabun”.

Kalimat yang orisinal dan otentik “In lam yakun Bika ‘alayya ghadlabun fala ubali”, pertama: yang dijelaskan oleh “yakun” bukan subyeknya, tapi keadaannya. Jadi “ghadlabun” bukan “ghadlibun”. “Yakun” itu terjadi karena ada kata “lam” sebelumnya, jadi berubah dari “yakuunuu” menjadi “yakun”.

Kedua, struktur informasinya di kalimat kedua itu bukan “Asalkan Engkau tidak marah kepadaku, maka aku tak peduli”, melainkan “asalkan tidak berlangsung suatu keadaan marah pada-Mu kepadaku, maka aku tak peduli”.

Demikian pemahaman tidak pasti benar dari logika saya atas tata bahasa Arab di kalimat wirid itu, meskipun jelas saya tidak punya penguasaan akademis terhadap Nahwu Sharaf. Maka diperlukan konfirmasi ke Marja’ Maiyah : Cak Fuad Effendy atau Kiai Muzzammil.

Alhamdulillah Marja Maiyah Cak Fuad memberikan informasi yang lebih lengkap. Cak Fuad menerangkan ada dua versi teks dengan sedikit perbedaan redaksi pada doa Nabi tersebut. Pertama, dari kitab As-Sirah Ibnu Ishaq

إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي.

“Asalkan tidak ada kemarahan dariMu kepadaku, aku tidak peduli”. Kedua, dari hadis riwayat Thabrani

إن لم تكن غضبان علي فلا أبالي

“Asalkan Engkau tidak marah kepadaku, aku tidak peduli”. Kata غضبان adalah bentuk penguat dari kata غاضب seperti رحمن dari راحم.

Jadi, teks yang selama ini di Maiyah lebih dekat kepada yang pertama, sehingga perlu diutuhkan menjadi “In lam yakun biKa ‘alayya ghadlabun fala ubali, “sebagaimana dalam redaksi Ibn Ishaq.

Cak Fuad juga memaparkan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian dari doa panjang Rasulullah SAW setelah keluar dari Thaif (bukan dalam perang Badar seperti selama ini kita pahami). Berikut doa tersebut:

اللهم إليك أشكو ضعف قوتي ، وقلة حيلتي ، وهواني على الناس ، يا أرحم الراحمين ، أنت رب المستضعفين ، وأنت ربي ، إلى من تكلني ، إلى بعيد يتجهمني ، أم إلى عدو ملكته أمري ، إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي ، ولكن عافيتك هي أوسع لي ، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات ، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة ، من أن تنزل بي غضبك ، أو يحل علي سخطك ، لك العتبى حتى ترضى ، ولا حول ولا قوة إلا بك )

Yang jelas perubahan menuju redaksi yang lebih lengkap ini agak lebih melegakan. Apalagi di susunan Asamul Husna oleh para Ulama yang mengijtihadi dan menyusunnya tidak terdapat sifat Al-Ghadlib: Allah Maha Pemarah.

Lainnya

Kritik Kepada Maiyah

Kritik Kepada Maiyah

Sejumlah orang dari masyarakat dan tokoh di luar Maiyah melontarkan kritik: “Mau apa itu Maiyah?

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik